Six

Warning!
Gaje,Ooc,typo dan EYED Masih berantakan. DLDR?!

Happy reading minna-san!
.
.
.
.
.
.

Ino menghela nafasnya pelan, ia menatap prihatin pada sahabat panda nya. Sedari tadi Tenten murung karena mendengar kabar bahwa pacarnya Kise Ryouta akan pindah ke Kanagawa, termasuk sekolah. Kise ingin pindah ke Kaijo hight, karena ada perselisihan di klub inti Basket. Ino tidak mengerti mengapa mereka ribut, yang pasti ia tidak akan ikut campur karena ini bukan urusannya.

Mengenai basket, ia jadi teringat dengan Seijurou. Hubungan mereka tampak tidak baik, malah kian hari semakin memburuk menurutnya. Terakhir kali ia bertemu Seijurou  saat ada acara perlombaan disekolah, itulah hari terakhir Ino melihatnya selebihnya ia tidak tau.
Tak ada perubahan dari awal mereka bertemu. Seijurou tetap membencinya, padahal ia tidak tahu dimana letak kesalahannya.

Kembali ia melirik Tenten yang masih cemberut, ia tidak biasa melihat Tenten yang sedang galau. Ia selalu terbiasa melihat pribadi Tenten yang selalu ceria.

Ino maklum dengan perasaan sahabatnya itu, hanya saja ia tidak nyaman ketika melihat sahabatnya yang terus bersedih karena hal ini. Ino mendongak ketika melihat sepasang sepatu berhenti tepat di meja mereka.

"Boleh aku ikut bergabung?" tanya Kuroko pelan dengan nada datarnya yang khas.  Ino mendengus samar, sebelum menjawab.

"Silahkan" dengan nada lirih, yang hampir tak terdengar.

Tenten menoleh ke asal suara, ia mengernyit heran.
"Kau sendiri?" tanya Tenten sambil menaikan sebelah alisnya.

"Menurutmu?" Kuroko balik bertanya.

"Dimana Sara?" tanya Tenten lagi.

"Kulihat tadi ia pergi dengan Akashi-kun" jawab Kuroko pelan  sambil memalingkan wajahnya.

Ino mengernyit melihat respon dari Kuroko, jelas sekali bahwa pemuda itu tak menyukai topik yang mereka angkat, seperti ada yang janggal menurut nya.

"Benarkah?" Tanya Ino lirih, pandangannya tak lepas dari pemuda biru tersebut.

"Ya" jawab Kuroko tanpa menoleh.

"Apa kau tau kapan Ryou-kun akan pindah?" tanya Tenten pelan, nyaris berbisik.

Kali ini Kuroko menoleh, menatap Tenten dengan raut bingung yang jelas diwajah nya yang biasa datar.

"Besok, Kise-kun bilang ia akan pindah besok. Apa Kise-kun tidak memberi tahu mu Tenten-san?" jawab Kuroko yang masih dengan wajah datar nya.

"Tidak, ah lebih tepatnya ia belum membicarakannya denganku. Aku tahu ia akan pindah dari orang lain, bukan darinya langsung" lagi wajah Tenten kembali murung setelah mengucapkan kalimat tersebut.

"Souka"

Hening

"Ino" panggil Tenten pelan, Ino menoleh sambil menaikan sebelah alisnya seperti mengatakan 'ada apa?'

Tenten sebal dengan reaksi  dari jawaban sahabatnya.

"Ino-chan" pangginya lagi. Ino menautkan alisnya kali ini, merasa heran dengan panggilan 
Tenten padanya. Tak biasanya Tenten memanggil nya dengan tambahan sufix 'chan'.

"Hm?" Ino menggumam, raut Tenten sedikit lega dengan respon Ino kali ini.

"Aku akan pulang sekarang" ujarnya pelan, ia cukup penat karena memikirkan hal ini.

"Apa maksudmu? Ini masih pagi, kau juga baru berangkat tadi" balas Ino bingung, ia melihat Tenten heran.

"Aku harus mengurus suatu hal. Karena aku akan pulang ke China, lebih tepatnya Beijing" ujar Tenten pelan.

Ino terkejut setelah mendengarnya, ia menatap Tenten tak percaya.

untuk kedua kalinya suasana kembali hening.

"Kau tidak bercanda kan?" tanya Ino setelah hening cukup lama.

"Tidak, orang tuaku mengajak pulang kesana" jawab Tenten dengan raut muka yang serius, kelewat serius malah.

"Kupikir kau akan disini sampai hari kelulusan kita" ujar Ino lirih.

"Tidak mungkin, itu masih lama Ino benarkan Tetsuya?" ucap Tenten sambil tersenyum paksa.

"Ya" Kuroko hanya menjawab singkat.

"Kau ini! Kenapa baru memberitahu ku sekarang?!" ucap Ino setengah kesal, wajahnya merah menahan marah.

"Maaf, aku juga baru tahu semalam" ujar Tenten lirih, ia tak berani menatap wajah sahabat nya.

"Kapan kau akan berangkat?" tanya Ino pelan, saking pelannya nyaris menyerupai bisikan.

"Setelah Ryou-kun pindah, aku harus mengurus beberapa hal lagi" jawab Tenten sambil tersenyum, nadanya terdengar tenang seperti air danau.

"Lalu hubungan kalian?"

"Aku tidak tahu, mungkin aku akan mencari jawaban nanti"
Matanya menerawang ke keluar jendela, ia sendiri tak yakin dengan keputusannya.

"Baiklah jika itu keputusanmu, aku akan mendukung mu" ujar Ino pada akhirnya.

"Hai arigato, aku harus pulang sekarang Ino" pamitnya, tak lu membungkukan badannya.

"Hati-hati Tenten-san"

"Hai, arigato Tetsuya"

Tenten pergi meninggalkan kafetaria yang mendadak suram akibat aura yang dikeluarkan oleh Ino.

*****

Sara dan Ino sedari tadi hanya terdiam, padahal mereka sepakat untuk membicarakan hal penting. Kedua nya tampak terlarut dalam pikiran masing-masing.
Hingga mereka tak ada yang memulai satu sama lain. Satu jam sudah berlalu dari yang sempat mereka janjikan, tapi keduanya masih enggan untuk sekedar membuka suara.

Sara memandang wajah sahabatnya intens, ia ragu dengan keputusan yang pernah diambilnya waktu itu. Jujur saja, ia memang menyetujui ide Ino, namun didalam lubuk hatinya ia ragu. Apakah ia akan menyesal nantinya? Atau malah sebaliknya?

"Apa kau akan tetap melanjutkan idemu? Mengenai tukar Pasangan" ujarnya tiba-tiba.
Ia mengernyit saat melihat tubuh Ino yang menegang sesaat, mungkin terkejut pikirnya.

"Ya, aku akan tetap melanjutkan nya" jawab Ino tenang, seperti tak ada beban yang dipikul nya.

"Tapi Tenten tidak ada diantara kita. Kau kan tahu sendiri dia pindah ke China setelah kepindahan Ryouta" ujar Sara pelan, matanya menatap keluar jendela. Ia berharap menemukan sesuatu hal yang menarik, selain topik yang sedang mereka bicarakan.

"Kita bisa mengubahnya, tanpa Tenten kita masih bisa melakukannya. Dan sepertinya aku perlu meralat kata-katamu, Tenten bukan pindah tapi ia Pulang." ucap Ino yang kini membalas tatapan Sara.

"Pulang?" ucap Sara tak yakin dengan apa yang baru diketahui nya.

"Ya, dia pernah  bilang padaku bahwa ia sebenarnya berasal dari China. Namun karena ada urusan bisnis, keluarganya pindah ke Jepang." jelas Ino.

"Kenapa aku tidak tau? Dan kenapa kau saja yang diberi tahu?" Tanya Sara bingung.

"Aku tidak tahu soal itu, jadi kau bisa tanyakan saja padanya. Mengapa kau tidak diberitahu" jawab Ino cuek.

"Lalu?"

"Apa?"

"Mengenai rencananya?"

"Oh, soal itu. Aku dan Tetsuya lalu kau dengan Seijurou  gampang kan?"

"Aku tak habis pikir, dimana otakmu berada" ungkap Sara jujur, setelah mengatakan kalimat tersebut Sara beranjak meninggalkan Ino yang menatapnya miris.

'Aku malah berpikir sebaliknya, dimana letak hatiku berada?' batinnya sendu.

Tak berapa lama Ino pun beranjak pergi, menuju tempat yang akhir-akhir ini dikunjunginya yakni perpustakaan.

Saat dirinya sudah dekat dengan perpustakaan Ino berpapasan dengan Kuroko.
Mungkin tak ada salahnya jika aku mengajak dia. Ino membatin.

"Tetsuya!" panggil Ino agak keras, yang di panggil menoleh bingung.

"Ya Ino-san?"

"Mau ke perpustakaan bersama?" ajak Ino sedikit ragu. Ia takut dengan jawaban Kuroko.

"Hai" jawab Kuroko pelan, tanpa sadar Ino tersenyum manis setelah mendengarnya.

Mereka pun melangkah beriringan, para siswa serta siswi berbisik-bisik saat berpapasan dengan mereka.
Ino tidak perduli dengan desas desus pembicaraan mereka. Tapi lain dengan pemuda yang berada disampingnya, Kuroko tampak tidak nyaman dengan hal ini. Ia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.

'Kenapa misdirection ku tak bekerja disaat seperti ini' batin Kuroko miris.

"Apa kau ada waktu setelah pulang sekolah nanti?" tanya Ino memulai pembicaraan, ia berusaha menepis suasana yang sempat canggung.

"Yah, kurasa aku punya. Memangnya kenapa?" tanya Kuroko balik.

"Aku ingin ke toko buku, biasanya Tenten yang menemaniku tapi dia sudah pindah apa kau tidak keberatan jika mene-" kalimatnya terpotong.

"Aku tidak keberatan, bahan bacaanku juga habis. Mungkin aku harus membeli yang baru" sahut
Kuroko cepat, kemudian ia merutuk dalam hati ketika menyadari kekonyolan nya.

"Maaf memotong kalimat mu tadi" ucapnya tak enak.

"Tak apa, santai saja. Jangan terlalu formal ataupun kaku padaku, lagipula kita kan teman jadi santai saja. Setidaknya ekspresiflah walau cuma sedikit" ucap Ino sambil terkekeh geli.

Kuroko hanya tersenyum tipis saat mendengar penuturan Ino, hatinya  sedikit menghangat ketika Ino menyebutkan kata teman di kalimatnya tadi.

Kini mereka  menginjakkan kaki di perpustakaan, di jam istirahat memang sepi. Kebanyakan para siswa dan siswi menghabiskan waktu mereka di cafetaria untuk mengisi perut mereka, atau hanya sekedar mengobrol santai bersama teman.

"Tumben Ino-san mengajak ke perpustakaan bersama" ujar Kuroko setelah melewati beberapa rak buku.

"Salah?" tanya Ino pelan, ia sibuk memilih buku bacaan.

"Tidak juga, aku hanya heran. Tidak biasanya" ujar Kuroko jujur, dahinya mengerut samar agaknya ia melupakan sesuatu.

"Mungkin karena kau yang mengusulkan tempat ini, sebelumnya aku tak pernah mampir ke sini walaupun gedung kelas ku dekat dengan perpustakaan"ujar Ino setelah beberapa menit terdiam.

"Sayang sekali kalau begitu, jika aku berada dikelasmu mungkin aku akan mampir setiap ada kesempatan. Kenapa kita tidak bertukar Tempat saja" ujar Kuroko yang tanpa sadar mengatakan kalimat akhir.

"Kau bisa mengusulkan pendapatmu jika kau mau" balas Ino santai.

"Mana bisa seperti itu, aku hanya kalangan tengah. Tak berhak untuk mengatur tempat disini" ucap Kuroko pelan.

"Itulah dirimu, kau selalu menganggap dirimu rendah. Aku bingung, sebenarnya apa tujuanmu memilih sekolah elit ini. Mengingat kau yang selalu berpikir begitu" ungkap Ino sedikit mencibir.

"Entah, akupun tak mengerti mengapa aku diterima disini. Padahal nilaiku biasa saja, aku juga tak punya keahlian apapun" balas Kuroko cuek, dari nadanya terdengar sedikit kesal.

"Basket, bukankah kau menyukai basket?" tanya Ino memastikan. Ia menatap Kuroko yang tengah memilih buku. Agaknya pemuda itu kesulitan untuk mencari bahan bacaannya kali ini.

Dahi Kuroko mengerut samar, dan tanpa Ino sadari ia telah menyiram garam diatas lukanya.

"Aku memang menyukai basket, tapi sepertinya aku tidak mempunyai harapan" jawab Kuroko pelan, matanya menyimpan banyak kilasan sesuatu. Ino semakin penasaran dibuatnya.

"Maksudmu?" Ino memutuskan untuk kembali bertanya.

"Sejak Akashi-kun berubah prinsip dan tujuan kami tidak lagi searah, kami terpecah dan Kise-kun.." kalimatnya menggantung, ia ingin melanjutkan tapi ia enggan.

"Ada apa dengan Kise? Jangan-jangan masalah ini yang membuatnya pindah?" tanya Ino penuh selidik.

Kuroko menatapnya datar, sebelum menjawab.

"Kurang lebih begitu"

"A-"

"Cukup Ino-san, ini perpustakaan bukan cafetaria" ujar Kuroko datar.

Matanya memandang keseluruh sudut dan kata-katanya tetbukti saat para siswa serta siswi yang kini menatapnya tajam. Kemudian ia menambahkan.

"Mereka melihat kita dengan tatapan tajam seperti itu, lebih baik kita diam. Kurasa kita mengganggu konsentrasi mereka"

"Baiklah"Jawab Ino lesu. Ia mengambil smartphone nya di blazer. Kemudian mengetikkan sebaris kalimat, lalu mengirimnya.

To: Kuroko Tetsuya
From: Ino-san
Subjek: hei!

Sepulang sekolah jadikan?

Ps: jangan berwajah datar terus, aku bosan melihatnya. Sesekali tersenyumlah.

Ino

Kuroko tersenyum saat membacanya, ia menoleh kearah si pengirim pesan kemudian mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Skip time.

Tak terasa, bel pulang telah berbunyi. Ino segera membereskan bukunya untuk di masukan kedalam tas.
Ia tidak mau membuat seseorang menunggunya.

Setelah beres ia keluar kelas, sedikit terkejut karena Kuroko sudah menunggu dirinya didepan kelas.

"Apa aku lama?"tanya Ino tak enak.

"Tidak kok, aku juga baru sampai" jawab Kuroko jujur.

"Oh, apa hari ini tak ada kegiatan klub?" Ino menyesal telah menanyakan hal itu, karena Kuroko mendadak muram setelah ia bertanya.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang!" ujarnya ceria. Tanpa sadar ia menggandeng tangan Kuroko seperti halnya ia menggandeng tangan sahabat masa kecilnya, yakni Midorima Shintaro.

Kuroko tersenyum tipis, mendadak ia lupa dengan semua masalah yang menimpanya ketika melihat wajah Ino yang tampak ceria alami, tidak di buat-buat.

Rencana baru dimulai, hari ini Ino akan pulang dengan Kuroko. Mungkin mereka mengawalinya dari hal kecil seperti pulang pergi kesekolah bersama.

Tbc..

Hai minna-san?!

Mohon kritik serta sarannya, jangan lupa vote ya!

By Nisadiyanisa 290717

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top