LOtS (6)
Digo memandang kalung yang ada ditangannya. Hari ini Digo berniat mengembalikannya pada Sisi setelah kemarin dia membatalkan niatnya menemui Sisi karna melihat Sisi bersama Adit. Entah kenapa dia hanya ingin bertemu dengan Sisi saja tanpa Adit. Digo berniat menunggu Sisi sampai pulang sekolah. Dari seragam Sisi dia tau Sisi bersekolah dimana. Tadi dia juga sempat melihat Sisi memasuki sekolah dengan menggunakan motornya. Heran cewek semungil Sisi kenapa bisa menaiki motor sport begitu. Keberatan dimotor daripada badannya. Digo tersenyum.
Kenapa dia tau motor lebih berat daripada Sisi? Karna kemarin Digo menggendongnya dari depan rumah sampai masuk kekamarnya. Dan Sisi tak tau Digo sempat menindih eh tertindih tubuh Sisi karna saat menaruh Sisi ke tempat tidur kakinya tersangkut karpet dan jatuh ketubuh cewek itu dan bibirnya menyentuh pipi mulus Sisi.
'Ck. Kenapa harus terbayang-bayang kejadian itu?' Digo menepis pikirannya.
Digo mengisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Duduk dikantin tanpa mengikuti pelajaran sudah jadi aktifitasnya jika dia sedang malas mengikuti pelajaran.
"Digooo..."
Ck. Digo berdecak melihat Fika menghampirinya.
"Ngapain lo kesini?"
"Gw males, Pak Rizwar lagi ngadain ujian mendadak, gw gak belajar," Fika duduk disamping Digo.
"Trus apa hubungannya sama gw?"
"Kita keluar yuk, gw mau berdua sama lo," Fika merebahkan kepalanya dibahu Digo. Digo melirik kearah wajah Fika yang menantang minta disentuh.
"Eh, ini apa?" Fika ingin menarik kalung yang ada digenggaman Digo. Digo reflex menjauhkan tangan yang menggenggam kalung itu dari tangan Fika yang ingin meraihnya.
"Mau tau aja lo," Digo mendorong tubuh Fika menjauh.
"Lo mau rahasia-rahasiaan sama gw Digo?,"
"Eh, siapa lo mau tau urusan gw, lo udah bukan siapa-siapa gw.."
"Gw mau kita balikan Digo," Fika memeluk lengan Digo
"Gw sudah bosen sama lo..," Digo berdiri dari duduknya.
"Digooo...!"
Digo tak mempedulikan teriakan Fika.
***
Digo duduk dimotornya sepuluh meter dari sekolah Sisi tepatnya didepan sebuah warung tempatnya biasanya nongkrong bersama teman-temannya sepulang sekolah. Digo turun dari motornya dan membiarkan motornya tetap parkir didepan warung itu. Digo mendekati sekolah Sisi dimana gerbangnya tertutup. Digo melihat kearah parkiran motor dan tersenyum melihat motor Sisi terparkir disana. Suasana SMA Bumi Pertiwi tampak lengang karna Digo tau jam pelajaran masih berlangsung. Digo melihat security di pos depan sekolah nampak tertidur dengan mulut terbuka bersandar dikursinya.
'Hei, apa yang dilakukannya?' Digo memgeryitkan alis melihat seseorang mendekati tempat parkiran dan menuju motor Sisi lalu berjongkok melakukan sesuatu pada ban belakang motor Sisi. Digo seperti mengenali orang itu walaupun jaraknya tak terlalu dekat.
"Sisiii..." Digo berdesis menyebut nama Sisi ketika melihat cewek itu mendekati parkiran motor dan menuju motornya.
"Apakah mereka sedang janjian di-jam pelajaran?" Digo berpikiran negatif mengingat jika benar ini orang yang dikenalnya dia adalah seorang player.
"Ck. Cewek dimuka bumi ini memang gak ada yang benar..."
Digo hampir saja meninggalkan tempat itu dan mengurungkan niatnya untuk menyerahkan kalung Sisi. Digo membalikkan badan akan segera angkat kaki dari tempatnya berdiri sambil menggelengkan kepala emosi. Beberapa langkah meninggalkan tempat itu Digo menoleh kearah mereka berdua sambil tetap melangkah.
Digo menghentikan langkahnya melihat mereka berdua bercakap cakap dengan wajah sama keras. Digo penasaran melihat ekspresi wajah Sisi yang sepertinya marah.
"Hei, Sisi dibawa kemana?"
Sebetulnya Digo tak peduli lagi mereka mau berbuat apa, tapi demi melihat Sisi seperti dipaksa, naluri lelaki Digo tergerak ingin mengikuti, tetapi Digo sempat kesulitan karna pintu pagar sekolah Sisi tertutup dan memanjat rasanya tak mungkin, itu bukan sekolahnya. Digo sedikit panik dan tak peduli lagi kalau itu bukan sekolahnya.
"Pak!! Pak!! Bangun...woy bangun Pak..!!" Digo berteriak kearah satpam yang masih tidur dengan mulut terbuka lebar. Satpam itu terlonjak dan segera mengumpulkan kesadaran.
"Pak, tadi ada siswa yang menarik paksa seorang siswi kearah belakang sekolah...!" Digo menerobos pagar yang ternyata tak terkunci dengan mata mengarah pada hilangnya Sisi dan siswa cowok yang membawanya.
"Eeitt..mau kemana??" Satpam itu ingin menghalangi Digo tetapi Digo sudah tak peduli melesat meninggalkan Satpam yang dirasa responnya kurang cepat dan Satpam tersebut mengejar Digo. Digo mempercepat larinya dan sampai dibelakang sekolah yang sepi.
"Kemana mereka?" Digo melongok kesana kemari dengan bingung sementara Satpam sudah mulai mendekatinya. Digo lari menuju sebuah ruangan yang sepertinya gudang dan curiga siswa itu menarik Sisi kesana.
"Auwhhh...." Terdengar suara jeritan dari dalam gudang tersebut. Suara benda terbentur terdengar ketika Digo menempelkan telinganya kepintu.
Suara seorang cowok terdengar tak begitu jelas.
"Nooooooooooooooo.....!!!"
Teriakan Sisi yang terdengar menyayat membuat Digo refleks menendang Pintu dengan sekuat tenaga.
'BRAAAAKKKKK....!!!'
Entah karna Digo terlalu kuat atau memang keberuntungan sedang berpihak, pintu langsung terbuka dan terlihat pemandangan miris seorang Siswa menindih paksa Sisi. Terlihat menindih paksa karna teriakan Sisi dengan kaki yang meronta dengan rok yang tersingkap. Digo geram melihatnya karna meski dirinya juga bukan mahluk yang tak berdosa, dia tak pernah memaksa seorang cewek untuk melakukan hubungan intim secara paksa. Digo menarik kerah belakang cowok devil itu dan melemparkannya ketembok.
'BUGHHH...'
Digo melayangkan kepalan tangannya kewajah si Devil yang tak siap setelah tersungkur dilantai.
"Lo gak usah ikut campur urusan gw sama cewe sok suci ini!" Si Devil mencoba berdiri dengan bersandar ditembok.
"Apa lo udah gak bisa ngerayu seperti lo ngerayu Fika, makanya lo mau main dengan cara paksa??" Digo menarik kerah baju si Devil yang ternyata benar orang yang dikenalinya. Doni. Doni membalas mencengkram kerah jaket kulit yang dipakai Digo.
"Apa-apaan ini??" Satpam yang berada dibelakang Digo yang tadinya mengejar dan ingin menangkap Digo melerai menggunakan pentungan ditangannya setelah menyadari apa yang terjadi, terlebih melihat Sisi yang tergeletak dilantai dalam keadaan mengenaskan dengan baju terkoyak. Satpam mencengkram kerah baju Doni dan menyeretnya keluar ruangan.
"Sisiiii...." Digo bergegas menghampiri Sisi yang seperti kehabisan tenaga tersandar ditembok dalam keadaan setengah terbuka. Digo membenahi rok Sisi yang tersingkap dan melepas jaketnya menutup tubuh Sisi dan membantunya berdiri. Lutut Sisi rasanya melemas.
"Digoooo...." Lirih suara Sisi menatap sendu pada Digo dan menangis ketika Digo menarik dan mendekapnya dipelukannya.
"Gw takut, Digo..." Digo mengusap kepalanya menenangkan . Suara tangisan Sisi bertambah lirih sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
"Sisiiiiii...."
***
SMA Bumi Pertiwi gempar ketika melihat Satpam menyeret Doni ke-ruang kepala sekolah dan melihat Digo menggendong panik Sisi sambil berteriak dengan pertanyaan dimana UKS. Saat itu turun main kedua dan setelahnya pelajaran akan berlangsung satu mata pelajaran lagi dengan durasi dua jam sebelum pulang.
Adit tergesa menuju ruang Uks setelah mendengar keributan dan menyadari Sisi yang menjadi korban. Sisi tak bilang hari itu masuk sekolah, dia diduga datang lima menit sebelum bel dan Adit sudah berada didalam kelas. Dan dia juga tak tau kalau Sisi memang sengaja tidak masuk kelas untuk mengintai siapa pelaku yang membuat bocor ban motornya.
"Sisiiiii....." dari depan pintu Uks Adit dengan wajah panik memasuki ruangan. Melihat Adit, Digo berdiri dan melangkah menuju pintu. Ketika Digo berhadapan dengan Adit mereka saling berpandangan.
"Jaga cewek lo..."
Digo berlalu dari hadapan Adit diiringi tolehan Adit padanya dan sesaat kemudian mereka sama-sama menoleh menatap Sisi yang terbaring dengan dahi memar. Digo tersenyum pahit menatap Sisi yang masih terpejam. Entah apa yang ada dihatinya sekarang? Digo melangkah gontai berlalu meninggalkan ruang Uks.
"Sisi...." Digo bergumam sendu sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu dengan langkah berat.
***
"Digo mana?"
Begitu bangun Sisi langsung menanyakan keberadaan Digo, itu membuat Adit merasa terabaikan padahal jelas-jelas begitu membuka mata Sisi melihatnya.
"Pikirkan diri lo, gak usah nanyain Digo.." Adit menyentuh pipi Sisi.
"Tapi Digo nolongin gw, hampir aja gw diperkosa si Devil itu Dit, lo tau?" Bersuara lirih Sisi menatap Adit sendu.
"Iya tau. Digo udah pergi, dia suruh gw jaga lo..." Adit menangkap kesenduan Sisi yang membuatnya menyadari sesuatu.
Sisi menunduk. Entah apa yang ada dihatinya sekarang? Dua kali Digo menyelamatkannya dari kondisi terancam. Dua kali juga dia tak mengucapkan Terima Kasih. Entah apakah setelah ini ia akan bertemu kembali dengan Digo atau tidak? Lalu kenapa Digo bisa selalu ada disaat-saat gentingnya? Sisi menarik nafas dan menatap jaket yang menutup tubuh bagian atasnya lalu memeluk tubuhnya sendiri.
"Digo..." Sisi bergumam sedih.
*********************************
Terima kasih teman-teman mau menunggu...dan menyemangatiku dengan vote dan komen...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top