LOtS (4)
"Digoooo...!"
Suara pintu dibuka dengan keras mengejutkan Sisi.
Didepan pintu Fika membelalak kaget melihat Sisi yang tertutup selimut dibagian bawah dengan bahu terlihat hanya tali bra yang berwarna hitam.
"Ternyata lo cabe-cabean ya, nikung cowok gw!!" Fika mendekat dan dengan gerak cepat menghampiri Sisi yang tak siap dan tak menyadari bahaya mengancam dirinya. Fika menarik selimut yang menutup sebagian tubuh Sisi. Sisi sedikit lega ternyata dia masih memakai celana panjang hitam yang mengganti roknya setiap pergi dan pulang sekolah.
"Jaga ya mulut lo...!" Sisi menentang mata Fika yang hampir copot dari tempatnya.
"Jangan lo suruh gw jaga mulut gw kalau lo sendiri memang seperti perek mau-maunya tidur dengan cowok gw!!" Fika mendorong bahu Sisi yang sakit hingga Sisi meringis. Bahunya yang terasa kencang berdenyut sepertinya dibaluri dengan sesuatu hingga berwarna kecoklatan.
Sisi bukannya tak bisa melawan tapi bahunya benar-benar sakit dan hanya bisa pasrah ketika tangan Fika melayang kewajahnya . Sisi memejamkan mata dengan bahu sedikit terangkat siap menerima rasa sakit jika tangan Fika mampir dipipi mulusnya.
"Apaan-apaan lo??"
Sisi membuka matanya. Pantas saja wajahnya tak merasa pedas karna disentuh telapak tangan Fika yang kalap. Digo sudah berdiri menghalangi tangan Fika yang seketika menyentak tangan Digo.
"Plakk!!"
Suara tamparan keras terdengar membuat Sisi mengerucutkan hidungnya seperti ikut menahan sakit ketika Fika memindahkan arah tamparan ke pipi Digo.
"Keterlaluan lo Digo, kemarin lo bawa cewek lain, sekarang lo nidurin cabe-cabean yang nyakitin pacar lo sendiri? Lo kurang puas apa main sama gw?" Fika mendorong bahu Digo.
"Keluar lo dari kamar gw, bukannya kemarin lo mutusin gw karna lo tau gw bawa Cindy, mau ngapain lagi lo kesini?" Digo menunjuk pintu kamarnya mengusir Fika.
"Setelah apa yang lo lakuin sama gw, lo pikir gw mudah ngelepas lo?" Fika menyentuh bahu Digo.
"Jangan muna lo sama gw, lo sama gw udah gak punya apa-apa, kenapa lo ngelepasin yang lebih dulu tidur sama lo!" Digo menepis tangan Fika yang berada dibahunya.
"DIGO...!" Fika berteriak emosi.
"Apa?" Digo balas bersuara keras didepan Fika."Lo pikir gw nggak tau lo ngapain sama Doni dibelakang gw? Hah?" Digo menunjuk wajah Fika.
"Sekarang lo pergi dari kamar gw?" Digo menunjuk pintu kamarnya. Fika tak dapat berkata apa-apa lagi. Dengan menghentakkan kakinya Fika keluar dari kamar Digo dengan wajah memerah karna amarah.
"Ck. Cewek memang gak ada yang bener, udah tau punya cowok malah tidur sama cowok lain," Digo memandang kearah pintu yang dibanting keras. Setelahnya memandang Sisi yang menatapnya dengan pandangan penuh arti.
Sisi syok mendengar dan melihat pertengkaran mereka. Hubungan berpacaran dua orang yang berada didepannya tadi sudah terlalu jauh.
'Apa katanya tadi? Cewek gak ada yang bener? Sepertinya Digo memiliki pengalaman dan kisah hidup yang buruk tentang cewek sehingga berpendapat seperti itu.' Sisi membatin.
"Apa lo liatin gw?" Digo menatap tajam kearah Sisi merasa Sisi sedang menilainya.
" Harusnya gw yang nanya ya, lo apain gw hah??" Sisi tiba-tiba saja takut Digo sudah menggerayanginya tanpa sadar.
" Gak tau terima kasih ya lo? Gw ngobatin bahu lo yang kena lemparan balok," Digo duduk disisi tempat tidur menatap Sisi yang langsung memundurkan badannya."Lagian mau dibantu disuruh buruan malah bengong," Digo meraih baju seragam Sisi dan melemparkannya pada Sisi.
"Jadi lo pegang-pegang badan gw??" Sisi melebarkan matanya.
"ENGGAK!! Gw Cuma ngintip doang, yang pegang Mbak Siti..." Digo melengos melihat wajah Sisi yang sepertinya tak rela jika tangannya menyentuh tubuhnya.
"Apa?? Ngintip lo bilang??" Sisi berteriak nyaring membuat Digo menutup telinganya.
"Emang kenapa? Cuma ngintip doang, besaran juga punya Fika tapi lo mulus dan kayaknya pas kalau sama tangan gw!!"
"Kurang ajar lo...!!" Sisi melempar Bantal kewajah Digo dengan murka dan akhirnya meringis karna bahunya berdenyut lagi.
"Apa sih lo? Paling juga cowok lo udah lebih dari sekedar meremas..."
"Plakkk!!"
Tangan Sisi tak tahan untuk tak melayang kewajah Digo.
"Lo pikir semua cewek sudah digrepe-grepe sama cowok, JAGA mulut lo, jangan kurang ajar lo sama gw!!" Sisi turun dari tepi ranjang dan berdiri menatap Digo. Hampir saja Sisi menangis kalau tak ditahannya. Rugi menangis didepan cowok kurang ajar seperti Digo. Yang pasti ucapan dan sikap cowok yang ada didepannya ini membuat Sisi mengendapkan kata BENCI dalam dadanya untuk seorang cowok bernama DIGO.
Digo menatap punggung Sisi yang berlalu keluar kamarnya. Sisi tak tau sikap dan ucapan Digo dilatar belakangi kisah hidupnya yang pahit. Mempunyai Mama yang sudah menikah empat kali dan sering meninggalkannya demi pria-pria yang diincarnya Digo beranggapan Cewek hanya ingin tahta dan harta hingga mampu bersama dengan yang lain padahal sudah memiliki yang digenggaman seperti Mamanya. Sementara Papanya pergi entah kemana dengan cewek lain, dan lagi-lagi karna seorang cewek Digo harus kehilangan Kasih dari Papanya.
Digo menjadi seorang pembenci cewek dengan beranggapan semua cewek sama hanya dapat membuat hancur hidupnya. Dan seperti digiring, Digo selalu mendapatkan cewek yang memang secara kebetulan bersifat seperti yang dipikirkannya. Fika, Cindy dan semua yang pernah dekat dengannya buat Digo sama saja. Dan Termasuk Sisi. Ya , Sisi. Digo beranggapan Sisi pasti sama dengan cewek lain yang selama ini menjadi targetnya.
***
Sisi terseok keluar dari kamar Digo dan menuruni tangga yang melingkar menuju depan rumah walaupun dengan meraba-raba karna Sisi sama sekali tak tau situasi rumah Digo saat ini. Sejauh ini Sisi membayangkan dengan cara apa Digo membawanya sampai kekamar. Digendongkah? Sisi menggelengkan kepalanya.
"Eh, Non mau kemana? Bukannya bahunya masih sakit?" Seorang wanita yang Sisi nilai lebih muda dari Bibi Joana menegur Sisi membuat Sisi melonjak.
"Mbak Siti ya? Makasih ya Mbak Siti udah ngobatin..pintu keluar dimana ya Mbak?" Sisi bertanya pada Mbak Siti yang lalu menunjukkan pintu keluar dengan keheranan melihat wajah Sisi yang tegang. Dipikirnya pasti tadi Sisi marah pada Digo karna Fika datang dan akhirnya Digo ketahuan berselingkuh. Siti tadi tak sempat mencegah Fika menyusul Digo kekamar padahal Digo sedang tidak ada. Adennya kan memang edan. Kadang Siti bertanya-tanya dalam hati. Kapan Adennya menemukan cinta sejati. Sepertinya sudah sering Digo berganti-ganti teman cewek tapi tak pernah sih diajak kekamarnya. Selama ini sebatas diruang tamu menunggunya mandi dan terus keluar lagi setelahnya.
Sementara setelah sampai diluar rumah Sisi terpaku melihat motornya sudah terparkir disamping motor Digo. Kapan Digo mengambilnya? Apakah saat dia masih pingsan tadi? Dan yang lebih menakjubkan lagi bannya sudah tak bocor lagi. Sisi bingung bagaimana cara membawanya. Bahunya sakit tak mungkin bisa menahan motornya. Sedangkan untuk menelpon Adit, Adit saja sakit, tak mungkin Sisi mengganggunya. Sisi melirik jam tangannya. Sudah Jam 6 sore. Harusnya jam 2 dia sudah ada dirumah.
"Lo sanggup bawa motor lo sampai kerumah?" Digo tiba-tiba sudah ada disamping Sisi sambil menenteng kunci motornya. Sebenarnya Sisi ingin bertanya kapan Digo mengambil motor dan menambal bannya yang bocor. Tapi Sisi sudah terlanjur benci, melihat wajahnya saja rasanya tak ingin. Sisi meraih kunci motornya tanpa menatap wajah Digo.
Pelan Sisi menahan motornya dengan kekuatan yang tak seberapa dan akhirnya ketika Sisi akan mengangkat kaki menaiki motornya bahun Sisi yang berdenyut hampir saja membuat motornya jatuh menimpa Sisi kalau saja Digo tak menahan tubuh dan motornya. Digo tau Sisi takkan bisa makanya dia berinisiatif menggiring Sisi ketika Sisi akan menaiki motornya. Tubuh Sisi tersandar didada Digo yang menahan tubuh dan motornya sekaligus. Sisi menoleh dan wajah Digo begitu dekat hingga mata mereka saling mengikat beberapa saat.
"Lama-lama gw gak kuat nih nahan dua beban sekaligus, motor sama tubuh lo..."
Sisi menegakkan tubuhnya cepat - cepat meskipun bahunya terasa masih berdenyut.
" Apa lo mau gw antar?" Digo menawarkan diri karna tak ada pilihan lain.
"Gak perlu, gw bisa sendiri..." Sisi berkeras tak mau ditolong Digo. Dia tak ingin punya hutang budi lagi pada cowok tengil didepannya ini.
"Lo keras kepala banget ya ternyata..."
" Biarin, apa urusannya sama lo...?"
"Urusannya sama gw karna lo sedang berada dirumah gw, kalau gw biarin lo trus lo gak selamat tiba dirumah lo gw gak mau dikata gak berprikemanusiaan.."
"Lo jangan ngomong soal prikemanusiaan sama gw, omongan lo aja tadi gak nunjukin lo punya hati.."
"Kalau gw gak punya hati lo gak bakal ada disini..Lo gak terima kasih banget ya sama gw...?"
"Oh jadi lo perlu terima kasih dari gw gitu, lo ngelakuin semua ini hanya karna ingin ucapan terima kasih, gitu maksut lo??"
" Lo tuh yaaa...???"Digo sepertinya sudah tak sabar berhadapan dengan cewek keras kepala didepannya.
"Apa?? Terus lo mau ap...mmmpphhh..." Dengan sekali sentak Digo menutup mulut Sisi dengan bibirnya. Saat bibir Digo menempel dibibirnya mata Sisi melotot, Sisi tak bisa bergerak menolak karna Digo menekan kepalanya hingga terkunci. Sisi tak tau harus marah atau tambah benci. Ketika bibir mereka terlepas Sisi justru menangis. Airmata yang tadi tak ingin dikeluarkannya didepan sitengil ini justru sekarang dengan mudahnya mengalir.
"Gw Benci sama Lo!!"
***********************************
Aku datang lagi hari ini...
Thanks semangatnya melalui vote dan komen...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top