LOtS (17)
"Aku selalu cinta kamu, Sisi..."
"Aku juga, jangan pernah tinggalin aku Digo."
"Gak akan..."
Digo berbisik seraya mencium bibir Sisi, melumat dengan menekan lembut. Digo menggigit bibir tipis Sisi yang melenguh kehabisan nafas dan menggigit lehernya hingga menciptakan kissmark disana. Sisi merinding seketika.
"Digooo..."
Sisi mulai menggapai dan menekan kepala Digo ketika pria itu mengecupi niple dan memelintirnya dengan ujung lidah yang basah hingga daerah aerolanya. Inti tubuh Sisi terasa melembab apalagi ketika bergesekan dengan inti tubuh Digo. Hanya bergesekan saja rasanya keduanya melayang. Sisi mengangkat intinya yang melumas dan Digo menekan pusatnya yang tegang masih terhalang penutup yang belum dilepas.
"Akhhhh Digooo...."
Sisi menggeliat dan mencengkram lengan Digo sambil menggigit bahunya. Sesaat tak terdengar suara Digo.
"Sisiii..."
Sisi terlonjak kaget mendengar suara Digo berubah menjadi suara Mom. Sisi mengerjapkan matanya. Membuka matanya yang agak berat Sisi mengumpulkan kesadaran dan menyadari dirinya dibawah selimut memeluk guling.
"Siii..."
Suara Mom terdengar lagi. Sisipun menoleh dan melihat Momnya duduk ditepi tempat tidur.
'Ah, ternyata cuma mimpi.' Sisi membatin. Kenapa dia harus selalu bermimpi tentang seorang pria yang mencumbunya dan membuat ahhh, intinya selalu basah. Rasanya sentuhannya itu sangat dia rindukan. Ada tatapan mata yang selama tiga tahun ini begitu diharapkannya tetapi tatapan siapa?
"Sii?
Mom mengusik Sisi lagi.
"Mom, apa Sisi bisa liburan ke Indonesia, sepertinya Sisi kangen sekali sama tanah kelahiran Sisi..."
"Merindukan tanah kelahiran apa merindukan seseorang?"
"Kenapa Mom berkata kaya gitu Mom, apa ada di Indonesia orang yang pasti Sisi rindukan?"
Mom menatap Sisi bingung. Sudah tiga tahun Mom tak sepenuhnya memberitahu masalalu Sisi yang kelam.
Mom tak bisa menentang keinginan Dad agar tak mengingatkan pada Sisi tentang Digo. Pada kenyataannya Sisi sering sekali bertanya tentang seorang pria yang sering membayangi dan sering datang dalam mimpinya.
Keadaan ekonomi mereka sedang kacau karna bangkrut pada saat itu. Mom dan Dad kembali ke Indonesia dan akan memboyong Sisi ke Singapore bahkan ada tujuannya. Rekan bisnis Dad mempunyai seorang anak laki-laki yang ingin mereka perkenalkan.
Klasik sekali memang. Sebenarnya bukan permintaan rekan bisnis Dad yang bernama Ricard itu. Tetapi Ricard bercerita kalau puteranya yang sudah berusia 25tahun sampai saat ini tak pernah dekat dengan teman wanita membuatnya heran.
Dad syok karna mendapati Sisi sedang hamil yang artinya tak bisa diperkenalkan dengan puteranya Ricard padahal ia sudah berjanji. Apa kata Ricard jika Dad mengatakan anaknya sekarang hamil tanpa suami padahal masih sekolah dan belum genap 17tahun? Dad menganggap Digo merusak rencananya. Kalut. Saat itu Dad kalut.
"Kamu boleh ke Indonesia tapi harus bersama Jordy..." Suara Dad tiba-tiba terdengar didepan kamar Sisi. Sisi memang tak diperbolehkan mengunci pintu kamarnya karna Mom dan Dad mengkhawatirkan jika Sisi mimpi buruk atau berteriak tak jelas ditengah malam. Karna itu sering kali terjadi.
"Yessss..." Sisi menggenggam kedua tangannya. Biar saja bersama Jordy, Sisi tetap senang karna akan ada yang menemaninya disana.
"Sisi nanti tinggal dimana, Dad?"
"Diapartemen kita yang baru saja Dad beli..."
"Lalu rumah kita yang katanya digadaikan?"
"Belum jatuh tempo, ini memang tahun terakhir, tapi yang menempati masih betah disana..."
"Oh, baiklah, Indonesia, I'm cominggg....."
***
"Kenapa setelah tiga tahun Dad baru saja mengijinkan Sisi kembali Ke Indonesia?" Mom menatap Dad ketika Mom menyeretnya kembali kedalam kamar mereka dan meninggalkan Sisi yang sedang mandi.
"Sisi sekarang sudah dekat dengan Jordy, kelihatannya mereka sama-sama nyaman dan tidak ada masalah, bahkan Jordy sudah menerima Sisi apa adanya meskipun sudah diceritakan masalalu Sisi..."
Dad memberi penjelasan yang membuat Mom menghela nafasnya.
Sebetulnya Mom tak setuju dengan sikap Dad yang menyuruh menyembunyikan tentang Digo pada Sisi. Mom kuatir suatu saat Sisi akan mengingat kembali siapa dirinya dan akan menyalahkan mereka, kenapa menyembunyikan tentang Digo? Tetapi menurut Dad, pada saat nanti ingatan Sisi kembali, Dad yakin Sisi sudah mencintai Jordy dan rasa cintanya pada Digo sudah hilang.
"Kenapa, Mom masih kuatir dengan cinta monyetnya Sisi itu?"
Ya, Dad sangat meyakini cinta Sisi pada Digo hanya cinta monyet. Dad yakin cinta anak seusia mereka pada saat itu hanya cinta sesaat. Seandainya dulu mereka dinikahkan Dad yakin pernikahan mereka akan seumur jagung. Meski Dad tak menyangka dengan aksi nekat Digo yang pada saat itu melarikan Sisi. Dad yakin Tuhan menunjukkan jalan yang terbaik. Menurut Dad, kecelakaan yang dialami Digo dan Sisi menunjukkan bahwa anak yang tidak menurut pada orang tua akan mengalami hal yang buruk.
Kecelakaan itu merenggut janin yang dikandung Sisi dan membuat dia melupakan segalanya. Akhirnya Mom dan Dad tak pernah menyebutkan Sisi kecelakaan saat bersama Digo. Tetapi kecelakaan mobil bersama mereka saat mereka dari Bandara menuju apartemen mereka di Singapura.
Sisi diboyong ke Singapura dalam keadaan tak sadarkan diri. Sisi sadar pada saat itu disalah satu rumah sakit yang ada di Singapura dan sudah tak ingat apa-apa lagi tentang dirinya.
"Dad, jangan terlalu yakin cinta mereka hanya cinta monyet, Sisi sering sekali memimpikan Digo, ingatannya pada Digo-lah yang membuat kepala Sisi sakit ketika mencoba mengingat-ingat..." Mom menggeleng pada Dad. Dad hanya mengangkat bahu.
'Digo?'
Sisi yang berada dibalik pintu mengurungkan niatnya untuk memasuki kamar Mom dan Dad. Siapa Digo sebenarnya? Sisi mencoba mengingat. Digo tak pernah disebut didepannya. Yang Mom sebutkan hanyalah Adit dan Dinda, yang ikut melepaskan Sisi dirumah pada saat bertolak ke Bandara ketika akan pergi ke Singapura.
Sudah lama Sisi memendam curiga pada Mom dan Dad. Sisi merasa masih ada yang ditutupi darinya. Apakah pria bernama Digo itu yang ditutupi darinya? Siapakah dia?
***
"Sisi, putriku, ratuku..."
Sisi merasa pipinya ditepuk-tepuk.
"Iya?" Setengah mengantuk Sisi memicingkan matanya dengan suara khas bangun tidur.
"Bangun, udah nyampe, duh susah banget ni si putri kalau udah tidur..."
Sisi melebarkan matanya dan terlonjak.
"Kita sudah sampai di Indon, omegat....asikkk" Sisi bersorak seperti anak kecil. Rasanya senang sekali. Entahlah. Sisi merasa sepertinya mendekati sesuatu yang membuatnya ingin kembali ke Indonesia.
Jordy menggenggam tangan Sisi keluar dari pesawat dan melalui lorong untuk menuju ketempat pengambilan bagasi.
"Jordy, nanti kita makan dulu ditempat nasi goreng favorite aku ya..."
"Emang kamu ingat, kamu punya langganan nasi goreng?"
Sisi menutup mulutnya? Dia hanya spontan mengatakan itu. Iya ya? Dimana tempatnya?
"Kamu tunggu bagasi, aku pesan taxi ya..." Jordy mendorong tubuh Sisi. Sisi mengangguk dan melihat kesekeliling bandara. Walaupun dia amnesia, Sisi merasa tak asing dengan bandara ini. Tentu, dulu setidaknya mau bertolak ke Singapura dia kesini.
Sisi menarik bagasinya dan bagasi Jordy tepat saat Jordy kembali kehadapannya. Jordy mengambil bagasinya dan keluar dari pintu kedatangan.
"Wuihh, keren kebut-kebutannn...." Sisi berteriak histeris ketika dilihatnya beberapa motor sport melewati taxi yang ditumpanginya dengan kecepatan tinggi. Jordy mengacak rambutnya. Sedikit heran, Sisi yang dikenalnya lembut sepertinya kena sindrom ribut sesaat setelah menginjakkan kaki ketanah air.
Wushhhhhh....
Sebuah Motor menyalip taxi mereka dan ketika berada didepan taxi pengendara motor tak menyadari ada mobil lain dan menabraknya.
Ciitttttttt.......
BRAKKKK....
Pengendara motor terpelanting dan terlihat melayang beberapa meter dan masuk kebawah kolong truk yang kebetulan ikut stop mendadak karna menghindari tabrakan beruntun.
"Arghhhhhhh....."
Sisi memegang kepalanya. Bayangan kecelakaan maut dan tubuhnya yang melayang berkelebat lagi diotaknya melihat kejadian itu.
"Digoooo....."
Tanpa sadar Sisi berdesis menyebut nama Digo.
"Sisiiii?"
Bukan Digo yang membalas panggilannya tapi Jordy. Sisi menoleh kearah Jordy dengan wajah pucat pasi. Jordy merengkuh bahunya menenangkan.
"Kamu mulai ingat sesuatu? Aku akan membantumu, putri..." Jordy mengelus bahunya.
***
Tok.tok.tok
"Jordy...."
Sisi mengetuk pintu kamar Jordy. Tak ada sahutan. Sisi mencoba menekan handle pintu. Tak dikunci. Dilihatnya Jordy tidur terlentang dengan baju tak berlengannya. Wajahnya damai. Ganteng. Sisi tersenyum lalu menutup pintu kamar lagi. Jordy pasti kecapean karna tadi malam dibajak untuk menemani jalan-jalan keliling kota lalu siangnya Sisi mengajaknya main ke mall, rasanya kangen banget jalan-jalan mengelilingi kotanya.
Bosan. Sesore ini Jordy masih saja tidur. Sisi ingin jalan-jalan keluar apartemen. Sisi keluar dari apartemennya menuju lift kelantai dasar. Keluar dari gedung apartemen Sisi melihat seorang gadis turun dari boncengan sebuah motor sport. Mereka terlihat tertawa dan bercanda. Si pria memencet hidung sang gadis, sang gadis memukul bahunya dan berteriak manja karna hampir kehabisan nafas.
Sisi tersenyum. Melihat adegan itu rasanya dia dulu juga pernah. Sisi menggelengkan kepalanya. Terlalu lengah Sisi tak menyadari ada motor lain yang melaju ketika ia,menyebrang.
Ciiiiiiitttt......
"Aaaaaaa...." Sisi menutup matanya.
"Hati-hati kalau jalan Nona, kalau tadi gw nabrak lo pasti gw yang jadi tersangka, padahal lo yang gak liat-liat!!"
Sisi membuka matanya ketika tak ada yang menyentuh tubuhnya.
"Maaf...." Sisi merasa bersalah.
Beberapa saat Sisi memandang pria yang berada diatas motor dan memakai helm yang menutupi sebagian wajahnya.
"Sisii??"
Sisi mengerutkan alis ketika pria itu menaikkan helm dan memanggil namanya bahkan turun dari motornya.
Sesaat Sisi terpaku melihat mata yang menatapnya. Seperti tak asing. Bahkan jantungnya berdetak lebih cepat.
"Maaf? Apa saya kenal anda?" Sisi bertanya dengan nada ingin tau.
"Si, apa kamu sengaja lupain aku? Kamu sengaja ninggalin aku dan lupain janji kita...?" Pria itu menatap Sisi dengan tatapan rindu yang teramat sangat.
"Sayaaa...."
Sisi terhenyak, pria didepannya menarik dan memeluk dengan erat. Sebetulnya Sisi ingin memberontak tetapi pelukan pria didepannya ini seperti membawanya pada satu titik nyaman yang ia rindukan. Sisi tenggelam dalam kenyamanan itu. Pikirannya melayang pada sesosok pria yang selama ini membayangi dan hadir dalam mimpinya. Tanpa sadar Sisi membalas pelukan pria itu dengan rasa rindu yang entah kenapa seperti erat menggenggam hatinya.
"Digo...."
******************************
Walaupun udah telat banget, aku tetap usahain update nih...
Maaf, mungkin tidak sesuai dengan keinginan kalian, tapi ini kisah cinta sejati, yang bagaimanapun dipisahkan tetap akan kembali karna tulang rusuk takkan pernah tertukar.....
Terima Kasih bila tetap menunggu, memberikan vote dan komennya...
Terima Kasih juga pada teman-teman yang sudah memberikan ucapan dan doa di hari ulang tahun aku yang ke37, 5Desember 2015. Semoga doa terbaik yang kalian ucapkan didengar dan dikabulkan Allah...Aamiin..
Banjarmasin, 6Desember 2015
01.02
Repost
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top