15 Karin Belum Pulang

Seharian itu, Karin sama sekali tidak memerhatikan pelajarannya di kelas. Pikirannya mengawang. Ia tidak nafsu makan dari tadi malam. Sarapan pagi dan makan siang pun, ia lewatkan karena kekenyangan oleh permasalahan hubungan orang tuanya. Begitu jam pelajaran terakhir selesai, ia dengan lemah membereskan buku-bukunya dan melangkah keluar kelas. Sudut matanya lalu menangkap Wonbin yang baru saja berjalan begitu saja melewatinya, tanpa sedikit pun menyapanya. Gadis itu mengernyit.

"Bin, kita harus bicara," kata Karin di koridor sekolah.

"Aku pikir vidcall tadi malam itu udah jelas banget," lirih Wonbin. "Orang tua kita masih saling cinta."

Karin seolah terpukul. Wonbin tiba-tiba bersikap begitu dingin padanya. Biasanya di saat pulang sekolah seperti ini, Wonbin dengan ceria akan menghampirinya dengan senyum termanisnya, menggenggam tangannya, menemaninya berjalan kaki menuju dorm sekolah untuk mengepak barang. Berhubung hari ini hari Jumat, Wonbin biasanya akan mengantar Karin pulang ke rumah dengan mobil.

"Mau pulang bareng ngga Bin?" pinta Karin penuh harap.

"Maaf Kar, aku ngga bisa nemenin kamu pulang hari ini. Sampai ketemu Senin ya."

Wonbin berbalik begitu saja dan menghilang dari koridor. Tidak ada senyuman hangat dan candaan. Karin masih berdiri di tempatnya dan merenung. Namun, rasa sakit di perut atasnya tiba-tiba datang. Ia menghela napas pendek. Sepertinya maag-nya kambuh lagi. Wajar saja. Sejak tadi malam ia tidak makan apapun.

"Karin!" teriak Eunseok dari arah belakang. "Hari ini lo piket bareng gue kan? Peralatan di lapangan tenis masih belum dibalikin ke gudang. Gue minta tolong ya! Gue ada perubahan jadwal les dadakan jadi buru-buru. Tapi udah gue beresin sebagian kok. Tinggal sisanya aja dikit."

Karin baru menyadari jadwal piketnya. "Oh, iya ya! Aduh maaf banget ya, Seok! Oke, gue ke lapangan tenis sekarang."

"Hey, wait!" Eunseok menarik lengan Karin. "Lo kok kayak pucat gitu? Are you okay? Biar aku aja kalau gitu deh."

Karin merasakan perutnya kini seperti teriris pisau. Namun, ia sebisa mungkin tidak menunjukkan rasa sakitnya kepada Eunseok. Ia mengembangkan senyum lebar, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Hah? Gue ngga kenapa-napa kok. Udah duluan aja!"

Eunseok mengangguk mengiyakan. "Lo tahan aja Wonbin buat bantuin lo. Kalian biasanya pulang bareng kan? Amanlah kalo gitu. Makasih ya Kar! Gue cabut."

Karin terpaku. Entah ia harus bereaksi seperti apa mendengar perkataan dari Eunseok. Gadis itu meringis pelan karena rasa sakit maag di perutnya. Dengan agak sedikit membungkuk sambil mengelus perut atasnya, ia berjalan pelan menuju lapangan tenis. Setibanya di sana, net dan peralatan berat lainnya ternyata sudah dibalikkan ke gudang oleh Eunseok. Gadis itu sisa membereskan bola-bola tenis yang berserakan di lapangan. Dengan lemah, ia mengumpulkan bola-bola neon itu satu per satu ke dalam kotak penyimpanan. Karin kini membawa kotak berisi bola tenis tersebut ke gudang penyimpanan peralatan olahraga. Ia mengangkat kotak berat itu ke lemari.

Setelah itu, Karin menyadari bahwa perutnya semakin sakit. Napasnya terengah-engah karena kelelahan. Keringat dinginnya bercucuran. Sekilas pandangannya menjadi kabur. Karin kini merasa seakan gravitasi menarik tubuhnya ke bawah. Ia jatuh pingsan.

"Ada orang ngga di dalam gudang? Hellowww??? Ngga ada kayaknya."

Di sisi lain, petugas sekolah berteriak di depan pintu gudang peralatan, memastikan tidak ada orang di dalam tanpa mengecek masuk. Begitu yakin, ia lalu mengunci pintu gudang dan beranjak pergi. Tanpa menyadari bahwa ada seorang murid terkurung di sana dalam keadaan tak sadarkan diri.

***

Malam itu, Wonbin beranjak ke tempat tidurnya setelah mandi. Meski badannya terasa segar, napasnya terasa berat. Ia begitu menyesali sikap dinginnya tadi terhadap Karin. Wonbin menutup mata sambil memijat dahinya. Ia kembali menimbang-nimbang perbuatannya yang melarikan diri begitu saja.

Ngapain juga gue nyuekin Karin tadi. Dia kan ngga salah apa-apa. Bin... Lo jahat banget!

Wonbin merasakan ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk. Begitu ia melihat layar ponselnya, matanya terbelalak. Dari bunda Karin. Wonbin tidak langsung meresponnya. Ia berdecak kesal. Pasti bunda Karin ingin membahas persoalan itu padanya. Dengan begitu terpaksa, Wonbin mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Tan," jawab Wonbin pelan, tidak siap dengan segala pertanyaan.

Wonbin, maaf tante ganggu malam-malam. Karin lagi bareng kamu ngga sekarang? Tante telpon dia dari sore ngga pernah diangkat sampai sekarang.

Dengan cepat Wonbin menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia mengecek jam di layar ponsel. Pukul 23.04 WIB. Seketika Wonbin panik. Kedua bola matanya membesar. Kening dan dahinya mengerut. Perasaannya diselubungi kekhawatiran. Lidahnya kelu.

"Ngga Tan... Aku udah di rumah dari sore... Tadi aku pulang duluan."

Udah jam segini dia belum pulang. Dia tadi ngomong ngga Bin mau kemana? Apa pergi sama temennya ya? Tante takut dia kenapa-napa.

Wonbin menutup matanya rapat-rapat. Perasaan bersalah menghantuinya. Ia bahkan tidak tahu jawabannya.

"Tan, aku coba tanyain ke temen-temen ya. Aku juga bakal coba hubungin Karin. Nanti aku infoin ya, Tan!"

Dengan panik Wonbin secepat mungkin menelepon Karin. Namun, gadis itu tidak mengangkat panggilan darinya, meskipun berkali-kali dihubungi. Pria itu kemudian mengirim chat kepada Karin untuk menanyakan keberadaannya. Setelah itu, ia mencoba menghubungi Ningning.

"Ning, Karin lagi bareng lo ngga?"

Hah? Ngga! Gue malah baru nemenin nyokap belanja. Emang Karin kenapa Bin?

Wonbin tidak ingin menjawab pertanyaan Ningning dan langsung mengakhiri pembicaraan. Ia bangkit berdiri dari tempat tidurnya sambil menggigit bibir. Kali ini, ia mencoba menghubungi Sohee.

"Sohee, lo masih di dorm ngga? Ada Karin ngga ya di dorm?"

Duhhh gue udah di rumah. Gue lagi tidur nih! Ini kan Jumat, Bin. Anak-anak dorm pasti pada pulang ke rumah masing-masing. Bukannya lu nganter Karin pulang ya?

Lagi-lagi Wonbin memutuskan telepon dengan kesal. Kenapa orang-orang terus-menerus menanyainya pertanyaan yang membuatnya semakin merasa bersalah? Wonbin mengacak rambutnya dan kembali mencoba menghubungi Karin namun tidak berhasil. Chat darinya juga tidak dibalas oleh gadis itu. Kini Wonbin memutuskan untuk membuka grup chat.

Wonbin Guys ada yang terakhir ketemu karin ngga tadi pas pulang? 23.26

Ningning Binnn karin knp sih? Lo tadi tetiba nutup telpon 23.26

Wonbin Dia blum balik rumah sampe skrng trus ngga bisa dihubungin, nyokapnya nyariin 23.26

Ningning Waduh 23.27

Ningning @karin ☹☹☹ 23.27

Ningning Gue terakhir liat di kelas aja sblum balik 23.27

Sohee @wonbin bukannya lo nganterin dia pulang? 23.27

Sohee Coba gue telpon taro sapa tau dia msh di dorm 23.27

Ningning Gue udh nyoba nelpon giselle ama minjeong ngga diangkat, udah tidur kyknya 23.28

Wonbin Yg lain mana ya? Dah pada tidur? 23.28

Sungchan Dia ada les ngga? 23.28

Sungchan Apa macet ya? Trus hpnya lobet 23.28

Sohee Taro ngga ngangkat telpon 23.28

Wonbin @sungchan Dia ngga ada les chan 23.28

Ningning @karin gue telpon karin jg ngga diangkat 23.28

Ningning @karin lo dmnaaaaa ☹☹☹ 23.28

Ningning Dia kyknya sakit deh tadi tuh ngga nafsu makan 23.28

Ningning Kita ajakin ke kantin dia ngga mau. Dia tadi skipped lunch 23.29

Ningning Duh gmn kalo maag dia kambuh 23.29

Wonbin semakin cemas setelah membaca chat Ningning. Ia membuang badannya ke tempat tidur dan meremas rambutnya penuh penyesalan. Kekhawatiran menjalarinya. Ia benar-benar tidak tahu keberadaan Karin saat ini. Bagaimana jika Karin sakit? Bagaimana jika Karin diganggu orang jahat? Bagaimana jika tiba-tiba kejadian penikaman itu terulang? Wonbin tidak sanggup berpikir.

Eunseok Gue ketemu karin tadi sblum pulang sekitar jam setengah limaan 23.29

Eunseok Gue ama karin hari ini piket bersihin lap tenis 23.29

Eunseok Tp gue pulang duluan krn ada les 23.29

Eunseok Gue pikir dia bareng lo Bin 23.29

Wonbin @eunseok dia ngomong ke lo ngga mau kemana habis itu? 23.30

Eunseok Ngga tp dia agak pucat sih tadi 23.30

Eunseok Awalnya gue ngga mau ninggalin dia tp gue pikir dia bareng lo jadi aman 23.30

Wonbin @sungchan tolong hubungin security dong buat cek cctv 23.31

Wonbin Gue ngga punya nomornya 23.31

Wonbin Cek sekitaran lap tenis ama gudang peralatan jam setengah limaan 23.31

Wonbin Gue pengen lacak Karin kemana aja abis itu 23.31

Wonbin Feeling gue dia masih di dorm 23.31

Wonbin Gue ke sekolah skrng 15 min nyampe 23.31

Sungchan Hah? Lu mau ke sekolah jam segini? 23.31

Wonbin tidak sempat membaca chat berikutnya. Dengan tergesa-gesa ia meraih jaketnya, memasukkan dompet ke saku celananya, dan mengambil kunci mobil. Wonbin berhamburan ke luar kamarnya dan berlari cepat menuruni tangga rumah seraya terus menelepon Karin.

Maafin aku, Kar! Aku bego banget. Fix aku ngga bakal ngelepasin kamu lagi.

Di sisi lain, Hyunbin sedang berada di ruang tengah karena tidak bisa tidur, menyaksikan anak lelakinya berlarian tergesa-gesa menuju basement. Ia terkejut melihat pergerakan cepat itu. Matanya membulat.

"Wonbin! Berhenti! Kamu mau kemana malam-malam?"

Wonbin segera memutar badan. Raut wajahnya penuh kecemasan.

"Pa, Karin belum balik rumah terus ngga bisa dihubungin sama sekali..."

Hyunbin terkesiap. Namun, ia tidak ingin membuang waktu dengan bertanya tentang kronologi cerita. Ia seketika meraih kunci mobil dari tangan anaknya.

"Cepat masuk ke mobil. Biar papa yang bawa mobil kamu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top