13 Pemeran Pengganti
Wonbin menyeruak keluar stadion sambil menahan perih di tubuhnya. Ia terus berjalan dan meratapi kekalahannya yang sebenarnya sangat tidak perlu terjadi karena kesalahannya sendiri. Ia tidak fokus. Namun, ia tidak bisa menyalahkan siapa pun.
"Wonbin!"
Pria itu menoleh ke belakang. Karin berlari mengejarnya sampai napas gadis itu terengah-engah.
"Kamu ngga papa? Kamu luka ngga? Coba aku liat!" seru Karin khawatir.
Wonbin tertegun. Sambil terus menatap Karin, ia membiarkan dirinya diseret oleh gadis itu untuk duduk di bangku taman sekolah. Gadis itu kemudian sibuk mengecek apakah Wonbin terluka atau tidak.
"Tuh kan, lengan kamu lecet sampai berdarah gini!"
Karin mengeluarkan seluruh perlengkapan pertolongan pertamanya dari tas kecil yang dibawanya. Gadis itu kini begitu serius membersihkan luka di lengan Wonbin, membuat pria itu tidak mampu berkata-kata. Gadis itu bahkan telah menyiapkan obat-obatan jika ada kemungkinan terburuk menimpanya. Wonbin begitu terpana oleh bentuk perhatian tulus gadis itu terhadap dirinya.
"Aku ngga papa Kar. Kamu ngga siap-siap untuk musical drama nanti siang?" tanya Wonbin pelan.
"Aku tahu kamu lagi emosional banget sekarang," jawab Karin tidak menggubris pertanyaan Wonbin yang sebelumnya. "Apa ini soal masalah kamu yang belum kamu ceritain ke aku? Ada apa sih Bin? Kalau kamu cerita sekarang, mungkin aku bisa bantuin kamu."
Wonbin terdiam. Ia hanya bisa tertunduk dalam hingga rambut panjangnya menutupi wajahnya, menutupi rautnya. Karin semakin cemas melihat Wonbin yang tidak memberikan reaksi apapun. Untuk pertama kalinya, tidak ada keceriaan di wajah pria itu.
"Bin, kamu kalo ngga mau cerita sekarang ngga papa. Tapi please... Jangan sampai itu bikin kamu luka lebih dalam lagi," pinta Karin cemas seraya menyentuh wajah Wonbin. "Kamu kenapa sih, Bin?"
Wonbin dengan perlahan melepaskan tangan Karin dari wajahnya dan tersenyum tulus. "Makasih udah obatin luka aku. Kamu mending ke teater aja buat siap-siap. Aku nyusul ya. Ntar aku rekamin kamu tampil di panggung. Semangat ya..."
"Bin..."
"Aku pengen sendiri dulu."
Wonbin bangkit berdiri dari bangku taman dan berjalan menjauh meninggalkan Karin yang dipenuhi rasa penasaran. Karin dengan cemas memerhatikan punggung Wonbin hingga pria itu menghilang dari pandangannya.
***
Di toilet sekolah, Wonbin membasuh mukanya di wastafel dan menatap dirinya di cermin. Kini ia bimbang. Apakah tepat jika ia harus menceritakan hal ini kepada Karin? Kenapa ia begitu khawatir? Wonbin tidak dapat berpikir jernih.
Tiba-tiba pantulan cermin memperlihatkan Sohee yang terburu-buru berlarian masuk ke toilet dan membanting pintu toilet dengan keras hingga membuat perhatian Wonbin teralihkan. Wonbin menghampiri pintu bilik toilet Sohee.
"Napa lo?" tanya Wonbin dari luar. "Suara kentut lo kemana-mana tau!"
"Duh mampus gue Bin!" keluh Sohee dari dalam toilet. "Gue diare! Gue ngga tau tadi tuh ada keju di makan siang gue!"
"Hah? Bentar lagi drama lo mau mulai! Buruan minum obat!" seru Wonbin. "Lo belum ganti kostum?"
"Ini ngga sesimpel yang lo bayangin! Gue kalo diare langsung akut! Bin, please gantiin gue jadi pangeran dong. Gue udah ngomong ke Ningning. Ntar dia arahin lo. Buruan koordinasi ama dia!"
Wonbin membelalak kaget. "What? Gila lo dadakan banget! Gua mana bisa bro?" teriak Wonbin panik.
"Udah deh! Lo kan selalu liat gue ama Karin latihan. Ingatan lo juga bagus kan? Lo juga sering baca script dan hapal lagu-lagu drama kita kan? Lo pasti bisalah. Ribet nih kalo gue yang ke panggung!"
"Ya kan koreonya ngga gue hapal semua!"
"Lo kan bisa improvisasi! Udah deh buruan! Lo pengen liat Karin nangis karena dramanya hancur?"
Sohee segera memaksa Wonbin menuju teater. Wonbin dengan linglung menuruti perkataan temannya itu dan bergegas berlari meninggalkan toilet. Sesampainya di teater, semua pemain drama telah berganti kostum dan bersiap-siap untuk tampil. Saat Ningning melihat sosok Wonbin, gadis itu menghampiri pria itu dengan begitu tergesa-gesa dan menyodorkannya segumpal kostum.
"Lo buruan mandi! Hilangin semua keringat lo dan ganti baju pake kostum pangeran ini! Habis itu lo rehearsal bentar ama gue sebelum ke panggung!" perintah Ningning.
"Karin mana?" tanya Wonbin panik. "Dia udah tau belom?"
"Dia lagi makeup! Udah buruannn!!!" seru Ningning sambil mendorong punggung Wonbin.
Ningning melihat Wonbin dengan kikuk segera ke toilet sambil membawa seluruh perlengkapan yang diberikan kepadanya. Ningning mengipas lehernya dengan kedua tangannya, berusaha mengendalikan napas dan kepanikannya.
"It's okay! It's under control! You don't have to worry bout anything," ujar Ningning kepada dirinya sendiri.
***
Siang itu, teater terisi penuh dengan penonton. Euforia penonton begitu antusias menyaksikan performa drama musikal dari grade 11. Begitu drama dimulai, Karin dan para pemeran lainnya memasuki panggung, menampilkan hasil latihan dan kerja keras mereka. Musik membahana di seluruh penjuru teater, mengiringi tari-tarian dengan kostum warna-warni. Penonton bersorak dengan riang.
Di sisi lain, Wonbin mengintip dari belakang panggung melalui tirai panjang. Ia panik dan memperbaiki letak microphone-nya. Ia berusaha mengingat-ingat kembali dialognya berdasarkan pengamatannya saat melihat Karin dan Sohee latihan selama ini.
"Giliran lo sekarang! Cepetan!" bisik Ningning kepada Wonbin.
Dengan wajah polos pria itu memasuki panggung. Sinar spotlight menyinarinya. Para penonton yang tidak tahu apa-apa bertepuk tangan dengan begitu bergemuruh, kecuali orang-orang yang tidak mengetahui adanya pergantian peran ini, termasuk Karin. Gadis itu syok sejadi-jadinya dengan keberadaan pacarnya itu di atas panggung. Konsentrasinya buyar. Ia tiba-tiba mendengar suara Ningning dari in-ear-nya.
Karin, kamu jangan panik! Anggap aja dia Sohee!
"Are you Princess Jimin?" tanya Wonbin sesuai skenario.
Karin terpaku. Namun, Wonbin terlihat begitu tampan dengan kostum pangeran yang dikenakannya. Pria itu kini berusaha mendalami perannya. Wonbin dengan gagah berjalan tepat ke hadapan Karin dengan pandangan serius. Namun, melihat Karin yang masih melongo, Wonbin jadi ikut linglung dan merasa bersalah. Karin pun tersadar dari lamunannya dan berusaha bersikap profesional.
"Yes, Your Highness!" jawab Karin seraya membungkuk memegang gaunnya.
Wonbin meraih sebelah tangan Karin dan mencium punggung tangan gadis itu sambil tersenyum lembut.
"I've been waiting for this moment," ajak Wonbin mengarahkan Karin ke tengah panggung untuk berdansa.
Wonbin memutar tubuh Karin lalu kini merangkul pinggang Karin seperti yang Sohee lakukan saat latihan, membuat gadis itu terkesiap. Meskipun hanya dansa sederhana dan tidak sedetail koreo asli buatan Shotaro dan Seunghan, Wonbin sukses menjalankan semua sesuai dengan skenario dan hasil latihan selama ini. Meskipun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa improvisasi yang dilakukannya.
Karin tertegun. Ada sesuatu yang gadis itu rasakan yang sama sekali tidak ia alami ketika bersama Sohee. Wonbin dapat membuat aktingnya tercipta begitu natural. Ia tidak perlu berusaha lebih ekstra menunjukkan ekspresi yang seharusnya. Wonbin begitu fokus menatapnya begitu hangat, membuat Karin larut di dalamnya. Jantungnya berdebar mengiringi langkah kakinya. Wajahnya merona dengan jelas.
Di sisi lain, Minjeong dan Giselle berlari ke belakang panggung menghampiri Ningning.
"Ningsih!!! Itu si Wonbin ngapain di situ???" teriak Minjeong panik.
"Yang bener aja!!! Mana Sohee???" tanya Giselle dengan mata melotot. "OMG, it's ruined!"
Ningning menutup mata dan berusaha menenangkan teman-temannya. "Girls, tenang aja! Semua aman terkendali kok!" ujar Ningning berusaha menjelaskan. Ningning semampunya meyakinkan teman-temannya dengan kemampuan Wonbin yang langsung bisa menyesuaikan diri.
Namun, betapa terkejutnya mereka saat Wonbin tiba-tiba melakukan adegan yang tidak ada dalam skenario. Mereka bertiga kaget sambil menutup mulut. Sorakan penonton membahana di setiap sudut teater. Ningning kegirangan namun tetap berusaha berbicara dengan Wonbin melalui in-ear-nya.
"Ehhh, lo ngapain? Ngga ada di script bjir!!!" teriak Ningning.
***
Di bangku penonton, Wonbin kembali menemukan sosok papanya yang tengah menonton pertunjukan drama. Lagi-lagi papanya duduk berdua dengan bunda Karin. Wonbin semakin kesal melihatnya. Jika terus seperti ini, ia merasa tidak akan memiliki kesempatan untuk menang.
"I must go now," kata Karin seraya membungkuk memberi hormat hendak meninggalkan sang pangeran.
"Hey, wait!" cegah Wonbin. "Don't go, please! Don't leave me!"
Karin berpaling kebingungan. Oke, kalimat improvisasi Wonbin kali ini tidak dapat ditoleransi karena benar-benar mengubah jalan cerita. Gadis itu seharusnya meninggalkan panggung sekarang.
Wonbin menarik pelan lengan Karin, membawa gadis itu ke pelukannya. Wonbin melingkarkan kedua lengannya ke bahu gadis itu, mendekapnya begitu erat. Wonbin tidak merencanakan adegan itu. Namun, entah mengapa ia mengikuti kata hatinya. Sontak seluruh penonton histeris dan bertepuk tangan.
Ehhh, lo ngapain? Ngga ada di script bjir!!!
Wonbin mendengar protes dari Ningning melalui in-ear-nya. Namun, ia tidak peduli. Terlebih karena dirinya terpicu oleh kedua sosok orang tua itu. Dari atas panggung, sambil memeluk erat tubuh Karin, Wonbin menatap papanya dengan begitu dingin, seolah ingin memperjelas bahwa ia tidak ingin papanya menjalin hubungan dengan ibu dari pacarnya.
Sementara itu, jantung Karin memompa dua kali lipat, seiring sorakan para penonton yang memberinya tekanan dan beban lebih besar. Dengan ragu, Karin ikut melingkarkan kedua lengannya di pinggang pria itu. Gadis itu sampai lupa bernapas dan wajahnya sangat panas. Tidak ada pilihan lain selain mengikuti skenario dadakan pacarnya itu. Wonbin kini menatap tegas Karin, lurus ke dalam matanya.
Gawat! Masa sih mau nyium gue?
Wonbin perlahan mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu. Mata gadis itu seakan ingin melompat keluar, seiring sorakan penonton yang kian memanas dan menjadi-jadi. Gadis itu panik melihat Wonbin yang sama sekali tidak memiliki keraguan. Debaran jantungnya kini seakan meledak. Karin perlahan ikut menutup matanya, tidak sempat lagi memikirkan improvisasi, dan....
Mati lampu. Gelap gulita.
"YAHHHHH!!!!" seru penonton kecewa bersamaan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top