11 Sports and Arts Week

"Hey, guys! Listen up!"

Sungchan berdiri di depan kelas, mengetuk white board dengan spidolnya, meminta yang lain untuk mendengarkan instruksinya. Semua mata kini tertuju pada sang school president.

"Buat nyambut independence day nanti, Riize High bakal ngadain sports and arts week kayak tahun lalu. Cabang olahraganya macam-macam, ada swimming, track and field, basketball, ya gitulah! Tapi untuk seni, tahun ini grade 11 diminta untuk ngadain musical drama," ujar Sungchan panjang lebar.

"Yesss!!!" seru murid-murid perempuan begitu excited.

Reaksi berlawanan datang dari para murid laki-laki. Mereka memasang raut wajah bingung, kesal, tidak bersemangat, seakan ingin melemparkan protes kepada Sungchan.

"What?" bisik Anton. "So lame..."

"Yeah, that's the worst," tambah Eunseok sambil tertawa.

"Ohh come on guys! Kita kan juga jarang ngadain drama kan? Pasti bagus kok" bela Ningning.

"Emang ngga ada ide lain apa?" protes Seunghan.

Sungchan melirik keluar kelas lalu berbisik dengan suara agak keras. "Ini tuh request Mrs. Smith, koordinator klub drama!"

Para murid laki-laki saling melihat satu sama lain dan tertawa pasrah. Tahun ini mungkin adalah sports and arts week terburuk bagi grade 11.

"Langsung aja biar cepat! Di perwakilan sports, kita kirim Anton untuk swimming, Wonbin untuk track and field, Eunseok dan timnya untuk basketball," usul Sungchan tanpa basa basi. "Keberatan?"

Tidak ada yang menyerukan protes. Semua mengangguk setuju. Pilihan Sungchan sudah sangat tepat.

"Okay, call!" seru Wonbin tersenyum penuh percaya diri.

Karin menengok Wonbin yang duduk di kursi paling belakang. Melihat senyuman pria itu, Karin seakan terpesona. Dalam hati, ia menggumam bahwa belum pernah sekali pun ia melihat Wonbin mengikuti perlombaan olahraga. Ia menjadi begitu penasaran terhadap kemampuan pacarnya itu dan tidak sabar untuk melihatnya bertanding.

"Untuk musical drama, kita butuh peran couple jadi putri dan pangeran. Kita kirim Ningning dan Sohee untuk jadi pemeran utama. Suara mereka ngga diraguin lagi kan? Minjeong dan Giselle bakal direct, Shotaro sama Seunghan, kalian buat koreo-nya. Yang lain bisa jadi pemeran pendukung sekaligus tim properti dan kostum. Keberatan?"

"Yes!!! Arigatouuu!!!" seru Shotaro seraya bangkit dan memeragakan beberapa gaya dance-nya.

"Gue keberatan! Kok lo tiba-tiba nunjuk gue?" protes Sohee. "Gue mulu! Yang lain kek!"

Sungchan menghela napas dengan lesu. "Wonbin! Lo mau gantiin Sohee ngga?" tanya Sungchan.

"Lah, gue kan udah ikut track and field," balas Wonbin. "Pokoknya gue ngga mau nyanyi!"

"Ehh gue juga keberatan dong!" seru Ningning. "Gue udah bosen nyanyi. Tahun ini boleh ngga gue direct aja bareng Minjeong ama Giselle?"

"Karin bisa kok gantiin Ningning!" teriak Minjeong tiba-tiba. "Karin kan cantik! Tinggi lagi! Proporsional. Cocok deh jadi princess."

Karin tersentak kaget. Semua mata lalu tertuju kepadanya. Sembari mereka semua bersorak setuju mendukung Karin, gadis itu dengan panik seketika menggelengkan kepalanya.

"Gue ngga bisa sumpah! Di sekolah lama, gue ngga pernah main drama!" tolak Karin tegas.

"Tapi lo bisa nyanyi kan?" dukung Giselle. "Gue setuju sih kalo Karin jadi pemeran utama kita! Latihan dikit juga beres kok."

"Ehh kalo Karin yang jadi pemeran utama, gue mau juga deh! Ngga papa deh biar gue aja jadi pangerannya," tambah Sohee super senang.

Wonbin melototkan matanya ke arah Sohee. Pria yang satu itu memang tidak konsisten. Wonbin kini berubah panik. Malah tadi ia telah menolak mentah-mentah tawaran Sungchan untuk menggantikan Sohee menjadi pemeran utama. Jika Karin yang harus menjadi pemeran utama, entah kenapa dasar hatinya menolak penuh jika Sohee yang menjadi lawan mainnya. Wonbin menggigit bibirnya penuh penyesalan.

Sial... gue pengen banget jadi lawan main Karin.

"Oke kalo gitu fix pemeran utama jadinya Sohee sama Karin. Agree?" teriak Sungchan.

"Agreeee!!!"

Satu kelas bersorak kompak. Wonbin kini hanya bisa melongo.

***

Sore itu sepulang sekolah, Wonbin masih berlatih di lintasan lari sekolahnya. Napasnya terengah-engah. Keringatnya bercucuran hingga membasahi baju dan rambut panjangnya. Sambil mengatur napas, ia mengecek rekornya. Terdapat peningkatan sepersekian detik. Ia berdecak tidak puas.

Sambil berkacak pinggang, Wonbin menghampiri tas olahraganya, hendak mengambil tumblr. Namun, ia tidak menemukannya dimana pun. Sepertinya ketinggalan di kelas. Dengan kesal, ia menutup tasnya karena kehausan.

"Bin!!!"

Karin muncul di sampingnya dengan senyum termanisnya, membawakannya tumblr berisi air. Wonbin sekali lagi terpana. Sungguh, ia merasa begitu beruntung mendapatkan perhatian dari gadis itu. Sambil tersenyum lebar, Wonbin mengambil tumblr tersebut dan meneguknya hingga hampir habis. Wonbin serasa mendapatkan semangatnya kembali.

"Kamu udah latihan dari tadi. Ngga capek apa latihan terus?" ujar Karin.

"Ngga dong. Kalau aku kalah kan malu ntar depan pacar aku," jawab Wonbin mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.

Karin perlahan salah tingkah. Ia tertawa pelan. "Apaan sih. Aku ngga peduli kamu menang atau kalah."

"Hhhh.... Gerah banget!!!" teriak Wonbin kepanasan.

Wonbin hanya terlihat mengenakan pakaian tanpa lengan, menampilkan bahu lebar dan lengannya yang berotot. Pria itu menyapukan handuk ke beberapa bagian tubuhnya untuk mengelap keringatnya. Dengan wajah merona, Karin mulai curi-curi pandang. Secara detail, ia mengamati seluruh otot lengan pacarnya itu. Karin merasakan wajahnya sangat panas. Ia seolah meleleh.

Duh Karin... Berhenti ngeliatin otot-otot dia... Meleyot kan!!!

"Kamu kapan mulai latihan dramanya?" tanya Wonbin.

"Hah?" respon Karin setengah sadar sambil memegang kedua pipinya. "Ohh... Habis ini. Latihan pertama. Script-nya baru jadi."

"Aku temenin nanti ya sampe kamu pulang. Aku mandi dulu. Ntar aku nyusul ke teater."

"Tapi bakal sampe malam kayaknya. Kalo mau pulang duluan aja Bin!"

"Ngga papa kok. Aku temenin ya," ujar Wonbin menyentuh dagu Karin.

Pria itu menatapnya begitu hangat. Karin perlahan tersenyum dan mengangguk. Setelah Wonbin membereskan tasnya, mereka berdua beranjak dari running track. Wonbin kemudian teringat suatu hal yang penting terkait pembatas buku itu. Ia melirik gadis itu dengan bimbang.

"Oh, iya Kar. Setelah sports and arts week ini berakhir, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu," ujar Wonbin dengan kening berkerut.

Karin melihat raut yang tidak biasanya tergambar dari wajah Wonbin. Sepertinya ada masalah serius. Wonbin terlihat penuh beban pikiran dan merenung. Karin jadi takut-takut.

"Ada apa sih Bin? Kamu ada masalah?" tanya Karin cemas.

Wonbin tersenyum kecil lalu menggeleng. Pria itu menunduk. Karin pun tersadar sekarang. Feeling-nya ternyata benar. Semenjak pulang dari Jogja, akhir-akhir ini Wonbin terlihat lebih lesu dan sering melamun. Hal tersebut semakin membuat Karin khawatir hingga berpikiran macam-macam.

"Aku ada salah ya Bin? Kamu mau kita putus?" lirih Karin panik.

Wonbin sungguh tidak menyangka mendengar hal tersebut dari Karin. Ia seketika memegang kedua lengan gadis itu dan berusaha menenangkannya.

"Kok ngomong gitu?" bisik Wonbin lembut. "Kita ngga ada masalah apa-apa dan aku ngga bakal pernah mau putus dari kamu."

"Terus apa Bin?"

Wonbin menatap Karin begitu dalam sambil tersenyum.

"Habis sports and arts week ya aku ceritain!"

Karin dibuat penasaran setengah mati. Namun, setelah melihat wajah tampan Wonbin disinari mentari sore sambil tersenyum kepadanya, hati gadis itu setidaknya sedikit lebih tenang. Wonbin mengulurkan tangannya. Karin dengan cepat menggenggam tangan Wonbin dan memeluk erat sebelah lengannya, melemparkan tatapan khawatir kepada pria itu.

"Aku abis mandi keringat Kar! Kamu ngga jijik apa meluk lengan aku kayak gitu?" tanya Wonbin tertawa pelan.

Karin hanya menggeleng pelan. Wonbin tertawa geli. Sebelah tangannya mengelus puncak kepala Karin, seolah mengisyaratkan "tidak ada yang perlu kau cemaskan". Mereka saling tertawa satu sama lain dan berjalan masuk ke gedung sekolah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top