04 Pertemuan Orang Tua

Usai bermain tenis, Wonbin merebahkan tubuhnya yang penuh keringat di lapangan tenis. Ia mengatur napasnya yang terengah-engah sambil menutup mata. Ia kesal karena lagi-lagi kalah dari papanya. Padahal jika melawan teman-teman sekolahnya, ia dengan mudah bisa mengalahkan mereka. Hyunbin menghampiri anaknya yang kelelahan dan menyodorkan tumblr berisi air.

"Kita sudahi ya, Bin! Kamu kelelahan," ujarnya.

"Yahhh, Pa!" keluh Wonbin mengambil tumblr dan meneguk hampir seluruh isinya. "Sekali lagi dong!"

"Kamu kan baru habis operasi. Jangan terlalu lelah dulu."

Wonbin tidak membantah perintah papanya. Ia masih duduk tertunduk, tidak puas dengan permainannya barusan. Hyunbin memerhatikan gelagat anak lelakinya itu. Entah mengapa ia merasa Wonbin agak sedikit berbeda di perjalanan mereka menuju lapangan tenis sore ini. Anak itu lebih banyak termenung. Sang papa ikut duduk di depan anaknya.

"Kamu kenapa, Bin? Papa lihat dari tadi kamu murung? Kamu bertengkar dengan Karin?"

Wonbin tersentak dengan pertanyaan papanya. Ia hanya bisa menggeleng.

"Karin hamil?" tanya Hyunbin iseng.

Kedua bola mata Wonbin hampir melompat keluar. Mulutnya terbuka lebar.

"Pa!!! Yang bener aja!!! Aku ngga mungkin ngelakuin hal kayak gitu!!!" teriak Wonbin malu setengah mati.

Hyunbin tersenyum lebar hingga jajaran giginya yang rapi terlihat.

"Terus apa?" tanyanya penasaran.

Wonbin sangat ingin menanyakan sosok gadis dalam foto di buku papanya. Namun, ia tidak ingin ketahuan dan dianggap telah mengacak-acak ranah pribadi papanya. Ia tidak ingin terkesan gamblang.

"Hmm... Papa kepikiran mau nikah lagi ngga?" tanya Wonbin takut-takut.

Hyunbin menaikkan satu alisnya.

"Yah, ngga sih! Maksud aku... Papa kan udah lama banget sendiri. Emang ngga ada cewek yang papa suka gitu?"

"Kenapa Bin? Kamu mau punya mama baru?"

Wonbin kebingungan dan memegang belakang lehernya. "Ya... Kalau itu bikin papa happy... Why not?"

Hyunbin hanya tersenyum kecil dan menolak menjawab apapun. Hati Wonbin seolah teriris melihat reaksi papanya.

"Jangan-jangan papa ngga mau nikah lagi karena nenek ya?" tebak Wonbin kesal.

Hyunbin terkesiap, tidak menyangka hal itu keluar dari mulut anak tunggalnya.

"Ya ampun, Pa! Ngapain sih peduliin nenek? Toh mama juga udah ngga ada! Ya terserah papa dong mau ngelakuin apa aja!" bela Wonbin mati-matian. "Kalau nenek marah, biar aku aja yang hadepin, Pa!"

Hyunbin tertawa pelan melihat sikap anak remajanya yang mulai sok jagoan.

"Ada ngga, Pa? Cewek yang papa suka sekarang?" tanya Wonbin begitu hati-hati. "Hmm... mungkin rekan kerja papa? Atau cinta pertama sebelum mama? Atau mantan papa?"

Tiba-tiba Hyunbin merasakan ponselnya bergetar. Ia melihat chat masuk dari nenek Wonbin. Terusan pesan dari Riize High's parents association.

"Papa baru terima undangan pertemuan orang tua untuk bahas culture trip program ke Jogja. Kamu sudah tahu?" tanya Hyunbin mengalihkan pembicaraan.

Wonbin menghela napas pelan dan melemparkan pandangannya ke arah lain. Sepertinya, rencananya untuk mengetahui gadis dalam foto itu gagal.

"Iya aku dapat bocoran dari Sungchan."

***

"Karin?"

"Iya, Bun?"

Yejin masuk ke dalam kamar Karin, menghampiri anaknya di tempat tidur.

"Ehh ini bunda dapat undangan rapat dari sekolah kamu. Katanya kalian mau trip budaya ke Jogja ya?"

"Hah?" respon Karin bingung. "Aku baru tahu, Bun!"

"Mungkin kalian belum diinfoin ya. Gimana nih?" ujar Yejin lesu seraya berbaring di tempat tidur Karin.

"Gimana kenapa Bun?" tanya Karin tanpa memalingkan pandangannya dari ponselnya.

Yejin terdengar menghela napas berat. "Ini mereka pasti mau bahas biaya-biaya perjalanan ke Jogja terus siapa aja orang tua yang bisa jadi sponsor. Iya ngga sih? Mereka kan tahu kamu murid penerima beasiswa penuh. Kok mereka malah ngundang bunda ya? Bunda kan malu ngga bisa nyumbang apa-apa."

Karin seketika menengok bundanya. Baru kali ini ia mendengar bundanya mengeluh. Ia kemudian memeluk erat wanita itu sambil menutup mata.

"Jangan ngomong gitu dong, Bun!" rengek Karin sedih. "Bunda kan juga orang tua murid. Setidaknya bunda tahu informasi yang bakal disampaikan di sana. Kalo udah sesi bahas biaya, bunda diam aja. Ngga usah ngapa-ngapain."

"Ohh gitu ya?" respon Yejin tidak yakin.

"Tenang Bun! Ntar dress up aja ala-ala konglomerat. Bunda kan jago dandan tuh. Cantik lagi!"

Yejin melirik anak gadisnya yang berusaha menghiburnya sambil tersenyum lebar. "Bisa aja kamu! Ya udah deh! Bunda siapin baju yang paling bagus kalo gitu."

"Bun, kalo pertemuan orang tua, berarti papanya Wonbin datang juga dong!" tebak Karin.

"Kenapa? Kamu mau ketemu sama dia?"

"Ntar bunda coba ajak ngobrol dong papanya Wonbin."

"Ngg? Kok bunda sih? Kenapa ngga kamu aja kalo penasaran?"

"Takutnya ngga sempat. Ada kelas. Lagian sesama calon besan ngga papa kan early meeting dulu! Jangan lupa fotoin ya, Bun! Hihiii..."

"Emang di IG-nya Wonbin ngga keliatan foto papanya?"

"Ngga ada, Bun! Dia ngga pernah posting foto papanya."

"Ya udah! Tuh minta sama pacar kamu buat dikirimin fotonya sekarang!"

"Ngga ahh! Adanya Wonbin malah godain aku lagi."

Yejin tertawa lebar mendengar celotehan anaknya. Ia lalu bangkit berdiri dari tempat tidur Karin dan berjalan keluar kamar.

"Makan malam dulu, Kar!" ajak Yejin. "Nanti deh bunda coba ajak dia ngobrol."

***

Pagi menjelang siang, orang tua murid grade 11 berdatangan ke Riize High untuk menghadiri rapat culture trip program ke Yogyakarta. Mobil mereka satu per satu berhenti di area drop off dan berjalan kaki menuju ruang rapat. Terdapat fenomena menarik dari pertemuan orang tua di sekolah tersebut. Para murid-murid lain ikut berkumpul untuk mengidentifikasi siapa saja anak dari masing-masing orang tua itu. Rasa ingin tahu mereka menggebu-gebu.

"Nyokap lo udah datang?" tanya Seunghan kepada Eunseok.

"Mungkin bentar lagi," kata Eunseok seraya menengok area drop off.

Ponsel Shotaro bergetar. Pria itu mengecek saku celananya dan mengangkat panggilan masuk.

"Kachan wa doko ni iru no? (ibu dimana?)" tanya Shotaro dan perlahan menuju tempat parkir di basement. "Ehh gue ke bawah dulu, ya!"

Teman-teman yang lain mengangguk kepada Shotaro. Perhatian mereka kemudian tertuju pada seorang wanita paruh baya berpakaian mewah dan mengenakan kacamata hitam sedang menelepon mencari anaknya.

"Ningning zai nali? (Ningning dimana?)" kata wanita itu sambil celingukan dan berlalu. "You dimana?"

"Who's that?" tanya Anton pelan kepada Sohee.

"Kayaknya nyokapnya Ningning," bisik Sohee. "Bin, nenek lo jadi datang?"

"Ngga, bokap gue," jawab Wonbin pendek. "Ahh, itu dia!"

Wonbin berlari kecil ke area drop off menjemput papanya di sana. Terlihat Hyunbin turun dari mobil mengenakan setelan semi formal untuk acara pagi. Wonbin lalu mengarahkan papanya ke ruang pertemuan. Teman-teman Wonbin memerhatikan mereka berdua dengan seksama dari kejauhan.

"Itu seriusan bokapnya si Bin?" tanya Eunseok.

Sungchan tertawa cekikikan sambil menepuk bahu Eunseok. "Maksud lo apa, Seok?"

"Beda banget! Style-nya maksud gue."

"Coba jelasin dulu Seok!" tanya Sohee ikut tertawa.

"Bokapnya berwibawa banget. Tapi anaknya kayak preman."

"Wah parah lo, Seok!" respon Seunghan tertawa dengan mata melengkung.

"He's telling the truth," tambah Anton geli.

Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di area drop off. Wanita berambut panjang dengan pakaian rapi sederhana turun dari mobil. Sama seperti orang tua lainnya. Wanita itu juga celingukan mencari anaknya. Pandangan para murid tertuju padanya karena kecantikan wanita itu sungguh menarik perhatian.

"Nyokap siapa tuh? Cantik banget," puji Sungchan.

"Iya sih. Cantik banget," tambah Sohee melongo.

Nampak Karin berlari ke arah wanita itu dari kejauhan, tidak menyadari bahwa mereka berdua sedang diperhatikan oleh semua murid-murid yang berdiri di sana. Ohh... nyokapnya Karin.

"Bun! Sorry telat!" sapa Karin sambil tersenyum. "Cantik banget bun! Kayak konglomerat beneran."

"Yuhuuu!" respon Yejin kegirangan. "Dimana nih ruang rapatnya?"

Karin mengantar bundanya menuju ruang pertemuan. Di tengah jalan, mereka berdua berpapasan dengan Wonbin yang baru saja balik setelah mengantar papanya. Wonbin tersenyum sumringah melihat bunda Karin. Ia menyapa wanita itu.

"Ehh ada tante!" sapa Wonbin kegirangan. "Apa kabar, Tan?"

"Baik, Bin! Udah lama ngga ketemu. Main-main ke rumah nanti ya kayak kemarin! Nanti dimasakin lagi!"

Wonbin mengangkat kedua jempolnya dan melambaikan tangan seraya Yejin masuk ke ruangan rapat. Setelah itu, Karin menarik lengan Wonbin untuk segera beranjak dari tempat itu.

Namun, tiba-tiba Wonbin tersadar akan suatu hal. Langkahnya terhenti. Ia memutar kepala dengan cepat, menengok kembali ruang pertemuan itu dengan ekspresi penuh tanya. Ia mematung. Ada sesuatu yang terlintas di pikirannya. Namun, ia tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Sepertinya suatu hal penting.

"Napa Bin?" tanya Karin.

"Ngg? Hmm..." gumam Wonbin sekali lagi melirik ke ruang rapat. "Ngga kok. Yuk!"

Wonbin menggenggam tangan Karin, meninggalkan tempat itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top