01 Mereka Tahu Kita Pacaran
"Jakarta panas banget!"
Pagi itu, Wonbin mengeluh seraya mengelap keringat di pelipisnya. Di tengah lapangan basket Riize High, ia menengadah ke langit. Telapak tangannya kini berusaha melindungi matanya dari terik matahari. Baru satu kali ia melakukan shooting dengan bola basketnya. Namun, keringatnya bercucuran hingga rambutnya lepek. Ia super gerah.
"Have you read the news? It's currently at its highest temperature. Let's just swim!" ujar Anton mendukung keluhan Wonbin, tidak sabar melompat ke kolam renang.
"Pantesan! Gue ngga konsen main basket. Ya udah, renang aja yuk!" ajak Wonbin.
"Lo ngga konsen karena suhunya panas atau ada cewek yang lagi ganggu pikiran lo?" goda Sungchan jahil.
Wonbin melototkan matanya seperti ingin melompat keluar. "Maksud lo?"
"Lo baru jadian ama Karin kan?" tebak Sungchan menaikkan satu alisnya.
Pembicaraan ini sama sekali tidak disangka oleh Wonbin. Sungchan, school president of Riize High, baru saja membuka kartunya di hadapan teman-temannya yang lain. Mereka semua kini membelalak dan rahang mereka hampir jatuh ke bawah. Dalam hati Wonbin mengutuk pria jangkung itu. Bagaimana bisa Sungchan mengetahuinya? Padahal Wonbin hanya bercerita pada sahabat terbaiknya, Seunghan.
Lho... jangan-jangan?
Wonbin melirik ke arah Seunghan. Pria itu hanya menaikkan pundaknya dan bersikap masa bodoh. Wonbin kesal dengan bibir sedikit manyun. Ia menutup mata sambil memijat pelan ujung alisnya.
Bocor dah!
"Heh? Serius? Kapan lo nyatain ke Karin?" seru Shotaro tidak percaya. "Sejak kapan lo suka ama dia?"
Wonbin sejak tadi hanya memalingkan wajah, terlalu malu untuk menghadapi reaksi teman-temannya. Namun, ia tak berdaya berhubung mereka malah mendekat mengerumuninya.
"Wah, lo sekarang main rahasia-rahasiaan nih dari kita," tambah Sohee.
"Dari tadi kok diam aja Bin? Make it crystal clear dong," goda Eunseok memanas-manasi.
Mendengar perkataan Eunseok dan dibuntuti tatapan penasaran dari teman-temannya itu, Wonbin menghembuskan napas berat dengan begitu berlebihan.
"Iya, gue pacaran ama Karin! Puas lo pada?"
Sontak mereka tertawa geli. Wonbin membiarkan mereka merangkulnya, mengacak-acak rambutnya, dan menyorakinya habis-habisan hingga wajah pria itu merona.
***
Sabtu malam, Karin sedang menginap di rumah Ningning bersama Minjeong dan Giselle. Banyak hal yang biasa dilakukan oleh perkumpulan para gadis itu, seperti homework, nail art, karaoke, dan yang terpenting, girls talk. Apa yang tidak dapat dibicarakan di sekolah, akan dibicarakan di kamar.
"Waktu acara prom night kemarin, kalian ada yang dapat surat ngga? Dari siapa aja?" tanya Karin.
Di acara prom night yang ditujukan untuk perpisahan senior year kemarin, Sungchan si school president mengadakan sebuah sesi tukar-tukaran surat. Sesi itu sebenarnya diperuntukkan bagi para senior mereka yang telah berhasil lulus dari Riize High, yang ingin mengungkapkan apapun ke orang yang mereka tuju untuk terakhir kalinya. Namun, semua murid junior juga dapat ikut berpartisipasi.
"Gue dapat surat dari Kak Yuta," jawab Giselle cepat dan berusaha mengingat isi suratnya. "Kepada Aeri Uchinaga, untuk yang terakhir kalinya gue mohon ke lo buat gantiin gue jadi ketua klub jejepangan."
"Hahahaaa bejrit!" tawa Ningning lepas. "Terus lo mau?"
"Ngga ah males! Ngapain," balas Giselle. "Ntar gue coba tanya Shotaro deh."
"Gue udah tahu Kak Yuta bakalan nulis gitu hahahaa," tambah Minjeong. "Ehh gue juga dapat satu."
"Cowok?" tebak Karin.
Minjeong menggeleng. "Senior cewek kok. Katanya makasih banget udah naikin pamor klub vocal kita. See you in Juilliard."
"Ahhh gue tahu. Dari Kak Wendy kan? Gue juga dapat itu dari dia!" jawab Ningning penuh semangat.
"Lo sendiri dapat berapa surat?" tanya Giselle kepada Ningning.
Ningning dengan girang menaikkan kedua alisnya. Ia lalu membuka laci bedside table-nya dan mengeluarkan 16 surat dari sana.
"Hah? Banyak banget!" seru Karin takjub. "Kepo dong!"
"Ternyata lo seterkenal itu ce Ning!!!" goda Giselle kegirangan.
"Buset dah! Siapa aja nih?" tanya Minjeong penasaran. "Dari Renjun gege. Duh bacanya apa nih? Gue ngga bisa baca mandarin! Dari Kak Jhonny, I've been a fan of yours since you entered freshman year. OMG gue baru tahu hahahaaa..."
Mereka kemudian sibuk membaca satu per satu surat yang ditujukan kepada Ningning dan menanggapinya dengan berbagai reaksi. Ningning kemudian melirik ke arah Karin.
"Karin, what about you?" tanya Ningning.
"Gue ngga dapat surat dari senior," jawab Karin sambil tersenyum kecil.
"Wajar sih! Lo kan baru pindah beberapa bulan ke Riize High," tanggap Minjeong.
Karin mengangguk. "But... Emang bukan dari senior sih, tapi sebenarnya gue juga dapat surat."
Giselle, Minjeong, dan Ningning menjadi super excited.
"Kyaaa!!! Love letter?" tanya Ningning sambil memegang kedua pipinya. "Tunggu gue tebak! Umm... Dari Wonbin?"
Dengan wajah memerah, Karin tersenyum dan tertunduk malu mendengar nama pria yang telah memenuhi seluruh pikiran dan hatinya.
"Terus lo nerima dia?" tanya Giselle penasaran.
Karin mengangguk pelan dan menahan senyumnya.
"Ahhhh Karin! Congratsss udah jadian!!!" teriak Minjeong.
"We're happy for you!!!" tambah Ningning. "Woahhh Karin sekarang punya pacar! Tapi sering-sering aja nongki ama kita. Jangan Wonbin mulu!"
"Ihhh apaan sih, kita masih bisa jalan bareng kok besok!" seru Karin.
Giselle berdecak. "Gue ngga yakin deh! Pasti besok si Wonbin bakal ngajakin lo ngedate!"
Mereka berempat tertawa lalu berpelukan erat, mengakhiri girls talk pada malam itu.
***
Malam kian larut. Giselle, Minjeong, dan Ningning duluan terlelap. Karin baru akan bersiap-siap tidur hingga ia merasakan ponselnya bergetar. Begitu ia menengok layar, nampak panggilan video call dari Wonbin. Gadis itu nampak sedikit terkejut dan dengan sigap memasang earphone-nya. Ia melirik sebentar ke arah kaca besar di kamar Ningning, begitu khawatir dengan penampilan bare face-nya sebelum menerima video call dari pria itu.
Karin!!! Kok belum tidur jam segini?
"Lho? Kamu sendiri kok video call jam segini?" bisik Karin, tidak ingin mengganggu teman-temannya yang lain.
Aku cuma pengen mastiin kamu tidur cepet.
Senyum Karin merekah mendengarnya. "Kamu lagi ngapain?"
Lagi ngeliatin cewek aku hahaa...
Karin tertawa kesal dan seketika salah tingkah memandangi wajah tampan pacarnya di ponsel.
Ngga, aku baru balik dari sekolah. Tadi main basket ama anak-anak, terus latihan dance sampe malam. Kamu jadi nginap di rumah Ningning ama yang lain?
"Iya, mereka udah pada tidur."
Hmm... Kar, menurut kamu kalau yang lain tahu kita pacaran, kamu ngga papa kan? Keberatan ngga? Ini anak dance udah pada tau.
"Ngga papa kok. Ini mereka juga udah pada tau," jawab Karin sambil menoleh ke arah teman-temannya.
Ehh beneran? Yah... tau gitu aku ngga bakal nahan diri buat ngasih tau ke semua orang di Riize High.
"Kalau itu aku ngga setujuuuu," protes Karin pelan.
Hahaha... Minggu besok mau ngedate ngga? Ini kamu lagi di rumah Ningning kan? Ngedate sekitar sana aja.
Karin menahan senyum, teringat ucapan Giselle bahwa Wonbin pasti akan mengajaknya berkencan besok sehingga ia tidak bisa lagi hangout bersama yang lainnya.
"Ngerjain homework yuk Bin! Jam satu aja sekalian makan siang."
Yah... kok homework lagi sih?
"Banyak banget ini Bin! Ini aja aku belum selesai ngerjain ama anak-anak di sini."
Oke deh kalo gitu. Besok aku jemput ya di rumahnya Ningning.
Karin tidak langsung merespon. Ia agak sedikit cemas dengan reaksi teman-temannya yang akan menggodanya jika dijemput oleh Wonbin besok.
"Ketemu di kafe aja deh," tanya Karin ragu-ragu.
Hah? Ya ngga lah! Aku jemput! Kan aku yang ajak ketemu.
Karin tidak bisa menolaknya. "Ya udah deh. Boleh."
Oke... Anyway, udah larut banget nih! Kamu buruan tidur ya Kar! Good night!
Karin menarik selimutnya lalu berbaring menyamping, menyandarkan sebelah tangannya yang memegang ponsel di atas bantal sambil terus menatap Wonbin yang sedang tersenyum.
"Selamat tidur Bin."
Seketika hening. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang memutuskan video call. Mereka hanya saling menatap satu sama lain. Sontak mereka berdua tertawa.
Lho kok belum dimatiin? Kangen ya?
"Ngga."
Masih pengen lihat aku? Kan besok ketemu.
Lagi-lagi senyuman Karin mengembang. Ia tidak dapat mengelak perkataan Wonbin.
"Ihh ngga! Ya udah aku matiin duluan ya! Bye!"
Bye Karin! Sleep well!
Karin meletakkan ponselnya di bedside table. Senyumannya tidak mampu menghilang dari bibirnya. Wajah Wonbin terus terngiang-ngiang di otaknya. Nampaknya dalam beberapa menit ke depan, ia belum dapat langsung terlelap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top