Chapter 5

Direktur Park sedang ada kesempatan untuk berkunjung ke tempat kerja Sunmi dengan alasan ada pekerjaan yang harus ia selesaikan dengan Direktur Kim.

Dengan segala alibi yang telah ia susun untuk mengajak Sunmi berkencan, kali ini berhasil. Direktur Park akan mengajak Sunmi ke Han-gang, menikmati senja di sore hari karena hari ini tidak ada lembur.

Di sinilah ia berada, di kafe Gureum yang berada di jembatan Dongjak. Kafe di sini merupakan tempat yang pas untuk melihat pemandangan, terutama saat senja tiba. Sungguh romantis.

“Mau memesan apa?” Direktur Park sedang memilih-milih menu.

“Hot Coffee Latte saja.”

“Ok.” Direktur Park menyebutkan yang ia pesan pada pelayan, Americano Coffee dengan pasta dan Coffee Latte yang di pesan Sunmi.

Suasana kafe di sini bisa dikatakan tidak ramai, semua berpasangan kecuali satu orang yang berada di meja ujung. Seorang wanita dengan anak kecil sekitar umur lima tahun.

Pemandangan yang indah membuat banyak pasangan yang datang kemari untuk menikmati indahnya matahari yang akan tenggelam di balik awan. 

Ketika Sunmi akan meminum kopi yang ia pesan Direktur Park mengatakan sesuatu yang membuat Sunmi melihatnya.

“Apa kau senang ke sini?” Sunmi menoleh pada Direktur Park yang duduk di depannya sambil memegang gelas.

“Iya. Di sini tenang, tidak banyak pengunjung.” Direktur Park mengangguk-angguk. Dia setuju dengan jawaban dari Sunmi.

Ruangan yang tidak besar dan sedikit pengunjung membuat Sunmi betah berlama-lama di sini karena suasananya yang sunyi. Lampu redup yang menghiasi kafe membuat suasana semakin tenang. Dengan warna dinding gelap dan kursi berwarna coklat kayu.

Ponsel Sunmi bergetar, ada nama Nyonya Kim yang muncul pada layarnya. Sunmi meminta ijin untuk menyingkir sebentar, menerima panggilan.

“Iya, Eomma.”

“Kamu sudah pulang?”

“Sudah, tapi sedang minum kopi bersama Direktur Park.”

“Apa kau berkencan dengannya?”

“Apa? Tidak. Sebentar lagi aku pulang.”

“Ya, sudah, hati-hati.”

Sunmi kembali ke tempat duduknya setelah mematikan ponsel. Bukan hal asing lagi jika Nyonya Kim bertindak seperti Eommanya. Hal seperti itu yang membuat Sunmi semakin merindukan Eommanya.

“Orang tuamu?” tanya Direktur Park yang telah menghabiskan makanannya.

“Apa? Bukan.”  Setelah duduk, Sunmi menghabiskan kopinya.

“Maaf Direktur Park, tanpa mengurangi rasa hormat bukankah tadi ke sini akan membicarakan masalah pemasaran?” Direktur Park yang sedang meminum Americano sampai tersedak. Sunmi langsung memberikan tisu yang ia bawa.

“Bagaimana dengan penjualannya?” tanya Direktur Park setelah mengelap sekitar mulutnya.

“Yang kita lakukan adalah menggunakan cara yang berbeda dengan competitor lain, dengan produk yang lebih awet dan mengusung dari kelas high dan middle end dengan harga yang masih terjangkau. Juga inovasi yang kita lakukan selalu menjadi trend. Karena berjalan maju selangkah lebih baik dari pada berlari tetapi terjatuh.”

Direktur Park kembali mengangguk-angguk sambil tersenyum mendengar jawaban dari Sunmi. Semakin kagum dengannya.  “Tidak heran jika kau di tukar ke kantor pusat karena memang kau ini jenius.”

“Terima kasih banyak.” Sunmi menganggukkan kepalanya.

Sambil melihat jam, Direktur Park mengajak Sunmi menyusuri Han-gang. Dari kafe dengan menaiki mobilnya selama sekitar 20 menit untuk sampai ke Han-gang. Melihat air mancur jembatan warna-warni yang sangat panjang, sekitar 570 meter pada kedua sisi jembatan Banpo. Jembatan yang berdiri di atas jembatan Jamsu.

Di tengah perjalanan menuju Han-gang, Direktur Park bertanya soal kolega kemarin yang mengadakan rapat dengan Direktur Kim.

“Pulang jam berapa kemarin?”

“Sekitar jam sembilan sampai rumah,” jawab Sunmi dengan melihat ke luar jendela.

Direktur Park hanya diam, tanpa mau menanyakan hal yang lebih lagi.

Sekarang baru pukul tujuh lewat empat puluh menit, masih ada waktu dua puluh menit untuk melihat air mancur karena pertunjukan akan di mulai pada pukul delapan malam. Dengan nozel yang terpasang sekitar 380 nozel dan lampu LED sekitar 10.000 pasang yang ketika memancurkan airnya seperti warna pelangi, sangat menakjubkan.

Banpo Rainbow Bridge Fountain juga terdaftar dalam Guinness World Record pada tahun 2008, itu membuat Sunmi ikut bangga jika menikmati pertunjukannya. Karena letaknya yang tidak jauh dari rumah, sehingga mudah untuk berkunjung.

Di samping pertunjukan juga ada night market yang di gelar dari jam 6 hingga jam 9 malam. Sebelum pergi ke pertunjukan, Sunmi dan Direktur Park membeli jajanan.

Sedikit tersenyum, Direktur Park sangat menikmati kebersamaannya bersama Sunmi. Memandang Sunmi yang sedang mengantre saat membeli pizza, Direktur Park juga mengantre untuk membeli ayam goreng dan minuman.

Direktur Park terkejut karena melihat anak kecil yang sedang berlari ke arah Sunmi dan memanggilnya Eomma.

“Eomma,” panggil anak kecil itu.

Sunmi yang tidak tahu hanya berdiam diri, tidak mengerti apa yang di maksud anak kecil tersebut, mungkin bukan dengannya karena ia memanggil Eomma.

Hingga tangan Sunmi diraih anak kecil itu, dan mengucapkan kata Eomma lagi baru Sunmi sadar jika yang dipanggil adalah dirinya.

Sunmi berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan anak tersebut yang kira-kira sekitar umur tiga tahun. Direktur Park masih melihat dari jarak yang tidak dekat dengan membawa makanan yang telah dibeli.

“Benarkah, kau Eommaku?” tanya anak kecil itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

“Apa? Kau dengan siapa ke sini? Di mana orang tuamu?” Sunmi melihat ke sekeliling mencari orang tua anak itu.

“Eomma, Esther kangen,” ucap anak itu yang ternyata bernama Esther.

Esther langsung memeluk Sunmi, membuatnya terkejut dengan tingkah anak yang tidak ia kenal. Memang Sunmi tidak kenal, tapi pergerakan tangannya tidak bisa ia kendalikan ketika melihat Esther.

Setelah melepas pelukannya, Sunmi menggandeng jemari Esther karena antrean sudah maju dan kini tiba saatnya Sunmi membayar pizzanya. Esther terlihat mengelap air matanya yang jatuh di pipi gembulnya.

Sunmi kembali berjongkok untuk menyejajarkan tingginya, “di mana orang tuamu?”

“Eomma, apa kau lupa denganku?” Esther kembali berkaca-kaca.

Sunmi saja belum menikah, bagaimana bisa ia mempunyai anak? Sunmi masih mencari-cari keberadaan orang tua Esther, bagaimana mungkin anak sekecil ini dibiarkan berjalan sendiri tanpa diawasi oleh orang tuanya di tempat ramai seperti ini.

Esther yang memakai mantel berwarna krem, dan rambut bagian atasnya dikuncir ke atas seperti di cepol, bagian bawah dibiarkan tergerai. Memang sangat mirip dengannya yang sangat menyukai gaya rambut seperti itu.

Direktur Park mendekati Sunmi, “dia siapa?” tanyanya dengan nada terkejut.

“Huh? Aku tidak tahu, dia memanggilku Eomma dan meraih jemariku. Apakah orang tuanya terlalu sibuk mencari makanan, hingga anak sekecil ini bisa terpisah dari orang tuanya di tempat ramai seperti ini?” Dengan sedikit marah, Sunmi hanya bisa melihat iba pada Esther.

“Eomma, aku tidak ingin pisah dari Eomma lagi. Aku juga sudah tidak nakal. Bibi yang selama ini merawatku, Appa sibuk dengan kerjanya,” adu Esther dengan bibir atas yang masuk ke dalam dan bibir bawah mengerucut ke depan. Sunmi hanya berdiam sambil merapikan rambut Esther dengan posisi masih berjongkok.

Direktur Park melihat ke belakang saat ada nama Esther yang di sebut-sebut oleh wanita lain. Hingga wanita itu mendatangi Sunmi, saat melihat Esther bersamanya.

“Maaf, Merepotkan.” Setelah membungkukkan badan, wanita itu mengambil alih Esther dari Sunmi namun tangan Esther enggan lepas dari tangan Sunmi.

Sunmi langsung berdiri, dengan tangan masih bergandengan dengan Esther. “Jangan di ulangi, bahaya jika anak sekecil Esther harus berpisah dari orang tuanya.”

“Iya, sekali lagi maaf dan terima kasih. Esther, ayo kita pulang,” ajak wanita itu yang telah menggandeng Esther. Namun tangannya masih belum terlepas dari tangan Sunmi.

“Ahjuma, bolehkah Esther bersama Eomma malam ini?”
Pertanyaan dari Esther membuat semua orang terdiam melihatnya karena terkejut. Buka hanya Sunmi, Direktur Park saja tidak mengerti apa yang di ucapkan Esther.

“Bisakah kita berbicara sebentar di sana?” ajak Sunmi pada wanita itu.

“Esther di sini sama Direktur Park dulu, nanti aku kembali lagi. Hanya sebentar.” Sunmi melepaskan tangannya, dan memberinya kecupan pada pelipis Esther. Esther hanya mengangguk mendapati Eomma akan berbicara pada Ahjuma.

Setelah tangan Esther di gandeng Direktur Park, Sunmi berjalan lebih dulu dari wanita itu.

“Maaf merepotkanmu, saya sangat minta maaf. Esther belum pernah melihat Eommanya setelah ia dilahirkan. Eommanya meninggal karena melahirkan Esther. Saya hanya memberinya foto yang memang mirip denganmu.” Penjelasan dari wanita itu setelah berada jauh dari Esther.

“Namaku Jang Myeong Sung. Sekali lagi aku minta maaf karena merepotkanmu. Karena foto itu memang mirip denganmu.”

Sunmi masih terdiam, karena lagi-lagi terkejut dengan yang Esther alami.
“Bolehkah aku membawa Esther pulang?” ucapnya setelah mendengar penjelasan dari Myeong Sung.

“Apa?” Myeong Sung langsung menatap Sunmi, terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Sunmi.

“Bagaimana dengan suamimu? Apa dia tidak keberatan?”

“Ya?” Sunmi yang terkejut dengan pertanyaan Myeong Sung, hanya membelalakkan mata.

“Pria itu?” ucap Myeong Sung dengan mengedikkan dagunya, kedua tangannya berada di saku mantel.

“Tidak, dia bukan suamiku. Aku belum menikah. Jadi, apakah Esther bisa ikut denganku? Sesuai permintaannya? Aku tinggal di daerah Hannam-dong,” jelas Sunmi.

“Apakah kita tetangga? Oh, dunia memang sempit sekali. Aku juga tinggal di Hannam-dong.”

“Benarkah? Baiklah, kalau begitu besok kau bisa menjemputnya.” Sunmi memberikan nomor rumah dan juga nomor ponselnya agar lebih mudah dalam berkomunikasi.

“Akan saya antar hingga ke rumahmu jika tidak keberatan.”

“Baiklah.” Sunmi mengangguk dan kembali pada Esther dan Direktur Park.


#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top