Chapter 3

Semoga cocok ya jadi Sunmi 😊

Happy reading ....

Suasana kantor dikejutkan dengan kedatangan Direktur Kim. Kedatangannya yang tiba-tiba, membuat para perempuan histeris dan berbisik-bisik tentang tubuh yang terbentuk sempurna. Pasalnya, Direktur Kim yang akan tiba dua hari lagi sudah ada di kantor. Rambut berwarna blonde, hidung yang mancung, mata sipit khas orang Korea, bibir yang merah, belum lagi badannya yang semakin membentuk—tidak kekar, namun berotot— membuat para perempuan terkesima dengan tubuhnya.

Hal pertama yang ia lakukan adalah bertemu dengan Direktur Park setelah itu ia menyapa para karyawan tanpa mau ditemani Direktur Park maupun sekretarisnya.

Sunmi yang duduk di tempat kerjanya, mengerjakan laporan yang belum selesai ia kerjakan kemarin. Tanpa menggubris yang lain—yang sedang bergosip— hanya fokus pada layar komputernya.

Direktur Kim yang mengenakan setelan jas dari Gucci berwarna navy, dengan kancing dibiarkan terbuka yang dipadukan dengan sepatu oxford berwarna hitam, rambutnya yang disisir rapi ke belakang membuatnya semakin tampan dan stylish.

Suasana hening membuat suara sepatu yang Direktur Kim kenakan bersentuhan dengan lantai semakin lama semakin terdengar jelas, tidak mengganggu Sunmi dari menatap layar komputernya. Para perempuan hanya bisa melirik tanpa ada yang berani menatapnya.

Direktur Kim sengaja berdehem agar Sunmi menoleh namun tetap tidak ada reaksi. Sunmi terlalu fokus.

“Kamu Employe Exchange dari Thailand?”

Merasa ada yang berbicara di dekatnya, Sunmi mendongak menatap Direktur Kim. Sunmi langsung berdiri dan membungkukkan badannya melihat ada atasan yang datang ke tempat kerjanya.

“Iya.”

“Ikut ke ruangan saya.” Direktur Kim langsung berjalan tanpa menunggu reaksi dari Sunmi.

Sunmi langsung bergegas, mengikuti Direktur Kim meski sudah tertinggal jauh dengannya.

“Duduk,” perintah Direktur Kim yang masih berdiri di samping mejanya setelah sampai di ruangan.

Sunmi langsung duduk. Tangannya saling bertautan, mengepal dan meremas secara bersamaan. Merasa kesal karena mengganggu waktu kerja. Yang kedua merasa tegang berhadapan langsung dengan atasannya. Dengan wajah yang sudah diatur sedatar mungkin, Sunmi hanya menunduk dan diam sebelum atasannya berbicara.

“Perkenalkan dirimu, karena tadi kau tidak ikut rapat untuk menyambut kedatanganku.”

“Ya. Nama saya Jang Sunmi, employe exchange dari Thailand.”

“Apa kau keturunan Korea? Margamu Jang.”

“Iya. Appa Korea, Eomma Thailand.”

Direktur Kim mengangguk-angguk, tangannya memainkan bolpoin yang ia pegang. “Bicara langsung saja, ya.” Tanpa basa basi, Direktur Kim mengawali pernyataannya. “Kau akan berada di Perusahaan ini sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Jadi, jangan berharap untuk bisa kembali bekerja ke Thailand sebelum aku memberikan surat pemindahannya.”

Direktur Kim berjalan ke arah kursi, dan duduk bersandar di sana.

Tiba-tiba suhu ruangan yang awalnya dingin terasa panas dan sesak mendengar perkataan Direktur Kim. Seolah udara di ruangan sudah berganti dengan karbondioksida, tidak bisa dihirup. Sunmi butuh Oxigen Concentrator, alat yang bekerja menghasilkan oksigen murni dari udara bebas untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darahnya.

Sunmi langsung menatap tajam pada Direktur Kim.

“Ini adalah keputusan dari Bapak Presiden kita. Bukan aku yang mengambil keputusan ini,” elak Direktur Kim.

“Apa tidak ada keputusan yang lebih tepat selain memperpanjang kontraknya?” tanya Sunmi dengan nada dingin.

Direktur Kim berdiri, berjalan ke samping meja dan duduk di tepi meja lagi. Tangannya yang berada di atas paha memainkan Tag Heuer yang ia kenakan ditangan kirinya.

Sunmi tetap duduk di tempatnya. Hanya tangannya sudah tidak meremas, namun mengepal di sisi samping kanan kiri. Wajahnya tidak mau menatap Direktur Kim.

“Saya bisa meminta Pak Presiden untuk mengubah keputusannya, asal kau mau berkencan denganku,” jawabnya menggoda Sunmi. Membisikkan pada telinga kanan Sunmi.

Sunmi melotot, tidak terima dengan perlakuan yang dilakukan Direktur Kim. Sunmi langsung memundurkan kursinya, berdiri lalu membungkukkan badan dan berpamitan keluar. Tanpa mengatakan apa pun lagi.

Sudah cukup hidupnya terasa menderita jika berdekatan dengan lelaki mana pun, yang hanya mempermainkan dirinya. Masa lalunya yang tidak baik membuat Sunmi enggan menjalin hubungan lebih dekat dengan lelaki mana pun. Cukup sebagai teman atau sebagai rekan kerja, tidak lebih.

Eun Bi, Jin Ah, Yoo Jung dan Min Young langsung mendekat ke tempat Sunmi. Mereka melingkar, ada yang duduk di tepi meja, ada juga yang berdiri di samping. Sunmi yang duduk di kursinya hanya menatap kosong pada layar yang masih menyala dengan laporannya tadi.

“Apa yang Direktur Kim bicarakan denganmu?” tanya Jin Ah yang sudah sangat penasaran dengan Sunmi dan Direktur Kim. Karena mereka berada di satu ruangan. Hanya berdua. Sangat lama.

“Kau ini.” Sambil memukul lengan Jin Ah pelan. “Sudah pasti tentang pekerjaan, ya, kan, Sunmi?” jawab Eun Bi.

Eun Bi memang sedikit lama tanggapnya, dibanding yang lain. Tapi, dia sangat pintar.

“Sunmi, apa kontrak pertukaranmu diperpanjang? Hingga wajahmu seperti serigala yang ingin makan daging?” tanya Yoo Jung.

Sedang Min Young dan Jin Ah hanya mengangguk membenarkan pertanyaan dari Yoo Jung.

Pertanyaan dari Yoo Jung membuat Sunmi kembali pada dunia nyata. Ingatkan Sunmi jika yang tadi adalah nyata. Bukan hanya Direktur Park, tapi juga Direktur Kim yang ingin mengencani Sunmi.

“Sudahlah, aku mau melanjutkan mengerjakan laporan. Tidak ingin membahas masalah ini.”

Semua tampak kecewa mendengar jawaban Sunmi. Tidak mendapatkan jawaban yang mereka harapkan.

“Ayo kita kembali ke tempat masing-masing, lanjutkan kerjanya,” ajak Yoo Jung pada yang lainnya. Semua kembali, kecuali Jin Ah.

Sunmi kembali mengerjakan laporannya, tanpa memedulikan Jin Ah yang terus menatapnya dengan rasa penasaran yang tinggi.

“Hey, apa kau tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?” colek Jin Ah di lengan Sunmi. 

Jin Ah mengambil kursinya menuju ke tempat kerja Sunmi. Karena letak tempat kerjanya yang berada di sebelah Sunmi, sehingga mudah untuk mengambil kursinya.

“Sunmi ....” Sedikit teriak, Sunmi sampai memegang telinganya secara spontan.

“Apa yang ingin kau dengar?”

Jin Ah sudah tersenyum mendengar Sunmi luluh dengan teriakannya. “Bagaimana tadi? Di ruangan Direktur Kim?”
Sunmi mendesah, ingin mengatakan yang sejujurnya namun ia tahu perasaan Jin Ah pada Direktur Kim begitu tinggi.

“Aku diperpanjang lagi kontraknya, Jadi belum tahu kapan akan berakhirnya pertukaran karyawan ini.” Wajah Sunmi mendadak murung, menatap kosong pada layarnya lagi.

“Uh Sunmi.” Jin Ah memeluk Sunmi. “Kau kan ada aku, yang selalu menemanimu. Jadi tidak masalah jika di perpanjang.”

Jin Ah menatap Sunmi dengan tangan masih memeluknya. Matanya dikedip-kedipkan agar Sunmi bisa tertawa lagi. Sunmi hanya bergeming. Tak mengindahkan ucapan Sunmi.
Melepas pelukannya, “nanti istirahat makan siang, aku yang traktir, bagaimana?”

Wajah Sunmi berubah menjadi sedikit tersenyum. Tangannya bersedekap dan telunjuknya menunjuk dagu, tampak bernala-nala tawaran dari temannya itu. “Boleh.” Sunmi mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar.

Belum lama Sunmi tersenyum, wajahnya kembali cemberut melihat Direktur Kim berada di tempat kerjanya. Berdiri di depan kubikelnya, dengan kedua tangan berada di saku celana.

“Jin Ah, laporan yang harus kamu kerjakan sudah selesai?”

Jin Ah yang tahu telah diusir oleh atasannya secara halus pun kembali dengan membawa kursinya ke tempat kerjanya. Sambil membungkukkan badannya, Jin Ah berkata, “maaf.”

Direktur Kim langsung melihat ke arah Sunmi setelah Jin Ah pergi.

“Sunmi, nanti saat istirahat makan siang kita ada rapat dengan kolega dari Daegu.” Direktur Kim langsung berjalan ke ruangannya tanpa menunggu jawaban dari Sunmi.

Sunmi hanya menghela napas panjang. Jika dipikir, ada sekretarisnya yang selalu siap dan mau jika diajak rapat ke mana dan kapan pun. Bukan dirinya yang hanya karyawan biasa, belum mengerti tentang apa yang dilakukan saat rapat nanti.

Sunmi langsung menyelesaikan laporannya, agar saat istirahat makan siang nanti sudah selesai dan tidak ada pekerjaan lagi saat kembali ke kantor.

“Selesai.” Sunmi baru meregangkan otot-ototnya yang kaku. Menarik kedua tangannya ke depan, kepala di digelengkan ke kiri dan kanan dengan mata tertutup.

“Jin Ah, ayo makan siang,” ajaknya sambil merapikan meja. Tanpa melihat Jin Ah.

Saat tidak ada jawaban dari Jin Ah, Sunmi menoleh ke kiri, di kubikel Jin Ah. Ternyata sudah ada Direktur Kim di depannya. Jin Ah hanya memberikan kode jika dia duluan bersama teman-teman yang lain dan Sunmi hanya mengangguk.

Jin Ah yang tahu jika Sunmi akan ada rapat dengan Direktur Kim hanya menghela napas pelan. Bohong jika Jin Ah tidak cemburu, namun dirinya bisa apa? Jin Ah yang merasa bukan siapa-siapanya, tidak berhak untuk cemburu. Ia juga hanya karyawan biasa seperti Sunmi.

Tbc 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top