chapter 1

Ini adalah suatu kebahagiaan bisa bergabung dengan grup romance theWWG , dikenalkan oleh WidiSyah, sekaligus dia yang membimbing dan mengarahkan. Seperti anak itik kehilangan induknya, ya? Eheheehe

Semoga bisa dilirik oleh penerbit DolceMedia, dan karya saya bisa disukai oleh banyak pembaca. Aamiin ...

Selamat membaca ...

🥟🥟🥟🥟

Hari raya Chuseok atau hari lebaran bagi orang Korea Selatan yang bertepatan pada tanggal 13 September atau hari ke 15 setelah memasuki musim gugur. Di Korea Selatan libur selama tiga hari untuk  memperingati Chuseok, termasuk perusahaan tempat Sunmi bekerja.

Malam sebelum perayaan, anggota keluarga Kim berkumpul untuk membuat makanan dan minuman.

Sambil melihat bulan dan memanjatkan doa, Sunmi dan Yoo Ra—anak kedua Nyonya Kim— membuat kue Songpyeon.

Songpyeon yang terbuat dari tepung beras dengan isian wijen, kedelai, kacang merah dan kacang mede yang dibentuk kecil-kecil seperti bulan sabit dan diberi daun pinus ketika dikukus supaya harum.

Sunmi dan Yoo Ra mencoba membuatnya sebagus mungkin karena itu dipercaya akan mendapatkan pasangan yang tampan. Bahkan, bukan hanya Sunmi dan Yoo Ra saja. Setiap wanita pun sama, akan meminta pasangan yang tampan untuk memperbaiki keturunan.

Karena ikut merayakan Chuseok di rumah Nyonya Kim, sedikit banyak Sunmi tahu tentang anggota keluarga Nyonya Kim. Anak pertama Nyonya Kim—Jaeh Hee— tidak bisa pulang karena tugas di luar negeri. Sedangkan suami Nyonya Kim, Tuan Kim Jaeh In berada di ruang depan bersama adiknya.

Yang Sunmi belum tahu tentang keluarga Kim adalah anak pertama Nyonya Kim. Jaeh Hee. Dia hanya pulang saat Nyonya Kim ulang tahun, satu tahun sekali.

Rumah Nyonya Kim berada di ujung jalan dari rumah Sunmi, di Hannam-dong. Rumah yang berdiri di atas tanah seluas lapangan bola sepak itu memiliki dua lantai dengan garasi mobil yang lebar. Ada beberapa koleksi mobil milik Tuan Kim yang membuat rumah ini tampak mewah selain dari sisi bangunan. Bangunan rumah yang mengusung desain rumah Asean sehingga memiliki kaca-kaca besar untuk bisa melihat pemandangan luar.

“Eonnie, apa kau mau bertemu dengan Oppa?” Pertanyaan itu diajukan saat kue Songpyeon yang mereka buat tinggal sedikit lagi.

Yoo Ra dan Sunmi terlihat seperti kakak beradik jika sudah bersama. Bukan hanya wajah, tapi tingkah mereka juga seperti anak kembar, hanya saja Sunmi sedikit lebih dewasa.

“Apa? Nanti juga bertemu jika Oppa sudah kembali.”

“Tapi itu kan masih beberapa hari lagi. Setelah ini, aku akan mengajak kau ke kamarku,” ajak Yoo Ra sambil mengedip-ngedipkan matanya. Sunmi hanya diam sambil tersenyum menanggapi ajakan dari Yoo Ra.

Selain membuat Songpyeon, ada juga Jeon atau kue pancake Korea yang dibuat oleh Nyonya Kim bersama istri dari adik iparnya. Nyonya Kim memotong ikan, daging, dan sayuran, yang dibantu oleh pelayan rumah, kemudian pelayan rumah yang memasukkan ke dalam kocokan telur dan tepung terigu. Istri adik iparlah yang menggorengnya.

Nyonya Kim menyajikan Songpyeon dan Jeon yang sudah matang di meja makan bersama hasil panen yang lain seperti wijen, kedelai, kacang merah, chestnut, dan kurma cina. Ada juga Ubi, buah persik, buah apel dan buah jujube. Dan tak lupa disajikan dengan teh kurma untuk menemani makan Songpyeon. Teh ini terbuat dari kurma cina yang dikeringkan. Rasanya sangat manis.

Selain teh, ada juga minuman tradisional Korea lainya. Nyonya Kim juga membuat minuman Shikye dan Makgeolli. Shikye yang terbuat dari air malt dan beras. Sedangkan Makgeolli adalah minuman alkohol tertua di Korea yang terbuat dari beras yang tidak disaring sehingga warnanya seperti susu dan memiliki ampas di bawahnya. Rasanya yang manis dan halus dengan sensasi soda sekitar 15%. Namun tidak membuat mabuk.

Sunmi merapikan tempat yang digunakan untuk membuat Songpyeong tadi, juga mencuci alat-alatnya.

“Hey, kalian mau ke mana?” tanya nyonya Kim pada Yoo Ra dan Sunmi.

“Kita mau ke kamar.” Yoo Ra mendekat pada nyonya Kim, membisikkan pada telinganya, “memperlihatkan foto Oppa pada eonnie Sunmi.” Nyonya Kim hanya tersenyum.

Mereka naik ke atas, ke kamar Yoo Ra. “Silakan masuk,” ucap Yoo Ra dengan tangan membuka lebar daun pintu.

Kamar Yoo Ra yang lebih luas di banding kamar Sunmi,  luasnya seperti luas arena basket ini terlihat sangat rapi. Dengan poster dan foto yang tertata apik di dinding, tidak mengurangi kerapian yang ada di dalamnya. Dengan cat dinding berwarna abu-abu krem.

Sunmi hanya tersenyum. Melihat ke arah dinding ada foto Yoo Ra beserta poster-poster dari Boygrup ternama di Seoul, bahkan hingga luar negeri. Ada juga foto-foto kecil yang terangkai menjadi satu membentuk hati.

Sunmi berjalan mendekat ke arah foto dan poster, “kamu suka BTS?”

Yoo Ra menjawabnya dengan antusias. “Iya,” sambil mengangguk. “Eonnie suka juga? Nanti jika ada konser ikut, ya.”

Sunmi menggeleng, “tidak ada waktu jika bukan hari minggu. Konser BTS biasanya hari kerja. Kau menyukai siapa?”

“Aku biasnya Jungkook. Si Golden Maknae. Dia bisa apa saja, yang membuat para Army histeris,” jawabnya menggebu-gebu.

Mereka mengobrol, hingga Yoo Ra menunjukkan salah satu album foto yang membuat Sunmi berpikir.

“Ini siapa?” tunjuk Sunmi pada foto yang ada di album.
Masalahnya, ada foto dirinya yang terlihat jelas dengan seorang laki-laki yang sedang membantunya berdiri. Terlihat foto itu diambil sengaja.

“Ini adalah Oppa, dan ini eonnie Sunmi. Ini adalah foto waktu kalian masih kecil di Han-gang,” Tunjuk Yoo Ra pada foto mereka.

Sunmi tidak ingat jika mereka—Sunmi dan Jae Hee— pernah bertemu semasa kecil. Yang Sunmi ingat hanya bertemu dengan seseorang yang menyelamatkan ia dari sepeda yang melintas saat akan menyeberang di Han-gang.

Setelah puas melihat foto, Sunmi bersama Yoo Ra keluar dari kamar, ikut bergabung dengan yang lain. Satu hal yang masih membuat Sunmi berpikir, di kamar tadi, ia tidak melihat foto Jae Hee ketika sudah dewasa. Semua saat masa kecilnya.

Ketika sudah di ruang depan, ada adik dari Tuan Kim, Kim Hae Young. Sunmi membungkukkan badan sekadar untuk menyapa.
Anak-anak dari adik Tuan Kim bermain di halaman depan. Yoo Ra dan Sunmi ikut bermain bersama dengan bernyanyi dan bergandengan tangan membentuk lingkaran di bawah sinar bulan. Ini yang disebut ganggangsullae. Sudah cukup lelah, semuanya masuk untuk istirahat karena besok, pagi-pagi sekali harus ikut upacara charye.

Sunmi merasa senang, ia merasakan kehangatan keluarga seperti ia berada di tengah keluarganya sendiri. Kadang ia merasa rindu terhadap keluarganya, namun Nyonya Kim selalu hadir sebagai pengganti kerinduannya dengan Eommanya.

Orang tua Sunmi yang berada di Thailand—negara asal Eommanya—membuat Sunmi harus berpisah sementara waktu.

Banyak warga Korea yang pulang kampung, sedangkan orang tuanya tidak ada di sini. Nyonya Kim menyuruh Sunmi untuk menginap di rumahnya, mengetahui memang Sunmi berada di rumah sendiri.

“Nanti tidur di kamar Yoo Ra saja, pakai baju Yoo Ra untuk besok ikut ke acara Charye.” Nyonya Kim sudah berada di sebelah Sunmi di ruang tengah.

Yang lain sudah tidur, tinggal Yoo Ra dan Nyonya Kim yang masih mengobrol di ruang tengah, sebelah tangga. Yoo Ra sedang membantu Nyonya Kim menata makanan untuk dibawa besok pagi.

Sunmi tersenyum, “iya.”

🥟🥟🥟

Udara dingin yang membuat semua orang memakai mantel tidak mengurungkan niat keluarga Kim untuk pergi ke makam leluhurnya. Dengan memakai hanbook—baju tradisional Korea— semua terlihat cantik dan tampan. Dengan rambut yang di kucir kepang lalu ditekuk agar terlihat pendek, semua wanita di keluarga Kim terlihat cantik meskipun tanpa polesan riasan, hanya liptint yang membasahi bibir mereka.

“Apa aku sudah cantik?” tanya Yoo Ra pada Sunmi dengan bercermin pada jendela mobil.

“Iya. Sangat cantik.”

Sunmi dan Yoo Ra masuk ke dalam mobil bersama Tuan dan Nyonya Kim, Sedangkan Tuan Kim Hae Yoong mengendarai mobil berbeda bersama istri dan anak-anaknya.

Perjalanan ke Seoul National Cemetery, tempat makam leluhur yang berada di kawasan Dongjak-Dong, Dongjak-Gu memakan waktu sekitar satu jam.

Perayaan Chuseok merupakan kesempatan orang Korea Selatan pulang ke kampung halaman untuk mengunjungi altar leluhur. Kecuali orang tua Sunmi yang sudah menetap di Thailand. Pagi ini, keluarga Kim akan melakukan penghormatan terhadap arwah leluhur dalam bentuk ziarah ke makam.

Membersihkan kotoran dan rumput-rumput di sekitar kuburan—bulcho— lalu melakukan penghormatan atau sembahyang dengan cara membungkuk atau Seongmyo. Mereka juga memberikan sajian hasil panen terbaiknya yang sudah dipersiapkan semalam dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada leluhur.

Setelahnya, keluarga Kim pulang untuk melakukan acara Charye di rumah. Tuan Kim dengan adiknya mengatur meja altar yang digunakan untuk persembahan pada leluhur di rumah. Sedangkan Nyonya Kim menata makanan dan minuman di meja altar. Sebelum menuangkan minuman pada tiga gelas yang berbeda, tuan Kim menyalakan lilin. Yang lain telah siap pada posisinya, yang tertua berada paling depan disusul adik Tuan Kim dan yang paling belakang adalah yang termuda. setelah itu semua membungkukkan badan dua kali sebagai rasa penghormatan.

Acara Charye dilakukan di rumah tuan Kim karena dia anak tertua dari keluarganya. Hanya dua bersaudara dengan adiknya, orang tua tuan Kim sudah meninggal tujuh tahun lalu karena kecelakaan pesawat.

Selesai sembahyang, Nyonya Kim menyiapkan acara makan songpyeon dan jeon serta adik ipar menyiapkan minuman shikye dan makgeolli. Anak-anak dari nyonya In Raa—adik ipar Tuan Kim— Eun Sang dan Taeyeon yang paling ramai. Saling berebut Songpyeon yang berwarna hijau atau merah muda.

“Hey, sudah jangan berebut! Songpyeonnya masih banyak,” lerai Nyonya Kim.

Yang Sunmi lihat, pasti selalu ramai jika Eun Sang dan Taeyeon bertandang diam ke rumah Nyonya Kim.


Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top