Prolog
Suasana gedung DeGantium di tahun ketiga sejak perusahaan fashion berbasis live itu berdiri, semakin sibuk. Semua dituntut bergerak dengan cepat dan tepat. Cacat sedikit akan berujung pada coaching akhir pekan. Jana tidak jarang mendapat masukan dari sang kepala, meskipun dirinya juga bagian dari founder itu.
Bagiannya cukup penting. Entah bagaimana bisa Darren mempercayakan dirinya untuk berkecimpung di bagian marketing. Yang ditangani bukan sekedar membuat promosi atau iklan. Tetapi juga masalah jadwal live dan memastikan para model dalam formasi yang sudah ditetapkan. Bahkan untuk special season terkadang dirinya sendiri yang terjun dalam live market itu. Bercuap-cuap di depan kamera, bergaya dan juga bagaimana caranya agar produk yang dia pakai saat itu menjadi serbuan customer.
Kesibukannya tidak mengenal waktu. Keputusannya untuk bergabung dengan Darren selepas selesai kuliah tidak pernah dia sesali. Meskipun harus mengorbankan banyak waktu untuk sampai di titik ini. Kalau bukan karena temannya mengenalkan pada Darren, mungkin dirinya masih akan tetap harus berjuang di tumpukan nota dan faktur sebuah toko bahan kue. Memang, kerja keras tidak akan menghianati hasil. Jerih payahnya dulu di masa awal dia sendiri yang harus terjun live mengiklankan barang. Belajar make up, skincare hingga belajar membiasakan diri dengan high heels.
"Jana, edisi valentine, kamu turun ya? Kita akan gandeng desainer lokal yang lagi viral."
Suara Darren terdengar jelas sambil berjalan melewati punggung Jana yang sedang memantau para model yang sedang live. Bulan depan edisi valentine itu tiba. Jana menghela napas. Sejatinya dia sudah enggan berputar, bergaya di depan kamera.
"Kenapa aku harus turun? Darren, bukan kita punya Amara?" tanya Jana bergegas mengejar langkah lebar Darren yang dalam hitungan minggu lagi akan melangsungkan pernikahannya dengan Nada setelah satu tahun kembali berhubungan. Suara ketukan heelsnya menggema di lorong berlantai granit itu.
Ini yang terkadang menyebalkan dari Darren. Seenaknya saja menyuruhnya terjun. Dia yang menggagas konsepnya, mengajukan proposal budgetnya dan dia pula yang harus eksekusi gagasannya. Laki-laki itu menoleh singkat dari tab di tangannya.
"Keberatan?"
"Bukan. Kita punya stars. Ada Amara, Gweny, Lilya. Mereka udah terbukti meroketkan penjualan kita. Lagipula, kamu tahu, mereka seperti bunga yang sedang mekar. Then, look at me!"
"Kamu seniornya. Oke? Aku nggak mau tahu. Edisi valentine, kita harus keluarkan masterpiece-nya."
Always! Tak terbantahkan. Jana menghentikan langkah. Kedua tangannya bertolak pinggang. Dia hanya bisa membuang napas. Terakhir dia jungkir balik di depan kamera satu tahun yang lalu. Dengan edisi yang sama, valentine. Edisi yang kata orang, hari kasih sayang. Memang, Jana mengakui. DeGantium memecahkan rekornya sendiri untuk edisi valentine tahun lalu. Ecommerce-nya menduduki puncak persaingan sejak dua tahun lalu, bertahan hingga detik ini. Meski sempat turun di tangga kedua beberapa bulan lalu itupun hanya sekali.
"Terjun lagi?" tanya Gummi, founder paling bontot yang menduduki kursi HRD.
Jana mengangguk lemah. Wanita bertubuh kurus itu tertawa sambil memberi tepukan di bahu Jana.
"Berarti Darren masih percaya lo bisa bikin edisi ini meledak lagi kayak tahun lalu."
"Gue ngerasa nggak mampu. Umur gue berapa? "
Gummi menelengkan kepala. Jemarinya menghitung sembari mengingat-ingat.
"Baru mau 26. Masih oke lah buat live camera. Semangat!"
Ada ketakutan yang dia pendam dari siapapun. Kecuali Darren. Jana selalu merasa dirinya tidak layak. Tidak oke. Tidak good looking. Memang dulu awal bertemu dengan Darren, Jana hanya pas-pasan. Tapi kemudian Darren memaksanya untuk mengenali dunia perempuan. Kosmetik, fashion, perawatan. Dia menunjuk Jana untuk menjadi model produk yang akan pasarkan. Karena saat itu, dengan modal seadanya, bagaimana caranya mereka harus bisa mendapatkan tempat di ranah bisnis online. Dan memang, hanya postur tubuh Jana yang memenuhi kualifikasi.
Gummi? Terlalu mungil dan kurus. Dari lima founder hanya dia dan Gummi makhluk perempuannya. Tiran? Dia kini menduduki wakilnya Darren. Geiz? Bagian operasional. Semua memiliki tanggung jawab masing-masing memang.
"Jana, hasil meeting sama mitra logistik mana?" tanya Darren menyembulkan kepalanya dari ruangan.
"Bapak Darren, saya sudah berikan ke Bapak Geiz dua hari lalu untuk dievaluasi selaku direktur operasional," jawab Jana dengan geram.
"Geiz?" panggil Darren. Tidak menunggu lama, Geiz berada di belakang Darren dengan tergopoh-gopoh.
"Ya, sore nanti udah di meja. Ada beberapa yang harus Jana revisi. Ada satu poin kesepakatan yang masih ambigu."
Revisi lagi. Jana mengatupkan rahangnya. Memang sepertinya dia harus ganti asisten. Tangan mungilnya mengepal di dalam saku celana. Geiz sedang tidak bersahabat kali ini. Semua karena Jana menolak menemaninya ke pub akhir pekan kemarin. Geiz sialan!
"Oke. Jana, jangan lupa email saya. Event sebentar lagi, saya sudah pilih model pria. Beberapa poin, saya lihat hampir sama. Karakternya nggak jauh beda dari kamu. Saya pikir nggak akan kesulitan untuk bangun chemistrynya."
Jantung Jana seperti terlompat satu ketukan lebih cepat. Untuk season kali ini ia merasa lebih nervous dari pada sebelumnya karena tema yang dia ajukan kali ini lebih intimate dan dewasa. Kalau tahun lalu hanya sekedar live dan photoshoot. Sesi kali ini Darren menyetujui tanpa banyak pertimbangan untuk sesi tambahan, gala diner tepat di malam valentine.
***
Tbc
Sabtu 1 January 2022
Perkenalan cerita baru. Mungkin ada beberapa poin yang kurang tepat, nanti mohon dikoreksi ya? Karena riset saya di bidang ini hanya mengandalkan sedikit pengetahuan saya dan sejumlah artikel.
Salam,
S Andi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top