Bab 2
Suara heels terdengar seperti ketukan irama bertempo cepat. Kaos rajut skinny fit warna putih berpadu dengan rok selutut belahan rendah di paha kirinya menyempurnakan tubuh rampingnya. Rambut coklatnya sengaja dia gerai begitu saja. Siang ini, Jana sidak ke studio. Ingin tahu sejauh mana sesi live merangkak naik di awal tahun ini.
"Five... Four... Three... Two... Ready... Go!!!"
Suara director terdengar samar-samar dari depan pintu studio sedang memberikan aba-aba untuk para Agent mulai live. Febi melangkah di depan membukakan pintu untuk Jana. Tatapannya jatuh ke lantai bawah. Suasana menjadi lebih sibuk karena kedatangannya. Dia tahu, mereka diserang rasa gugup. Tatapan Jana memang terkesan mengintimidasi. Dia bersedekap mengamati jalannya sesi live. Kemudian dia beralih pada layar monitor yang menampilkan angka statistik penjualan selama live berlangsung. Persentase angkanya bergerak cepat terus menanjak.
Selamat siang, menuju akhir pekan, Amara kenalkan tshirt terbaru dari DeGantium. Limited edition. Bahannya katun lembut. Adem banget, pokoknya dijamin nyaman. Varian sizenya dari XS sampai XXL. Nah untuk sizenya, produk tshirt ini pakai standard euro. Jadi kalian bisa pastiin sendiri, kira-kira size mana nih yang pas untuk kalian pakai. Pilihan warna. Ada tersedia lima macam warna pastel. Inget, warna pastel. Cewek-cewek penggemar korea, mari merapat. Kalian bisa lihat Amara pakai tshirtnya. Bagus banget kan?....
Tidak salah lagi. Bu Indira cukup jeli dan selalu tepat, memberikan posisi permanennya untuk gadis berusia 20 tahun itu. Lulusan agensi model terkenal yang urung ikut audisi ke luar negeri karena kendala kesehatan orang tuanya. Kemudian matanya beralih pada Gweny yang baru selesai sesi live, mempromosikan skincare. Kulitnya memang tidak seputih Amara. Namun dia memiliki kelembaban kulit yang bagus. Struktur wajahnya juga sangat mendukung untuk memegang kendali pemasaran skincare.
"Ibu Jana," sebuah suara terdengar dari mulut gadis itu. Wajahnya mendongak demi menyapa dirinya di lantai atas.
“Good Job, Gwen," ucap Jana memuji prestasi Gweny hari ini. Bibirnya tersenyum sempurna kala melihat Gwen berjingkrak senang kemudian membungkukkan badan, mengucap terima kasih kepadanya berkali-kali.
Gweny, model yang pernah tersandung gosip skandal, berhasil membersihkan namanya sendiri setelah bergabung dengan perusahaan ini. Dia berasal dari daerah, namun keluguannya malah berbuntut difitnah teman modelnya sendiri. Hingga akhirnya dia nyaris depresi dan memutuskan untuk berhenti dari agensi yang menaunginya. Dua tahun sejak bergabungnya dia ke sini, dia mengalami perubahan positif yang sangat besar. Jana sosok yang berada di belakang perubahan Gweny. Makanya setiap kali bertemu, Gwen akan selalu berterima kasih padanya. Bagi Jana, Gwen seperti adiknya sendiri.
"Ibu Jana, Pak Darren menuju ke sini bersama Pak Tiran," bisik Febi menghapus jarak.
Kening Jana mengkerut, alisnya nyaris bertautan. Dia menoleh, wajahnya terlihat sedang berpikir.
"Tumben, Tiran sidak ngajak Darren?"
"Bawa temannya yang kemarin saya bilang model pertama yang mau isi platform pria."
"Oh, begitu. Saya pikir tumben kan. Kecuali ada kendala besar di operasionalnya. Studio baik-baik saja. Jaringan juga lancar. Biasanya Tiran akan mencak-mencak terus datang ke saya curhat ngomel-ngomel karena Geiz jarang sidak ke sini. Kamu tahu sendiri kan Geiz nggak bisa sering-sering ke sini karena kalau lihat kesibukan begini, migrennya kambuh."
Febi meringis singkat. Dua tahun ikut Jana membuatnya hafal tabiat lima founder perusahaan ini. Maklum dan wajar saja, jiwa mudanya terkadang suka meledak-ledak. Selain semangatnya yang masih membara, emosinya juga terkadang lepas kendali. Hanya Darren yang cukup bisa menahan diri. Maka tidak salah jika mahkota kepala suku berada di genggamannya.
"Selamat datang di studiolive kami. Jadi begini situasi kegiatan live yang akan dijalani anda jika memang anda berminat bergabung bersama kami." Tiran membuka percakapan mewakili sosok Darren.
"Sebenarnya saya tertarik. Sangat tertarik. Terlebih melihat track record perusahaan ini sangat baik. Hanya saja, Bapak perlu tahu latar belakang modeling saya. Saya tidak berada di bawah naungan agensi manapun. Saya juga lebih mementingkan karier atlet saya. Jadi kalau sewaktu-waktu ada turnamen pertandingan, saya takutnya mengganggu perusahaan Bapak."
"Kalau itu yang menjadi ganjalan, perlu diketahui, saya bukan seseorang yang berkiblat pada agensi. Terlepas dari kepentingan mendadak, bisa dibicarakan ulang. Profesi atletmu menjadi poin plus pertimbangan saya," jawab Darren dengan tegas.
Laki-laki itu terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Jana mendengar semua percakapan itu dalam jarak yang tidak terlalu dekat. Namun dirinya lebih memilih fokus memperhatikan presentasi grafik di lima layar monitor. Sikap seriusnya membuatnya tidak sadar ketika rombongan itu menjadi sangat dekat dengan dirinya.
"Saya tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi sejauh ini saya memiliki lima model tetap untuk mengisi live pada jam-jam tertentu. Siapa yang menonjol di produk tertentu secara otomatis kami akan menempatkan mereka di sana setelah benar-benar lulus training. Masa training kami... "
"Saya akan terima. Saya bersedia bergabung di sini sebagai model pria pertama. Apapun konsekuensinya nanti. Saya percaya, di sini akan mendatangkan hal baik," putusnya sebelum Tiran selesai menjelaskan.
Lebih tepatnya ketika dirinya menemukan seseorang. Jana! Siapapun tidak menyadari tatapan laki-laki itu pada Jana yang sedang serius pada pekerjaannya. Sudut bibirnya terangkat ke atas, sedikit menyeringai.
"Wow! Terima kasih. Selamat bergabung dengan kami. Pihak HRD kami nanti akan mengirimi anda MOU via email. Mari selanjutnya kami akan perkenalkan dengan orang-orang yang akan selalu berhubungan dengan anda. Tim koordinator lapangan, tim kreatif. Dan tentu saja nanti ada Ibu Indira yang bertanggung jawab terhadap para talent kami. Kalau ada yang perlu dibicarakan spesial untuk anda, anda bisa langsung menemui Ibu Jana. Jana,"
Merasa ada yang memanggil dirinya, Jana sontak menoleh. Tangan Tiran melambai, meminta dirinya untuk bergabung. Langkahnya begitu anggun namun tegas menghampiri mereka.
"Jana, ini model pria pertama kita yang akan segera memulai sesi live dalam beberapa hari kedepan. Rajendra Prasa," tutur Darren menjelaskan singkat siapa laki-laki itu. Benar dugaan Febi. Ini adalah model yang Febi bicarakan.
"Oke. Selamat bergabung, saya Jana."
"Terima kasih. Saya Prasa."
"Oya, Prasa. Bu Jana ini direktur marketing kami. Kamu bisa menemuinya langsung ketika ada hal yang perlu dibicarakan, mengingat saya atau Tiran nanti akan sulit ditemui. Dia yang akan membantumu dengan senang hati. Oke, Jana?"
"Baik, Bapak Darren," jawab Jana dengan sangat sopan. Darren tahu, gadis itu menahan geram. Siapapun talent tidak ada yang diberi akses semulus Prasa. Kecuali Jana sendiri yang mau repot turun menemui mereka sekadar untuk sidak dan sedikit berbasa-basi.
"Baik. Kalau begitu. Edisi valentine ini, anda akan berhadapan dengan Bu Jana. Tidak perlu gugup. Bu Jana sangat profesional. Kesempatan ini sekaligus memperkenalkan anda sebagai model pria pertama kami. Selain itu, kami juga sedang mengadakan seleksi untuk empat talent lainnya untuk bergabung juga bersama anda."
Jana menahan napas. Secara fisik, dia memang sangat sempurna. Wajar, sekelas atlet pasti postur tubuhnya tidak perlu diragukan lagi. Sesaat mata Jana menyipit ketika tatapannya bertemu dengan matanya. Dirinya sedikit terkejut ketika laki-laki itu membesarkan pupil matanya, seperti sebuah kode namun entah apa maknanya. Ditambah bibirnya tersenyum sarat makna. Mungkin dia sedang mencoba menggoda? Tapi untuk apa? Jana memberanikan diri untuk membalas tatapannya dengan tajam.
"Hai, finally I found you!"
Tangan Jana mengepal melihat gerakan bibir dari laki-laki itu. Tubuhnya gemetar namun berusaha untuk menyembunyikannya.
"Ibu, ditunggu Pak Rendra dari brand CHristensen di bawah," ucap Febi terdengar seperti angin segar bagi Jana untuk lepas dari model aneh itu.
"Oh, iya. Antar ke ruang meeting ya. Saya akan segera kesana. Brand celana office yang kemarin minta reschedule bukan?"
"Iya, benar, Bu."
"Oke, antar beliau ke sana. File saya tolong diambilkan di map kuning ya. Setelah ini, saya langsung ke ruang meeting. Minta Bu Indira untuk standby disana sampai saya datang."
"Baik, Bu."
Febi segera bergegas melaksanakan poin-poin yang Jana pinta. Sesaat Jana menghela napas. Bersiap untuk berpamit sebelum langkahnya tertahan oleh panggilan manajer koordinator.
"Bu Jana!"
"Ya?" jawab Jana menoleh pada pria kurus bertopi yang lengkap dengan peralatan microphone di tubuhnya. Dirinya lantas menghampiri pria yang sedang duduk di depan layar monitor.
"Pecah rekor untuk parfum! Brand baru yang ibu pilih ini bulan kedua bagi brand tersebut, mampu mengalahkan rekor parfum dari Perancis yang selama ini sulit untuk diturunkan brand lain."
"Oya? Great! Kabar baik untuk brand lokal. Next detailnya jumat besok ya. Seperti ini terus kita bisa dapat bonus. Gift parfum siapa yang menolak?"
"Komisi akhir bulan lebih wangi, Bu Jana."
"Itu juga angin segar. Terima kasih. Kerja sama yang baik dari teman-teman. Naik 5% ada voucher makan dari saya ya. Ingatkan teman-teman untuk terus semangat."
"Terima kasih, Bu Jana. Moodboosternya super sekali, Bu. Siap laksanakan yang terbaik dari kami."
Jana tersenyum puas. Hanya laki-laki ini yang tidak takut bersikap santai padanya. Terang saja. Laki-laki ini mengenal baik siapa Jana sejak awal perusahaan ini berdiri. Dirinya yang rela melepas pekerjaannya di stasiun TV besar demi Darren dan teman-temannya.
Langkahnya terdengar begitu mantap dengan tempo teratur. Jana sedikit mengangkat dagunya ketika menyadari tatapan laki-laki itu terus membuntutinya. Seolah wanita itu ingin menunjukkan kekuasaannya agar seseorang bernama Prasa itu tidak melewati batas. Persetan dengan apa maksud dari kalimat Prasa tadi, Finally I found you! Kalau untuk merayu, Jana pastikan Prasa salah alamat.
***
Tbc
Hari ke 2 di awal tahun baru. Semangat biar konsisten terus. Biasanya awal doang rajin update 😂😂😂
Salam,
S Andi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top