(Not) First Date

Dengan langkah panjang dan perasaan jengkel, Hanako keluar dari kamar Akashi.

Apa-apaan sih, mereka itu!? Menyebalkan sekali! Gerutu Hanako. Aku tau, kalau Akashi tidak mau jauh-jauh dari Airi yang berstatus sebagai pacarnya tuan muda Akashi Seijurou. Apa lagi, Akashi yang sudah ku anggap sebagai kakak kandungku sendiri itu sudah naksir sama Airi sejak kami masih bau kencur (?).

Di tambah lagi Kise, si bocah tampan itu paling tidak bisa jauh dari Emi. Hah... aku heran, kenpa Emi bisa pacaran dengan pria seperti Kise sih!? Ya... aku akui, ia cukup tampan, tapi kelakuan bodonya dan sikap kekanak-kanakkannya itu membuatku ingin menjitak kepalanya. Mungkin saja, setelah kujitak kepalanya, otaknya jadi sedikit waras.

Kalau misalnya pacar-pacar mereka mau sekolah di sekolah yang sama denganku, ya jangan salahkan aku, dan jangan coba-coba untuk memerintahku pindah.

Belum lagi Shin-chan. Ngapain sih... dia ikut-ikutan menyuruhku pindah ke sekolah Shutoku yang super ketat kedisiplinannya, plus kuno. Arrgghh...! Shin-chan...! Kenapa kau menyebalkan sekali sih, jadi orang! Gerutu Hanako sepanjang perjalanan keluar dari istana keluarga Akashi.

Saat Hanako sudah tiba di depan pintu keluar rumah Akashi, ada seseorang yang menarik pergelangan tangannya. Ketika Hanako menolehkan kepalanya, ternyata itu Midorima. "Ada apa?" Tanya Hanako malas. Midorima pasti ingin menyuruhnya masuk ke SMA Shutoku.

"Kau mau kemana nanodayo?" Tanya Midorima dengan memasang wajah datar.

"Mau pulang, aku sebal sama kalian semua," Hanako menarik pergelangan tangannya, tapi percuma saja, karena Midorima sudah memegangi tangannya dengan erat. "Lepas Shin-chan... aku mau pulang!" Hanako berusaha menarik tangannya, tapi ya... lagi-lagi hasilnya nihil.

Karena merasa lelah, Hanako berhenti memberontak. "Ck! Ada apa sih, Shin-chan? Mau menyuruhku pindah ke Shutoku?" Tanya Hanako to the point.

"E...engak... nanodayo"

Hanako menaikkan sebelah alisnya, "terus...?"

"Etto... kedua orang tuaku sedang pergi, di rumah hanya ada adik perempuanku dan aku, nanodayo," ucap Midorima.

"Lalu?"

"Kami berdua sama sekali tidak ada yang bisa memasak nanodayo," Midorima membuang pandangannya ke arah lain, karena ia mulai merasa kalau wajahnya akan sangat memerah saat mengatakan, "bisakah kau datang ke rumahku, nanodayo?" Tanya Midorima. "Tapi hanya untuk sekedar memasak makan malam," lanjutnya tanpa memandang ke arah Hanako.

Walaupun Midorima sudah memalingkan wajahnya dari Hanako, tapi tetap saja, Hanako dapat melihat rona merah yang menghiasi pipi Midorima. Melihat hal tersebut, membuat amarah Hanako perlahan memudar dengan sendirinya. Rasa kesalnya pun digantikan dengan senyum jahil yang menghiasi wajahnya.

Karena tidak mendapat tanggapan apapun dari yang ditanyai, Midorima mengalihkan pandangannya pada Hanako kembali. Ketika melihat Hanako sedang tersenyum jahil, membuat Midorima menjadi kesal, "apa nanodayo? Kenapa kau memandangiku seperti itu nanodayo?"

Hanako melipat tangannya di depan dada, "kenapa? Memangnya aku tidak boleh memandangi pacarku sendiri?" Hanako tersenyum manis ke arah Midorima yang berhasil membuat rona merah di pria itu semakin jelas. "Lalu... harus ku sebut apa, ajakan mu kali ini, Shin-chan sayang."

Wajah Midorima langsung memerah seperti kepiting rebus, "ja-ja-jangan pikir... ka-kalau ini... kencan nanodayo," ucap Midorima yang entah mengapa menjadi gugup.

Melihat tingkah lucu pacarnya, membuat Hanako tdak bisa menahan tawanya, "hahahaha, iya, iya, Shin-chan sayang... aku tidak beranggapan kalau ini kencan," Hanako menyeka air mataya akibat terlalu kencang tertawa, "lagi pula, apa yang bisa kuharapkan darinya sih? Dia kan selalu menghindar saat ku ajak kencan," gumam Hanako saat ia mulai berjalan mendahului Midorima.

Tanpa Hanako sadari, ternyata Midorima mendengar gumaman Hanako yang membuat hati kecil pria itu merasa bersalah. Sebenarnya, Midorima bukan tidak mau berkencan dengan Hanako, justru ia sangat ingin, tapi ia takut mengacaukan segalanya.

Hanako membuat akal sehat Midorima hilang, membuat kontrol diri Midorima tidak terkendali, Hanako juga sering membuat amarah Midorima naik turun bak jekoster. Menjungkir balik seluruh perasaannya dan gadis itu telah menjadi pusat dunianya.

Maaf jika aku selalu mengecewakanmu dan tidak pernah bisa menjadi apa yang kau inginkan, ucap Midorima dalam hati sambil berjalan di belakang Hanako.

***

Setelah sampai di rumah Midorima yang luas dan mewah, tapi tak seluas dan semewah rumah Akashi, Hanako langsung melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Hana-chan, bagaimana kamu tau letak dapurku dimana nanodayo?" ucap Midorima heran, saat ia sudah menyusul Hanako yang sudah lebih dulu sampai di dapur.

"Dengan hati, karena hatiku yang selalu menuntunku kemana pun aku pergi," jawab Hanako asal sambil tersenyum. "Termasuk menuntun diriku untuk menggapaimu," goda Hanako.

"Apa-apaan sih nanodayo," Midorima memalingkan wajahnya, agar Hanako tidak melihat wajahnya yang mulai memerah.

"Hahaha, lihat tuh... wajahmu dengan warna rambut nii-chan hampir sama tuh... malah lebih merah, hahaha," Hanako tertawa puas melihat Midorima merona.

"Berisik kau nanodayo. Cepatlah masak nanodayo!" bentak Midorima. "Apa jangan-jangan kau tidak bisa masak nanodayo? Jadi kau memperlambat waktu saja nanodayo?" tuduh Midorima.

"Enak saja. Aku itu termasuk istri idaman yang bisa masak segala macam makan tau..." Hanako menyombongkan dirinya dengan bangga. "Kau mungkin akan merasa tersanjung karena bisa makan dari masakanku. Nii-chan saja sampai ketagihan dengan masakanku."

"Tidak akan nanodayo, aku tidak akan ketagihan masakanmu nanodayo. Paling isinya garam semua nanodayo," ledek Midorima.

"Cih, awas saja kalau kau sampai memintaku untuk membuatkanmu makanan, akan ku beri racun di makanan tersebut," Hanako mengerucutkan bibirnya, tanda ia sedang kesal.

"Ya sudah nanodayo. Kalau kau mengaku hebat dalam hal memasak, kenapa dari tadi kau diam saja nanodayo? Cepatlah masak nanodayo!"

"Kau mau aku hanya membuatkan telur dadar untukmu?" tanya Hanako. Di kulkasmu hanya ada lobak dan telur. Tidak ada bahan lainnya," ucap Hanako. "Lebih baik kita belanja dulu, lagi pula, kau memintaku untuk memasak makan malam kan? Ini saja masih jam 2 Siang. Kita belanja dulu, ya?"

Midorima hanya mengangguk, lalu berjalan duluan.

***

Saat berbelanja bahan makanan di salah satu mall terdekat, Midorima dan Hanako menjadi pusat perhatian orang-orang. Mereka seperti terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat serasi. Midorima yang mendorong kereta belanjaan mereka, sedangkan Hanako berjalan manis di sebelah Midorima sambil menggandeng lengan pria itu.

Hanako tidak terlihat seperti gadis centil nan manja yang biasa bergelayut di lengan pasangannya, ia lebih terlihat manis dan elegan, karena caranya berjalan begitu anggun, walaupun dalam keadaan sedang menggandeng lengan pacarnya.

Setiap mereka sedang berdiskusi untuk memilih mana yang mau dibeli? Pengunjung yang melihat kejadian tersebut merasa iri dan gemas, karena terkadang sang gadis suka menggoda pacarnya hingga wajahnya terlihat memerah, dan gadis tersebut akan tertawa kecil setiap melihat reaksi pacarnya. Benar-benar pasangan muda yang romantis dan serasi. Begitulah dimata mereka yang melihat Hanako dan Midorima.

"Permisi," seseorang menepuk pundak Midorima, hingga pria itu menoleh ke belakang.

"Ada apa nanodayo?"

"Boleh kami meminta foto kalian?" tanya seorang pria yang memegang kamera digital.

"Untuk apa nanodayo?"

"Majalah kami sedang mengadakan tema untuk pasangan kekasih, bolehkan kami meminta foto kalian?" tanya perempuan yang ada di sebelah pria tersebut. "Kalian sangat romantis sekali saat berbelanja," si wanita tersenyum manis.

"Tid..."

"Oh, silahkan saja," Hanako langsung berucap, sebelum Midorima menyelesaikan kalimat penolakannya.

"Apa-apaan sih, kau nanodayo?" bisik Midorima tepat di telinga Hanako.

"Kasihan mereka, kita bantu ya?" Hanako tersenyum manis ke arah Midorima.

Jepret! Tiba-tiba saja, suara kamera terdengar. "Gomen, pose kalian tadi terlihat sangat romantis dan alami, sayang kalau tidak di abadikan," kata pria yang sepertinya bekerja sebagai fotografer majalah.

Hanako tersenyum, "tidak apa, kau mau kami berpoe seperti apa?"

"Bisakah kau menggandeng lengannya seperti saat kalian belanja tadi?" tanya si wanita.

"Oh... seperti ini?" Hanako menggandeng lengan Midorima sambil tersenyum simpul, tapi kelihatan elegan.

"Ya, seperti itu." Jepret! "Bisakah kau berdiri lebih dekat lagi, nona? Atau... kau senderkan saja kepalamu ke bahunya," pinta si fotografer.

Hanako menuruti permintaan si fotografer tersebut.

"Douma arigatou gozaimasu," ucap sang wanita dan fotografer itu bersamaan sambil membungkukkan sedikit badannya.

"Doita," ucap Hanako sambil tersenyum dan membungkukkan sedikit badannya. "Anoo... kalau tidak keberatan, bisa kirim foto yang tadi ke sini?" Hanako menyerahkan kartu namanya yang ada di dalam tas kecilnya.

Saat melihat nama yang terpampang di kartu nama tersebut, si wanita itu sedikit membulatkan matanya, "kau Tomoko Hanako itu!? Penerus Tomoko Company!?"

"Iya... kenapa ya?" tanya Hanako dengan sedikit kerutan muncul di dahinya karena bingung, kenapa wanita ini tiba-tiba berteriak setelah melihat kartu nama Hanako.

"Majalah kami selalu ingin meliput Tomoko Hanako, tapi Tomoko Masato selalu menolak tawaran kami, dia malah tidak ingin mengekspose anaknya dalam majalah remaja, dia lebih mengekspose Tomoko Hanako di majalah bisnis," ungkap si wanita. "Bolehkah aku mewawancaraimu kapan-kapan?"

"Boleh saja, nanti akan ku beritahu kapan waktunya," ucap Hanako.

"Oh iya, ngomong-ngomong, namaku Rena, dan ini Hiro, fotografer majalah Sugar."

"Douzo yoroshiku onegai shimasu," Hanako tersenyum manis. "Maaf, karena kami sedang buru-buru, kami permisi dulu ya."

"Hai."

***

Sore itu, Hanako sedang memasak di dapur rumah Midorima, dan Midorima sedang membaca buku di meja pantry. Sebenarnya mau dibilang sedang baca buku sih gak juga, soalnya mata Midorima terkadang melirik ke arah Hanako yang sedang asik memasak, membuat Midorima tidak bisa fokus terhadap bukunya.

"Tadaima!" seru seorang gadis yang suaranya terdengar sampai ke dapur.

"Okaerinasai!" jawab Hanako sedikit berteriak, agar gadis itu mendengar jawaban dari dalam rumah.

Tak lama kemudian, terdengar langkah menuju dapur, "woah... ada nee-chan!" seru Midorima Shina, adik Midorima Shintarou.

(A/N: Saya tidak tau nama asli adiknya Shintarou, jadi anggap aja nama adiknya itu Shina ya? Kita sepakat, oke?)

"Heh? kau mengenalnya, nanodayo?" Midorima mengalihkan pandangannya ke adik perempuannya.

Shina mengangguk, "Hai, kalau hari libur, aku suka pergi dengan Hanako senpai. Dia menyenangkaaaannn.... sekali....!" ucap Shina dengan senyum yang merekah. "Tapi sayangnya, kenapa nee-chan pacaran sama onii-chan sih," raut wajah gadis itu langsung berubah dan melirik kakaknya dengan tatapan sinis.

"Hahaha, aku tidak tau Shina-chan, mungkin kakak mu sudah membacakan sebuah mantra yang sangat sakti dan ampuh, agar aku jatuh cinta kepadanya," jawab Hanako asal.

"Enak saja kau, nanodayo. Aku tidak seperti itu nanodayo."

"Iya, iya, Shina-chan... ganti baju dulu ya, nanti bantu aku memasak. Oke?" Hanako mengedipkan sebelah matanya.

"Woah... nee-chan ternyata istri idaman ya? Nee-chan masak apa?"

"Agemono, Mushimono, Sunomono, dan... sup kacang merah," jawan Hanako.

(A/N: Agemono, merupakan makanan gorengan: ada yang dilapisi tepung, yaitu karaage, ada yang tidak dilapisi tepung yaitu suage. Contoh masakan ini adalah, tenpura.

Mushimono, merupakan makanan yang ditim; contohnya chawan mushi (telur campur kukus)

Sunomono, merupakan masakan berbahan ikan atau sayuran yang diberi cuka)

"Kenapa harus ada sup kacang merah? Itu kan tidak nyambung dengan menu masakan yang nee-chan masak," protes Shina.

"Onii-chan mu tidak bisa makan tanpa sup kacang merah, Shina-chan... sudahlah, cepat ganti bajumu."

***

Selama proses masak-memasak, Shina selalu merecoki Hanako. Bukannya membantu, pekerjaannya menjadi kacau. Untunglah, rasa masakannya tidak ikut-ikutan kacau. Akhirnya proses masak-memasak baru bisa selesai saat jam 7 malam.

"Hah... kau itu ya... bukannya membantu, malah mengacau," Hanako menyusun masakannya di meja makan.

Shina memberikan mangkuk yang berisi Sunomono, "maaf deh nee-chan... habisnya... tidak ada yang mengajariku memasak sih..." sesal Shina. "nee-chan nanti sering-sering main ke sini yah?" pinta Shina.

"Hmm.... aku tidak janji ya..."

Setelah semua makanan ditata rapi di atas meja makan, mereka memulai acara makan malam mereka, "itadakimasu!"













Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! (minta maaf ala Sakurai)

Kenapa Alfi minta maaf terus? Soalnya bentar lagi Alfi mau UKK (ujian kelas komedi :V) #garing

Alfi sepertinya tidak akan bisa update semua cerita, mulai dari Ma Boy, Love Me Harder, dan Love? Hingga tanggal 8 Juni. Lama banget? Enggak ah... cuman beberapa minggu aja kok... #plak!

Dan untuk hadiah yang ada di Ma Boy... aku akan mengetiknya setelah UKK ya? (Kenapa ngasih taunya disini ya?) Intinya, untuk sementara, Alfi HIATUS dulu, oce?

Dan... Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Sumimasen! Karena isi ceritanya rada kurang memuaskan (itu sih menurutku sendiri, soalnya kalau mau dijelaskan, part ini sebenarnya belum selesai :D cuman, Alfinya maksain posting, biar gak didemo). Bagian serunya, Alfi posting setelah UKK ya? Selamat berkepo ria~ fufufufu~

Oh ya, yang mau UKK juga, semoga UKK nya lancar dan sukses ya say... :v #korban

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top