Let Me Kiss You

Selama makan malam, Hanako selalu berceloteh tentang ini dan itu, hingga membuat Midorima terkadang memerah atau mendengus kesal.

"Lalu, kau sendiri bagaimana Shina-chan? apa kau sudah punya orang yang kau sukai?" tanya Hanako.

Shina memalingkan wajahnya, "ti-tidak. Pria di sekolahku tidak ada yang me-menarik. Mereka semua menyebalkan," Shina mendengus.

Mendengar jawaban Shina, Hanako langsung tertawa, "hahaha... apa kau serius Shina-chan? apa benar... tidak ada yang menarik perhatianmu?" goda Hanako.

"Ti-tidak ada, nee-chan!" tegas Shina dengan wajah yang mulai memerah.

Hanako tersenyum melihat tingkah Shina, "kau dan kakakmu tidak ada bedanya ternyata. Selain sama - sama cerewet, kalian juga pengidap tsundere akut," ledek Hanako.

"Aku tidak tsundere! - nanodayo!" tegas Shina dan Midorima secara bersamaan.

Hanako menahan tawanya agar tidak keluar sekarang, "baiklah. Kalau sudah selesai makan, cuci piring kalian ya?" Hanako bangkit dari kursinya, lalu membawa mangkuk dan piring yang sudah kosong.

"nee-chan?" panggil Shina.

"Ada apa Shina?"

"Kau menginap disini' kan" Shina memandang Hanako penuh harap.

Sekarang Hanako dan Midorima malah saling memandang satu sama lain. "Yah onii-chan... izinkan Hanako nee-chan menginap disini..." Shina mengeluarkan wajah memohon andalannya.

"Hah..." Midorima mengela napas panjang. "Nanti dia mau tidur dimana? Kau itu jangan menyusahkannya, Shina-chan..."

Dengan polosnya, Shina menjawab, "kan bisa tidur di kamar onii-chan."

JDER! DUAR! Bagaikan disambar petir, Hanako dan Midorima kompak membulatkan mata setelah mendengar perkataan dari Shina. "Ah, Shina-chan..." entah mengapa, tiba - tiba Hanako menemukan ide brilliant. "Aku lupa!" Hanako pura - pura terkejut, seolah baru saja menyadari kebodohannya. "Malam ini aku ada acara dengan Akashi Seijurou. Akkhhh... dia pasti akan mencincangku kalau sampai aku terlambat. Shina-chan, aku pergi dulu ya? Jaaa!!!" setelah berkata seperti itu, Hanako langsung kabur. Tapi sayangnya, baru beberapa langkah Hanako meninggalkan ruang makan itu, ada seseorang yang menarik tangannya.

"A-ada apa, Shina-chan..." Hanako berusaha tersenyum, tapi senyumannya malah terlihat kaku dan aneh.

"Aku tau nee-chan bohong, tapi kalau misalnya nee-chan harus pulang malam ini juga, nii-chan harus mengantarmu pulang. Iya kan?"

Hanako hanya menanggapinya dengan anggukan, takutnya Shina mulai meminta hal yang lebih aneh lagi.

Shina tersenyum manis ke arah Hanako, "ayo nii-chan, masa kau membiarkan pacarmu pulang sendirian."

***

Akhirnya, dengan sedikit bujukan yang lebih tepatnya disebut paksaan dari Shina, Midorima mau mengantarkan Hanako pulang. Tentunya dengan berjalan kaki, karena Hanako sedang ingin menikmati hawa dingin malam ini.

"Hah... segarnya... udara malam...." Hanako tersenyum sambil membentangkan kedua tangannya, menghirup napas dalam - dalam, untuk merasakan segarnya udara malam itu.

"Segar dari mana sih nanodayo? Ini dingin tau, nanodayo," gerutu Midorima.

"Oh ya? Ku rasa tidak sedingin yang kau pikir Shin-chan. kau hanya berlebihan akan hal itu," Hanako melipat kedua tangannya di depan dada sambil mengusap - usap kecil lengannya. "Apa kau mau ku cium, agar tubuhmu bisa menghangat, Shin-chan," Hanako melemparkan senyum jahilnya pada Midorima.

Kata - kata frontal dari Hanako sukses membuat wajah Midorima memerah. "Ja-jaga bicaramu, na-nanodayo... kau ini wanita nanodayo," ucap Midorima dengan gugup.

"Gomen, aku' kan hanya berusaha untuk membantu. Ya... mungkin saja... setelah ku cium... tubuhmu bisa menghangat."

Midorima langsung melepaskan jaket yang dikenakannya tadi, lalu dilemparkannya tepat ke atas kepala Hanako. "Bersihkan pikiran kotormu itu nanodayo. Cepat pakai jaketnya nanodayo. Bu-bukan berarti a-aku peduli padamu nanodayo."

"Ahh... Shin-chan... kau pengertian sekali..." Hanako langsung mengenakan jaket pemberian Midorima dan mendekap tubuhnya sendiri, mencari kehangatan. "Oh iya, kau sendiri bagaimana?" Hanako memperhatikan sweater lengan panjang Midorima yang polos. Tidak ada pelapis lain lagi selain sweater yang sepertinya tidak cukup hangat melekat di tubuh Midorima. Tanpa basa - basi, Hanako langsung memeluk tubuh Midorima.

"A-apa yang kau lakukan nanodayo!" bentak Midorima dengan panic, soalnya pelukan Hanako tadi sangat tiba - tiba dan itu sangat berefek pada detak jantungnya yang bertambah cepat tiga kali lipat, serta wajahnya yang mendadak memerah.

"Apa kau tega membiarkanku kedinginan?" Hanako menengadahkan pandangannya saat berjalan sambil memeluk Midorima. "Aku kedingan Shin-chan... izinkan aku memelukmu seperti ini, ya?" Hanako tersenyum manis pada Midorima.

Karena merasa tidak sanggup menolak permintaan dari Hanako, Midorima hanya mengangguk mengiyakan permintaan kekasihnya itu. Melihat tidak ada penolakan atau bantahan dari Midorima, Hanako meraih tangan kanan Midorima yang berada di dekatnya, lalu ia letakkan tangan itu di bahu kanan Hanako, membuat Hanako jadi memiliki akses lebih leluasa untuk memeluk kekasihnya tersebut. Sebenarnya, Hanako berbohong soal dirinya yang merasa kedinginan. Sebenarnya, sejak pertama mengenakan jaket pemberian Midorima, tubuhnya sudah merasa hangat, tapi melihat pakaian yang dikenakan pacarnya itu, membuatnya tidak tega. Jadi, Hanako ingin memberi sedikit kehangatannya pada Midorima dengan cara memeluk pria itu sepanjang perjalanan pulang.

"Kau pasti kedinginan ya, Shin-chan..." Hanako mengeratkan pelukannya.

"Tidak nanodayo." Justru aku merasa tubuhku sangat panas nanodayo, batin Midorima.

"Maaf ya, seharusnya kita tadi naik kereta, dan tidak membuatmu berjalan dengan sweater dingin itu," sesal Hanako. "Apa kau benar - benar tidak butuh sebuah ciuman untuk menghangatkan tubuhmu, Shin-chan?" pertanyaan yang terdengar polos dari mulut Hanako langsung disambut dengan cubitan di piipi kirinya. "Awww! Aww! Awww! Shin-chan... kau menarik pipiku terlalu kencang," rengek Hanako.

Midorima langsung melepas cubitannya. "Lain kali, jaga bicaramu Hana-chan. Kau tidak boleh genit seperti itu nanodayo."

Hanako mengusap pipi kirinya yang terasa sakit. Uh, dia menyubitnya terlalu kencang! Keluh Hanako dalam hati. "Memangnya tidak boleh ya, genit sama pacar sendiri?" Hanako mendengus sebal.

***

Setelah melakukan percakapan dan debat kecil - kecilan ala pasangan anak muda, akhirnya mereka tiba di depan rumah mewah milik keluarga Tomoko. "Ayo Shin-chan, masuk dulu," tawar Hanako.

"Iie, Hana-chan... Shina pasti sudah menungguku nanodayo. Aku pulang dulu nanodayo," pamit Midorima.

"Ah, emm... oke, kalau begitu... aku masuk dulu ya? Jaa..." setelah mengatakan hal tersebut, Hanako langsung berbalik menuju pintu rumahnya.

"... Hana-chan..."

Mendengar panggilan dari Midorima, Hanako langsung membalikkan badannya, tapi tiba - tiba ia kehilangan keseimbangan tubuhnya, karena tiba - tiba saja ada sebuah tangan besar yang menarik lengannya.

Hanako membulatkan matanya, ketika ia sadar kalau bibirnya merasakan sesuatu yang kenyal dan sedikit basah. Itu bibir Midorima. Midorima menciumnya! Midorima menciumnya terlebih dahulu! Astaga! Ini kemajuan pesat namanya! Semenjak peristiwa itu, Midorima belum pernah menciumnya lagi, dan inilah yang ditunggu - tunggu Hanako. Midorima mencium dirinya karena keinginannya sendiri, bukan karena keadaan, atau karena permintaannya.

Setelah Midorima melepaskan ciumannya, pria itu langsung berlari meninggalkan Hanako yang masih mematung di teras depan rumahnya. Setelah melihat Midorima berlari melewati pagar rumahnya, Hanako baru teringat sesuatu, "SHIN-CHAAANN!! JAKETMU!!!" teriak Hanako, tapi percuma saja, pria itu sudah berlari melewati pagar rumahnya dan sepertinya ia tidak mendengar teriakan Hanako.

Ah... ya sudahlah, aku kembalikan besok saja, pikir Hanako. Lalu gadis itu mulai berjalan memasuki rumahnya.



Bagaimana? Tidak sia-siakan, aku mengilang cukup lama? :D aku membawakan sesuatu yang... yah... silahkan kalian nilai sendiri. Semoga aku tidak mengecewakan kalian ya? :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top