Ala Riko Aida
Maaf, tadi terjadi kesalahan teknis, jadi ceritanya ku hapus. Ini ku update ulang.
Gomenasai, mina-san! *bow
Akhirnya Hanako tiba juga di tempat retreat.
"Tomoko-sama, apa anda yakin kalau ini tempatnya?" Supir pribadi Hanako bertanya dengan sedikit ragu.
Hanako mengangguk, "tentu," Hanako langsung membuka pintu mobil volvo hitam mengkilat miliknya.
"Eh tunggu! Tomoko-sama!" Si supir langsung bergegas keluar dari mobil dan mengambil barang-barang Hanako dari bagasi belakang.
Hanako mengulurkan tangannya, "kemarikan," Pintanya.
"Tidak nona, tas ini cukup berat. Biarkan saya yang membawanya hingga ke kamar nona," tolak si supir dengan sopan, takut-takut membuat Hanako marah.
"Astaga..." Hanako menggeram kesal. Supirnya satu ini bikin geregetan dan terlalu banyak membantah. Disuruh bawa mobil sedan biasa, malah bawa mobil volvo yang di desain khusus oleh perusahaan volvo yang terkenal dengan mobil sport nya yang mewah dengan alasan, mobil ini lebih aman untuk digunakan, karena tingkat keamanan dan kanyamanannya sudah di desain khusus untuk Hanako.
Hanako benci diperlakukan seperti putri kecil, jadinya ia merebut tas tersebut dan berjalan menuju penginapan, "kau pulang saja sana! Tugas mu sudah selesai!" Teriak Hanako. Dasar. Supir paruh baya itu memang terlalu banyak mengatur Hanako sejak ia kecil. Tapi untungnya ia tidak aneh-aneh selain untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pewaris utama perusahaan Tomoko.
Saat Hanako sudah berdiri di sebelah kawan-kawannya, ia bisa melihat tatapan takjub yang mereka layangkan pada Hanako, "nani?" Hanako mengerutkan keningnya.
Hanako mengangguk mengiyakan, "Riko-senpai mana?"
"Pelatih ya?" Hyuga menengok ke arah lain, "nah! Itu dia, baru datang."
Riko ternyata diantar oleh ayahnya kemari, dan sebagai salam hangat, ayah Riko mengatakan, "kalian harus menjaga anakku dengan benar! Awas saja kalau kalian macam-macam dengannya!" Bentak ayah Riko.
Semua mengangguk patuh, kecuali hanya Riko yang tersenyum geli, "ayah berlebihan."
"Tenang saja paman, Riko-senpai akan aman bersama kami," jawab Hanako dengan senyum manis yang mampu meluluhkan hati siapapun yang melihatnya.
"Baiklah, jaga dia baik-baik. Aku pergi."
"Baiklah semuanya, letakkan barang-barang kalian di kamar, lalu segeralah ke pantai!" Titah Riko.
"Baik!"
Setelah meletakkan barang bawaan di kamar, para anggota tim basket Seirin langsung diperintahkan oleh sang pelatih untuk kumpul di lapangan, memulai latihan mereka.
Riko yang mengenakan atasan bikini dengan bawahan rok pendek memerintahkan para anggota untuk lari bolak-balik di pasir pantai dengan jarak yang sudah ditentukan. Sementara itu, Hanako yang mengenakan baju putih tanpa lengan dengan hotpans sibuk meneliti menu latihan yang dibuat Riko sambil menjaga handuk dan botol minum untuk para anggota tim.
"Ayo semuanya! Keluarkan semangat kalian! Jika kalian ingin memenangkan Winter Cup!" Seru Riko yang memberi semangat.
Hanako yang duduk di pasir pantai hanya tersenyum mendengar seruan Riko. Sepertinya nama lain dari retreat ini adalah neraka, pikir Hanako. Menu latihannya benar-benar padat, dan Riko benar-benar akan menguras tenaga para anggota dengan menu latihan ini.
"Riko-senpai!" Hanako berteriak sambil melambai-lambaikan tangannya pada Riko yang berada di sebrang sana. "Aku berikan perbaikan pada menunya ya?"
Celaka. Pikir para anggota tim. Jika Riko mengiyakannya, latihan mereka akan lebih berat dari pada ini. Dan sialnya, Riko malah memberikan izin penuh pada Hanako untuk mengacak-ngacak menu latihannya.
***
Hari sudah semakin siang, Riko meminta Hanako untuk menjaga anak didiknya agar tidak malas-malasan saat ia pergi untuk menyiapkan makan malam.
Latihan hari ini berjalan dengan 'sangat' lancar. Riko benar-benar memporsir latihan mereka dengan gila-gilaan.
Setelah mandi, mereka berkumpul di meja makan untuk menikmati makan malam yang dibuat oleh Riko.
Hanako sedikit terkejut melihat isi dari panci besar yang dibawa Riko. Panci itu seperti berisikan magma berwarna hitam, dan di dalamnya seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam panci tersebut. Belum lagi makanan Riko yang mengeluarkan gelembung-gelembung, persis seperti magma di dalam gunung berapi.
"A-apa itu, senpai?" Tanya Hanako sedikit ragu.
"Itu kari spesial buatanku. Kalian harus makan banyak, karena hari ini kalian sudah bekerja keras," jawab Riko dengan senyum lebarnya lalu mulai menuangkan kari itu ke piring mereka satu-persatu.
Dengan ragu, Kagami menyendokkan makanan itu ke mulutnya. Seketika saja wajahnya langsung berubah pucat pasih. Dengan sekuat tenaga, Kagami berusaha menelan makanan tersebut. "Kau gila ya! Kau mau membunuh kita semua dengan makanan ini!" Maki Kagami.
Hanako langsung menyikut perut Kagami, membuat pria itu mengeluh kesakitan.
Riko hanya tersenyum, "maaf ya kalau masakanku tidak enak..."
"Senpai hanya perlu sering-sering memasak lagi," Hanako tau, kalau senpainya kali ini sudah berusaha keras untuk memasak makanan ini.
Kagami bangkit dari duduknya. "Kagami, kau mau kemana?" Tanya Hanako, tapi Kagami tidak menanggapi pertanyaan Hanako. Akhirnya gadis itu mengekori Kagami dengan membawa piringnya dan akhirnya berhenti di depan kompor.
"Kau mau masak?" Tanya Hanako sedikit heran. Memangnya Kagami bisa masak? Yang ia tau hanyalah, Kagami jago soal makan.
"Kemarikan piringmu," pinta Kagami.
Hanako memberikan piringnya, lalu ia memperhatikan Kagami memotong bahan makanan yang ada di dalam kari khas Riko, lalu memasukkan nasi beserta kari tadi ke dalam wajan yang sudah dipanaskan.
"Kau yakin kalau itu akan enak?" Hanako sedikit meragukan rasa masakan Kagami. Bisa-bisa rasanya lebih kacau dari yang pertama.
"Kau cobalah sendiri," ucap Kagami sambil terus menumisnya. Setelah masakannya selesai, Kagami memindahkannya ke piring.
"Kelihatannya enak," mendadak Hanako lapar setelah mencium aroma masakan Kagami.
Kagami menyodorkan piringnya, "cobalah."
Setelah merasakan masakan Kagami ke dalam mulutnya, Hanako langsung menyendokkan lagi makanan itu ke dalam mulutnya. Sepertinya ia kelaparan.
"Oy! Manager! Jangan habiskan makananku!" Kagami langsung menjauhkan piringnya dari Hanako.
"Aaa.... Kagami peliiiittt.... disitukan ada nasi ku juga..." rengek Hanako.
"Hey, Kagami, kalau kau jago memasak, kenapa tidak ajari pelatih cara memasak?" Saran Kiyoshi.
"Hah?"
Melihat Kagami lengah, Hanako langsung merebut piring Kagami lalu duduk di kursinya yang berada di sebelah Kuroko. "Kuroko-kun! Ayo makan!" Seru Hanako dengan semangat, lalu Kuroko dan Hanako mulai menikmati makanan yang dibuat oleh Kagami.
Dengan geram, Kagami menghampiri keduanya, tapi baru beberapa langkah ia maju, Hanako langsung merentangkan tangan kanannya ke depan, "STOP! BERHENTI DISITU!" bentak Hanako.
Kagami menghentikan langkahnya dan memandang geram ke arah Hanako, "oy! Manager! Kau menghabiskan makananku! Dan sekarang kau mau apa lagi hah!? Menyuruhku berhenti!"
"Masakkan makanan untuk yang lainnya, karena setelah ini kalian akan latihan di lapangan basket sungguhan dekat sini," jawab Hanako.
"Punya hak apa kau untuk itu!?" Omel Kagami.
"Tentu ada Kagami-kun, diakan manager tim ini," Riko juga ikut tersenyum.
"Daripada aku yang masak?" Ucap Hanako. "Kalo aku yang masak, kau tidak akan kuberi jatah, loh," kata Hanako. "Sudah, cepat masak sana!" Perintah Hanako yang terdengar tidak ingin dibantah sama sekali.
Oke, Kagami sudah kalah telak! Mau tidak mau, Kagami menuruti perintah tersebut.
***
Sedikit sulit mengetik banyak ketika otakmu sedang sedikit mampet. Yah... semoga kalian tidak mengalami hal yang sama denganku.
Entah mengapa, setelah dibenahi, kalimatnya malah makin banyak -_-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top