Nightfall pt. 2
Jadi, setelah Sky berpikir ulang, mungkin Nightfall ini bakalan seperti oneshoot compilation dengan pemeran utamanya Kana dan iel. Setelah Part. 1 berjudul Ngambek, maka Part. 2 ini silakan dibaca.
Insecurities
***
Siang itu mentari masih doyan untuk membanggakan cahayanya yang silau membuat semua orang memilih mengurung diri di dalam ruangan tertutup daripada menjemur dirinya di luar hingga gosong. Namun, tidak termasuk beberapa orang yang masih sibuk men-dribble bola dengan seragam sekolah, bel sekolah sudah terdengar 20 menit yang lalu.
Kana adalah salah satu siswi yang rela berjemur di bawah matahari, kedua manik pujaan Adriel itu terlihat kosong ke depan, tidak terusik dengan keadaan barisannya sibuk memekik ketika ace klub basket sekolah mereka telah shooting yang pertama dan mendapat angka 2 bagi tim mereka.
"Shoot! Gila emang iel, bisa aja kerjaannya menangin hati cewe kek gue!"
"Woi! Masuk! Adrielll! Aaaa!"
"Adriel!! Gue suka sama lo! Pacaran sama gue, kuy!"
Dan, masih banyak lagi. Semuanya diabaikan oleh Kana yang tidak peduli dengan teriakan yang biasanya mengundang puncak emosinya. Risiko pacaran dengan pujaan hati sekolah.
"Shut your mouth, bi***es or I'm the on who shut your mouth." Mary berdesis rendah dengan tatapan dari matanya yang lebar dan berwarna coklat terang itu dengan menusuk. Ancamannya berhasil membuat barisan cewe-cewe yang berada di sana terdiam dan berbisik dengan pelan.
Gadis Eropa itu berdecak kesal melihat reaksi berlebihan. Lalu, melihat ke arah lapangan basket yang memang disediakan oleh pihak sekolah di luar ruangan itu, Adriel dengan tingkat percaya diri melempar senyum tampannya kepada Kana yang tampak melamun hingga laki-laki itu kebingungan melihat Mary.
Mary berbalik melihat sahabatnya yang masih termenung, duduk di sebelahnya dan menepuk pundaknya cukup kencang hingga Kana tersentak kaget.
"Daydream? Well, girl. Your boy is almost seduced by those flirty girls," ucap Mary dengan tenang kembali melihat pertandingan yang kembali dimulai. Adriel dengan satu temannya yang sempat menjadi bahan bujukan dua minggu yang lalu itu sedang assist di area lawan.
"Wait ..., what?!" seru Kana yang tidak peduli dengan pertandingan main-main itu lagi.
"Well, keep daydreaming longer, smart girl. The longer you daydream, your boyfriend may be with them later."
"Who?" tanya gadis tersebut lagi.
"It's always Felita, babe."
"Where?"
Mary tanpa malunya menunjuk ke arah barisan yang berada di sebelah mereka, menunjuk kearah gadis yang berteriak paling semangat dengan tatapan memuja kearah Adriel. Mary berbisik di dekat telinga sahabatnya, "I will punch her face twice after this. Thanks me later."
Kana melirik kearah sosok yang ditunjuk oleh Mary dan terdiam.
Felita Hermawan. Gadis yang paling sering disandingkan dengan iel-nya sebelum dia yang berhasil menjadi pacar Adriel. Wajar, Felita itu cantik paripurna, latar belakangnya yang bagus--dia anak dari presiden direktur perusahaan pertambangan--dan tentu saja sempurna, pintar hingga mampu meraih piala di pergelaran internasional, punya banyak teman dan digadang-gadang akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri.
Sempurna tiada tandingan menurut kata orang.
But, look! Kana juga tidak seburuk untuk bersanding dengan iel.
Kayana juga cantik, setidaknya itu yang dikatakan teman-temannya, orangtuanya dan pacarnya. Dia juga bisa dikategorikan pintar. Walaupun, dia tidak sampai dicalonkan dalam perlombaan tingkat internasional, dia sudah pernah membawa nama sekolahnya harum sampai di kancah nasional. Keluarganya juga tidak sekaya Felita, tapi mobil Alphard dan Genesis ada di parkiran rumahnya.
Kekurangannya hanya berada di pertemanan yang tidak pernah lebih dari tiga. Ini saja dia hanya memiliki Mary dan iel.
Ya, intinya dia cukup merasa bangga dengan dirinya .... Namun, kenapa dia masih merasa kurang?
"ielll!!!"
Suara teriakan yang jelas bukan dari suaranya yang tidak secempreng dan melengking itu terdengar setelah suara peliut, membuat Kana kembali tersadar bahwa dia baru saja kembali melamun dan tersenyum ketika tim Adriel bersorak kemenangan.
Dia baru saja mengambil botol minum dan handuk kecil yang sudah dia persiapkan, akan turun dari podium kecil di sekitar lapangan. Namun terhenti ketika Felita menghampiri iel dengan langkah yang melompat kecil, menyerahkan air minum langsung di tangan pemuda tampan itu hingga terdengar suara 'cie' yang cukup panjang dan siulan.
Tepat setelah itu, Kana melihat Adriel yang juga melihatnya balik. Kana tanpa berpikir panjang langsung berbalik menjauhi lapangan, tidak peduli dengan teriakan Mary yang memintanya kembali.
Ya, dia tahu sekarang apa kurangnya dia.
***
Adriel berlari mencari sosok yang mengisi hatinya belakangan ini, menyusuri lorong sekolah sampai terdengar bunyi tuts piano yang dimainkan dari ruang musik. Pemuda itu berjalan dan membuka pintu ruang musik, tertegun ketika melihat Kana-nya lah yang ada di sana memainkan lagu yang dia kenal pasti.
Lagu yang belakangan ini secara tidak sengaja dihapalnya diluar kepala karena gadisnya memainkan lagu ini setiap kali ada kesempatan, hingga berada di chorus yang membuatnya ikut menyumbangkan suaranya.
"Mwonga jalmotdwaesseo nae maeumi,
beoseonal sudo eopsi,
sarange ppajyeobeoryeosseo,
nega naega on geu sunganbuteo,
nan neoege dallyeosseo,
ijebuteo,
modeun ge dallajil geoya."
Kana terkejut ketika suara bass yang menjadi pengiring tidurnya terdengar. Namun, ketika dia melihat gestur Adriel yang seakan meminta untuk tetap melanjutkan permainannya dan menangkap kode mata Adriel yang memintanya untuk menyambungkan lirik tersebut.
"Nan ne saraminikka," sambungnya sambil menekan tuts piano yang dihapalnya diluar kepala.
"Neon nae sesanginikka."
Lagu dari korea itu ditutup dengan campuran suara mereka. Tidak ada yang memberi kritikan, keduanya hanya sedang menikmati kebersamaan mereka berdua.
Sudah dua minggu yang lalu sejak Kana merajuk karena iel mengebut di jalan.
Adriel tanpa berpikir panjang menarik Kana untuk berdiri dan langsung memeluknya dengan hangat.
"Mau mengatakannya padaku?" tanya pemuda itu dengan pelan. Dia merasakannya, Kana yang terlihat kebingungan dan terlihat kosong setiap kali mereka bersama. Adriel tidak merasa melakukan kesalahan apapun belakangan ini dan Kana juga tidak merajuk.
"Menurutmu, Felita bagaimana?" tanya Kana tiba-tiba.
"Kamu cemburu dengan Felita? Aku tidak dekat dengannya, sayang." Adriel langsung menangkap maksud gadis itu dan membubuhkan satu ciuman tulus di kening yang lebih pendek.
Kana memukul bahu pemuda di depannya, "Bukan begitu. Aku nggak cemburu sama sekali."
"Heum? Lalu?"
"Banyak ya, yang mengatakan kalian berdua cocok."
Adriel menggeleng, "Nggak ada tuh. Yang ada aku sama kamu yang cocok, itu banyak yang ngomongin." Dan dia kembali meringis karena pukulan kedua diterimanya.
Adriel kembali ketawa dan memeluk Kana hingga perempuan itu merasa sesak sendiri. Lalu, dia sendiri mengerang untuk dilepasin hingga menjadi tautan tangan yang terjalin di antara mereka.
"Jadi ..., pacarku lagi insecure?" tanya Adriel.
Kana langsung mengangguk kepala, "Aku sudah berpikir matang-matang, aku juga tidak kalah dari Felita. Bahkan aku tidak merasa kalah darinya dalam hal jumlah teman. Ada Mary saja sudah cukup. Tapi, aku kalah darinya di mata semua orang di sekolah."
"Siswa di sini selalu mengatakan kalian cocok untuk bersama, bahkan berani bereaksi seperti tadi di lapangan ketika Felita memberikanmu air minum. Padahal, mereka juga tahu aku ada di sana. Bukankah itu berarti mereka berpikir kamu lebih cocok dengan Felita daripada aku?"
"Lalu, aku juga sering mendengar para guru di sini menyayangkan kalian tidak bisa bersama karena aku. Mereka bilang, coba aku tidak menerimamu, pasti Felita sudah denganmu."
"Lalu juga, kemarin aku dengar, kamu akan bersama Felita melakukan proyek cover majalah sekolah bulan ini."
Adriel yang tidak tahan mendengarnya, kembali memeluk gadis mungil di dekapannya. Lalu mengangkat wajah gadis itu, "Simak baik-baik ya, aku akan ngomong panjang banget."
Dan, seketika Kana tidak melihat wajah tengil di wajah Adriel seperti biasanya.
"Kamu tuh cantik, manis banget. Padahal, kamu nggak pakai apa-apa di mukamu. Tapi, masih aja cantik. Manis banget."
"Kamu tuh pintar. Aku selalu bersyukur bisa pacarin kamu sebelum yang lain. Kamu tahu apa yang aku rasain, kamu selalu ingatin aku dalam semua hal yang selalu aku lupain. Oleh karena itu, aku selalu ingin ngejagain kamu dari siapapun yang jahat sama kamu."
"Aku nggak peduli apa kata mereka. Selama itu kamu masih bersedia sama aku, aku tidak peduli kata mereka dan aku tidak akan lepasin kamu."
"Kita memang masih remaja yang baru akan dewasa suatu hari nanti, tapi aku tahu kalau sekarang aku serius."
Kana terharu mendengarnya, dia merangsek masuk dalam pelukan pemuda itu tanpa kata apapun. Dan mendongak melihat wajah tampan yang tidak akan pernah rela dia lepaskan kepada orang lain. "Ayo pulang, aku pengen cookies buatan Bunda," kata Kana dengan mata yang berbinar.
Adriel mengangguk, menggantikan pelukan mereka dengan genggaman tangan keluar dari ruang musik, "Ayo. Bunda baru saja membuat cookies kemarin malam, katanya Kana paling suka ini dan senang melihat Kana memakan buatan tangannya."
Ya, Kana tidak lagi merasa tidak pantas.
Perkataan iel menyadarkannya, bahwa selama itu iel yang memilihnya, dia selalu pantas, tidak peduli bahwa ada orang lain yang paling sempurna di antara mereka sekalipun.
Dan sama seperti iel, Kana juga masih remaja dan akan dewasa suatu hari nanti. Tapi, dia juga serius dengan hubungan ini.
Dan berharap kepada Tuhan, bahwa mereka adalah pasangan yang ditakdirkan satu sama lainnya sampai mereka tua nanti.
***
To Be Continued!
***
1,4k+ panjang banget, nggak nyangka sih.
Ya sudah, see you next month.
Mau Kana dan iel lagi atau yang lain saja?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top