Sakura dimusim Semi

Dalam kehidupan ada berbagai musim yang kita lalui. Musim itu selalu memiliki banyak hal yang akan terjadi. Ada yang menjadi hanya sekedar musim yang berlalu tapi ada juga yang menjadi musim yang akan selalu di ingat dan dikenang.

Yura,menyukai musim semi. Dan tahun ini dia berniat mengujungi negara yang sudah sangat lama dia impikan untuk ada disana. Jepang,Jepang selalu terkenal dengan bunga sakuranya di musim semi dan Yura ingin ada disana untuk menikmati festival musim semi tahun ini.

Rasanya sudah lama sekali dia tidak merasakan perasaan ini. Perasaan hangat dan bahagia ketika mengingat musim semi yang akan dia lewati di Jepang.

Liburan kali ini pasti akan sangat berbeda. Setelah tahun-tahun yang sulit dia lewati. Musim demi musim berlalu. Musim gugur dalam hidup Yura. Akhirnya Yura sampai pada tahap ini. Tahap dimana dia ingin kembali merasakan lagi musim semi itu seperti apa.

Musim semi yang bukan hanya sekedar musim semi. Tapi musim semi yang mampu membuat hatinya terasa hangat kembali. Yura benar-benar menantikan perjalanannya kali ini ke negeri Sakura itu.

"Ma,minggu depan aku berangkat ke Jepang,"ujar Yura kepada ibunya.

"Jangan lupa kunjungi kakakmu disana. Dia pasti tidak akan membiarkan kamu sendirian disana."

"Kakak di Tokyo,Bukankah ada ujian akhir."

"Oh ya,jadi kamu ngak apa-apa jalan sendirian?"

"Ngak masalah karena aku mau menikmati musim bunga sakura bermekaran."

"Musim semi ya di Jepang?"

"Iya festival bunga sakura disana."

"Pantas aja kamu ngeyel mau kesana."

"Hehe kan udah lama ngak liburan. Jadi mau merasakan musim semi ditempat yang banyak sakuranya."

"Apa kamu tahu filosofi sakura?"

"Tahu dong."

"Apa??"

"Filosofisnya dikatakan sebagai sebuah siklus kehidupan memiliki makna dimana ada kebahagiaan akan diakhiri dengan kesedihan, di mana kelahiran akan diakhiri dengan kematian. Hal ini selaras dengan sisi spiritual dimana hidup ini singkat namun indah."

"Benar itulah makna Sakura bagi masyarakat jepang."

"Tapi ada juga makna lainnya ma."

"Apa?"

"Sakura juga memiliki makna sebagai lambang kesetian janji yang selalu ditepati. Jadi siapapun yang berikrar akan sebuah janji harus selalu ditepati."

"Jadi kamu mau berjanji sama siapa disana?" Selidik ibunya lagi. Yura jadi salah tingkah.

"Apaan sih mama. Ngak ada janjian sama siapa-siapa."

"Siapa tahu aja kamu mau membuat janji setia disana dibawah pohon sakura."

"Mama menghalau aja deh. Udah ah Yura mau packing dulu."

"Kan masih seminggu lagi. Cepat sekali kamu packingnya."

"Ya ngak apa-apa. Kan jadi pas hari berangkat ngak kerepotan."

"Terserah kamu aja."

Yura berlalu ke kamarnya. Niatnya emang packing tapi dia malah menatap keluar jendela kamarnya. Ada perasaan aneh yang tidak bisa Yura lukiskan tentang sesuatu. Perasaan yang sudah lama hilang bahkan terasa asing.

Perasaan ini membuatnya gugup sekaligus bersemangat. Seperti membawa angin segar yang sudah lama tidak dia rasakan. Bagaimana menjelaskan itu seperti bunga-bunga musim semi akan bermekaran disana. Hanya saja dia tidak berani mengatakannya. Karena ini hanya sebuah firasat. Yang jelas saat ini dia bisa tersenyum kembali. Begitu banyak beban yang sudah dia lepaskan di hatinya. Dia pasti tidak akan melewati musim semi ini. Dia ingin membuat kenangan yang indah untuk liburan musim ini.

****

Jepang,disinilah Yura berada hari ini. Seminggu telah berlalu dan waktunya untuk ke Jepang telah tiba. Dia dijemput oleh kakaknya dibandara. Melihat Jepang perasaan Yura menjadi bercampur aduk. Dia menghirup dalam aroma musim semi yang segera tiba.

Yura berjalan menyusuri ibu kota siang itu. Kakaknya seperti yang diduga dia sibuk dengan ujian akhir semesternya. Yura menikmati Jepang sendirian. Kota Tokyo terkenal dengan keramaian manusianya. Disini akan sangat jarang sekali menemukan kendaraan. Karena kebiasaan masyarakatnya yang hoby berjalan kaki.

Yura menikmati Tokyo di siang hari. Meski cuaca cukup terik tapi dia menikmati waktunya. Sembari memotret berbagai hal yang ada dikiri kanannya Yura menikmati setiap hal yang dia lewati.

Fotografi sudah menjadi kecintaan Yura sejak lama. Dia menyukai travelling dan fotografi tidak pernah lepas darinya. Jika ada yang bisa dilihat dari halaman sosial medianya. Itu adalah foto-foto yang dia ambil. Memotret sudah menjadi gairahnya sejak lama.

Yura terus berjalan dan akhirnya sampai dimana pohon sakura mulai bermekaran meski itu belum sepenuhnya. Tapi pohon itu sudah tumbuh dengan cantik.

Pohon dengan bunga bewarna merah muda itu. Begitu indah dan menarik untuk dinikmati. Yura menikmati pemandangan bunga sakura didepannya. Memejamkan matanya Yura bisa merasakan semilar angin menyapa kulitnya lembut.

Aroma bunga Sakura tercium melalui hidungnya. Seulas senyum terpatri diwajah Yura. Belum pernah dia rasakan perasaan sedamai dan setenang saat ini. Aroma musim semi ini membangkitkannya pada satu hal yang tidak ingin dia pikirkan tapi selalu mengusik pikirannya.

"Bagaimana jika dia juga berada disini hari ini?" Batin Yura bicara. Pria yang mengusik pikirannya sejak lama. Tapi,tidak mungkin itu akan terjadi. Mustahil untuk mereka bisa berada disatu tempat yang sama tanpa perjanjian. Lagian sudah lama dia tidak mendengar kabar pria itu.

Yura membuka matanya. Menatap kembali pohon Sakura didepannya. Semilar angin menerbangkan bunga itu melewati dirinya. Yura mengambil bunga Sakura yang berjatuhan. Seula senyum terpatri ketika dia melihat bunga itu. Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Rasanya Yura ingin membuat permohonan dibawah pohon ini.

Melepaskan imajinasinya yang berkeliaran Yura meninggalkan area pohon sakura itu. Dia mencoba mencari kursi panjang untuk duduk melepas lelah. Dia mulai merasa sedikit lelah karena matahari masih cukup tinggi.

Menemukan sebuah kursi cokelat panjang,Yura bergegas duduk disana sebelum orang lain menempati kursi itu. Meski ada satu orang yang tampaknya sedang duduk beristirahat disana.

"Permisi,apakah saya bisa mengambil tempat duduk disebelah anda?" Yura mengeluarkan logat bahasa inggrisnya.

"Silahkan,"ujar pengunjung itu yang ternyata seorang pria. Yura tidak melihat jelas karena pria itu menutup wajahnya sedikit dengan syal yang dia pakai.

Mengambil kameranya Yura menatap foto-foto yang dia potret beberapa waktu lalu. Pria disebelahnya bangkit meninggalkan tempat duduk. Tapi dia melupakan sesuatu.

"Maaf,anda melupakan Earphone anda,"ujar Yura mencoba menahannya.

Pria itu berbalik dan kini mata mereka saling berpandangan. Yura merasa tidak asing dengan tatapan mata didepannya. Hanya saja dia menepisnya. Dia tidak benar-benar berpikir bahwa pria itu akan ada disini.

"Itu mustahil,"batin Yura. Pria itu mengambil Earphonenya kemudian berlalu pergi. Tapi Yura merasa tidak puas ketika melihat punggung itu menjauh. Entah kenapa dia merasa tidak asing dengan mata itu.

****
Hanami,adalah proses perayaan untuk menikmati musim semi. Bunga Sakura yang baru tumbuh setelah musim dingin usai. Masyarakat merayakan musim semi kedatangan bunga Sakura sekaligus merupakan perayaan dimana untuk berkumpul dan menjalin silahturahmi kembali dengan keluarga atau orang terdekat yang jarang bertemu. Dan hari ini Yura berhasil membujuk kakaknya untuk menikmati Hanami bersama.

"Ahh akhirnya kak Yogi ngak sibuk,"cibir Yura ketika mereka sampai disalah satu taman dimana mereka akan bersantai dan menikmati sakura.

Masyarakat Jepang merayakan hanami dengan makan dan minum, menari, mendengarkan lagu dan sambil bercanda. Sajian-sajian khusus yang biasa disiapkan untuk hanami yaitu bentou, dango dan sake.

Selain itu, banyak juga masyarakat Jepang yang berbarbeque di taman dengan membawa peralatan lengkap. Piknik ini bisa berlangsung hingga larut malam yang disebut dengan yozakura.

Lampion-lampion kertas dipasang sebagai penerangan di taman untuk siapa saja yang melakukan yozakura. Hanami malam atau yozakura tidak kalah indahnya dengan hanami siang, lentera-lentera yang masuk ke taman menambah indah bunga sakura di malam hari.

Dan Yura sengaja mengajak kakaknya untuk menikmati Hanami malam ini dengan berbequan dia taman kota malam ini. Yogi tidak bisa menolak adiknya karena hari ini festival bunga sakura mulai dilakukan kampusnya pun juga merayakannya.

"Biasa kamu kesini pas musim dingin kenapa tahun ini dimusim semi tumben sekali?" Tanya Yogi sembari memangang makanan didepannya.

"Cari suasana baru,ternyata festival musim semi benar-benar indah seperti yang dibilang ya."

"Iya banyak bunga sakura bermekaran."

"Kakak ngak bawa pacara kakak kemari?"

"Kebetulan dia akan datang besok. Tapi,ada teman kakak yang mau kesini."

"Oh ya? Teman kampus ya?"

"Bukan,dia dari Indonesia juga. Tapi kamu pasti ngak kenal. Anaknya sibuk."

"Hmm ngak heran sih teman-teman kakak mana ada ngak sibuk." Yogi tersenyum sembari menaruh daging ke piring adiknya.

"Kamu jadi mau bagaimana sekarang? Udah risgn dari marketing mau gimana?"

"Aku mau buka usaha. Mau buat toko roti."

"Jadi yang mama bilang itu benar."

"Benar dong kapan Yura pernah bohong."

"Jangan-jangan kamu kesini juga buat liat resep kue-kue disini ya?" Yura nyengir kearah kakaknya.

"Kakak emang paling the best kalau baca pikiran orang. Aku emang sekalian cari sesuatu tentang kue Jepang."

"Banyak kamu bisa ke district kuliner. Tapi sayang kakak ngak bisa anterin. Tapi mungkin teman kakak bisa."

"Teman yang mana?"

"Itu baru datang. Hay Neo." Yura menoleh kearah teman kakaknya yang baru tiba. Tidak salah lagi mata itu benar-benar dia. Yura mungkin belum pernah bertemu langsung teman dunia mayanya itu. Lebih tepatnya teman chating disebuah aplikasi yang tidak sengaja dia gunakan. Pria itu pernah memperlihatkan wajahnya sekali kepada Yura. Dan Yura pasti tidak salah mengenali.

"Yogi sorry telat. Jalanan cukup macet."

"It's oke Neo,ayo kemari. Perkenalkan ini adikku Yura. Yura ini Neo yang kakak bilang tadi." Yura menyalami Neo dengan kikuk. Dia berharap Neo tidak mengenalinya saat ini. Mengingat Yura pun hanya sekali menampakkan wajahnya tu juga foto samping. Neo pasti tidak mengenalnya kan?

"Hai Yura."

"Neo." Perkenalan yang cukup singkat. Yura dalam hati sedang berdoa kepada tuhan. Semoga saja pria itu benar-benar tidak mengenalinya.

Percakapan hangat pun terjadi diantara kakaknya dan Neo. Dia hanya menimpali beberapa saja. Mengingat pembahasan mereka cukup berat.

"Jadi ini bocab mau memulai bisnis Neo. Katanya lagi cari resep kue," Ujar Yogi memberitahu Neo. Neo menatap Yura. Tatapan yang membuat Yura tidak berani menatapnya.

"Begitukah? Jadi Yura ingin membuka toko kue?"

"Iya benar,kau pasti tahu dimana bisa menemukan kue ciri khas Jepang. Kau hapal setengah dari kota inikan."

"Kau berlebihan Yogi. Tapi jika memang dia sangat perlu aku bisa membantunya kesebuah tempat."

"Seperti yang diduga kau pasti tahu. Jadi besok kalian bisa pergi bersama kesana."

"Tidak usah kak,aku tidak nyaman merepotkan Neo,"ujar Yura menolak. Padahal yang sebenarnya dia menghindari pria ini. Ini cukup canggung jika mengingat perkenalan mereka melalui aplikasi itu.

"Aku tidak masalah. Jadwalku besok selesai disini. Karena lusa aku akan kembali ke Indonesia."

"Oh begitu." Hanya itu yang bisa Yura katakan. Yura tidak tahu mengapa dia segugup ini. Entah karena ini pertemuan mereka yang pertama mungkin. Ya pasti begitu.

Yura mengabaikan perasaannya yang tidak karuan dan berusaha menikmati festival bunga sakura disekelilingnya. Meski ekor mata Neo seperti mengamatinya Yura mengabaikannya. Dia fokus menikmati makanan didepannya sembari melihat bunga Sakura. Meski tidak bisa dipungkiri bibirnya terangkat sedikit menahan senyuman. Gila itu adalah apa yang Yura pikirkan.

****

Malam Hanami barakhir. Malam dimana Yura tidak menyangka bertemu pria yang sudah lama dia tidak tanyai kabarnya itu. Haruskah dirinya menghubungi Neo saat ini. Menanyai kabar pria itu. Tapi dia sudah sangat lama tidak membuka aplikasi chatting itu. Apa dia mengupload foto sakura saja. Itulah yang ada dipikiran Yura saat ini.

Yura membuka aplikasi itu. Dia mengingat bagaimana dia bisa berakhir chatting dengan pria itu. Yura memposting sakura yang dia ambil fotonya tadi siang.

"Sakura dimusim Semi." Caption yang tertulis dan hastag Jepang disana. Sebuah komentar muncul.

"Indah." Tidak lain dan tidak bukan. Tentu saja Neo. Sebuah pesan masuk ke aplikasi chattingnya.

"Bagaimana kabar nona?" Oh hal yang paling Yura sukai. Yura tidak pernah memberitahu namanya selain dia meminta Neo memanggilnya nona dan dia memanggilnya tuan.

"Hallo tuan,aku sungguh baik."

"Sakura yang indah. Aku teringat sakura yang ku temui hari ini. Bunganya sangat indah dan cantik."

"Apakah tuan sedang menikmati musim semi Sakura?"

"Iya aku berada di Jepang sekarang. Apakah nona disini juga?" Pertanyaan terasa sangat sulit Yura jawab. Haruskah dirinya jujur. Tapi dia terasa belum siap. Bagaimana jika dia jujur dan ingin semakin membuatnya gugup.

"Ya aku sedang menikmati musim semi di Jepang."

"Itu bagus jika kita bisa bertemu ku pikir." Yura semakin tidak karuan. Salah besar harusnya dia tidak mengatakan itu. Tapi tunggu dulu,sejak kapan pria ini menjadi begitu aktif.

"Ku pikir itu akan sulit tuan. Kecuali takdir yang mempertemukan mungkin."

"Benarkah? Jika begitu aku menunggu takdir itu. Karena kurasa itu sudah datang." Yura tercengang. Apa-apaan pria ini. Dia tidak mungkin berpikir dan tahu kalau Yura yang dia temui adalah nona chatting inikan.

Yura mematikan aplikasinya itu dan mencoba untuk tidur. Malamnya bertemu di aplikasi besoknya di dunia nyata. Tapi dunia nyata dimana dia tidak tahu itu adalah Yura. Ini benar-benar lucu.

Seperti yang sudah disepakati. Kakaknya benar-benar mengantar Yura untuk pergi bersama Neo hari ini. Neo sudah datang menjemputnya. Apakah hanya perasaan Yura saja jika pria ini terlihat lebih rapi dan senang meski itu tidak kentara sekali.

"Saya akan menjaga nona Yura,kau jangan khawatir."

"Aku percaya padamu sampai jumpa nanti malam." Yura memilih diam dan tidak bersuara. Mereka masuk ke mobil dan mulai melewati jalanan yang padat. Belum ada percakapan diantara mereka. Yura bingung dari mana memulai.

"Neo asli Indonesia ya?" Hanya itu pertanyaan yang terlintas saat ini diotaknya. Yura tidak bisa menikmati suasana jika sangat hening.

"Iya,sudah lama ingin buka toko kue?"

"Sudah,hanya saja belum banyak modal."

"Yura suka buat kue?"

"Iya,hanya suka buat tapi ngak doyan makan hehe." Yura tertawa kecil setelah cukup kaku untuk beberapa waktu.

"Kenapa ngak suka makan?"

"Ngak terlalu suka manis. Cuma suka liat bentuknya cantik-cantik."

"Saya suka manis,mungkin saya bisa berkunjung ke toko Yura kalau sudah buka." Yura samakin kikuk. Pria ini dari tadi kenapa rasanya seperti sangat berusaha.

"Iya silahkan nanti saya kasi tahu kak Yogi untuk undang Neo."

"Kenapa tidak Yura sendiri yang mengundang?" Yura menelan kerokongannya. Bingung harus menjawab apa.

"Saya tidak tahu nomor Neo." Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Matilah dirimu Yura. Batin Yura berteriak.

"Saya akan memberikannya nanti. Sekarang mari turun, kita sudah sampai." Tidak terasa perjalanan mereka sudah sampai. Yura turun dari mobil dan benar saja mereka memasuki wisata kuliner.

"Wuah ramai sekali. Apa disini banyak dijual kue-kue?"

"Iya Yura bisa menemukan banyak sekali disini. Ayo berkeliling."

Neo dan Yura menikmati wisata kuliner. Benar-benar surga makanan. Tidak hanya aneka kue tapi juga berbagai makanan lainpun bisa ditemui. Neo benar-benar menjelaskan detailnya kepada Yura tanpa terlewat.

"Neo banyak sekali pengetahuannya sampai bahan-bahan kue pun tahu."

"Itu hanya sedikit pengetahuan. Dari sini ada poho Sakura apa Yura mau beristirahat dibawah pohon sakura sembari menikmati cake?"

"Boleh,sepertinya cukup mengasikkan."

Mereka pun duduk dibawah pohon sakura dimana ada sebuah menja dan kursi yang tersedia disana. Yura menyadarkan tubuhnya.

"Lelah ya?"

"Iya cukup lelah. Neo sepertinya sudah sering sekali ke Jepang ya?"

"Ya sering untuk urusan pekerjaan. Yura sendiri bagaimana?"

"Ini pertama kalinya dimusim semi kesini. Biasanya disaat musim dingin."

"Saya ingin menikmati musim dingin. Sayangnya tubuh saya sensitif dengan musim itu."

"Oh ya kenapa?"

"Alergi dingin," ujar Neo tersenyum dia memberi cake kepada Yura.

"Sebenarnya saya juga alergi hanya saja saya suka salju. Setiap kemari saya memakai pakaian berlapis agar tetap hangat." Neo tersenyum kecil.

"Yura mau berjanji satu hal?"

"Apa?"

"Dimusim Semi selanjutnya kita akan bertemu lagi dibawah pohon sakura. Saya mau Yura membawa kue berbentuk bunga sakura untuk saya." Yura tidak percaya permintaan Neo.

"Bertemu lagi?"

"Iya,jika kali ini pertemuan kita karena takdir saya ingin selanjutnya itu karena rencana kita."

"Neo..." Yura bingung bagaimana mengatakan kalimat selanjutnya.

"Nona Yura,sakuranya sangat indah,"Ujar Neo tersenyum. Yura menutup mulutnya dan kemudian mencibir.

"Ciih..curang. kenapa tidak mengatakan dari awal jika sudah tahu."

"Hanya ingin Yura jujur tapi sepertinya sulit ya. Apa malu?" Goda Neo kepada dirinya.

"Hmm malu iya,tapi sebenarnya gugup. Tidak percaya jika kita benar-benar bertemu."

"Saya juga tidak menyangka Yura adalah si nona. Pertama melihat saya mencoba meyakinkan diri dan kemudian bunga sakura memberi jawabannya."

"Dasar..Neo tahu arti Sakura?"

"Tahu,itu adalah janji harus ditepati. Makanya saya berjanji dibawah pohon ini biar Yura menepati janjinya." Yura tertawa tidak percaya.

"Bagaimana jika saya tidak menepatinya?"

"Berarti Yura mengkhianati janji bunga sakura." Yura tersenyum sepertinya feeling yang dia rasakan beberapa waktu lalu adalah hal ini. Pertemuan tak terduga dengan pria ini.

"Baiklah kita akan bertemu lagi disini dimusim semi tahun depan."

Neo tersenyum senang. Wanita yang sudah membuatnya memikirkannya beberapa waktu lalu. Akhirnya dia menemukannya. Siapa sangka takdir tidak sengaja ini membuat pertemuan yang indah. Seindah sakura dimusim semi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top