#4
"Sofia, ada apa, mengapa wajahmu terlihat sedih?" Lexi mengulang pertanyaannya, Sofia hanya menggeleng dan berdiri membenahi pakaiannya.
"Nggak papa, aku mau kembali ke tempatku," ujarnya pelan dan saat akan berlalu, Lexi memegang tangan Sofia, Sofia menoleh memandang Lexi yang menatapnya dengan tatapan yang tak dapat ia artikan, sesaat keduanya saling menatap, Lexi sedikit merasa bersalah saat melihat mata Sofia yang berkaca-kaca. Lexi berdiri, menatap Sofia dari jarak dekat.
"Aku menyakitimu?" tanya Lexi. Sofia menggeleng, berusaha tersenyum.
"Aku yang menyakiti diriku sendiri," ujar Sofia hampir terdengar berbisik.
"Maafkan aku," Lexi merasakan Sofia menarik perlahan tangannya dari genggaman Lexi dan berlalu dari hadapannya.
Saat Sofia berada di tempatnya lagi, ia berusaha meredakan perasaannya, ia merasakan dadanya berdebar saat Lexi menggenggam tangannya tadi. Perlahan ia menggeleng, harus ia sadari bahwa Lexi tidak tertarik padanya, Lexi hanya menganggapnya teman, tidak lebih. Perlahan Sofia menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir. Dan alangkah terkejutnya Sofia saat mendongak melihat Lexi yang tiba-tiba ada di depannya.
"Kamu menangis, aku aku menyakitimu Sofia?" mata Lexi terlihat menyesal, seumur-umur ia tidak pernah membuat wanita menangis, Lexi jadi merasa bersalah.
"Tidak, tidak Lex, aku tidak tahu ada apa dengan diriku, pergilah, kembalilah ke ruanganmu," Sofia mengusirnya secara halus.
"Nanti pulang denganku, ini belum selesai Sofia," Lexi berlalu dari hadapan Sofia.
Lexi merasa bersalah, namun ia lega Sofia tahu apa yang ia rasakan, ia memang akan selalu mengingat Bianca dan tetap akan melanjutkan rencananya, ia akan memastikan keberadaan Bianca, dengan siapa ia hidup, bagaimana kehidupannya dan apa yang ia kerjakan saat ini, terakhir lima tahun lalu sebelum ia kabur, ia masih berkuliah semester dua, tapi rasanya ia tidak melanjutkan kuliahnya dan memilih menghidupi dirinya sendiri.
***
Saat menjelang malam Lexi melewati tempat Sofia dan ia tidak menemukan Sofia di sana. Secepatnya Lexi mengejar Sofia, ia yakin Sofia akan menghindar darinya. Saat akan ke tempat parkir ia melihat Sofia yang melangkah terburu-buru, ia kejar dan meraih pergelangan tangan Sofia.
"Aku kan sudah bilang, pulang denganku," Lexi menarik Sofia menuju mobilnya, membuka pintu dan mendudukkan Sofia. Melajukan mobilnya dan menuju suatu tempat.
Memasuki area apartemen elit yang membuat Sofia merasa tak nyaman.
"Ini mau ke mana?" tanyanya pada Lexi.
"Apartemenku," jawaban singkat Lexi membuat kening Sofia berkerut.
"Mau apa?" tanya Sofia lagi.
"Mau bicara sama kamu," Lexi keluar dari tempatnya, membukakan pintu untuk Sofia dan menariknya menuju lantai tiga.
***
Lexi membuka pintu apartemen dengan idcard yang ia bawa, pintu terbuka otomatis dan Lexi menarik tangan Sofia untuk masuk.
Sofia melihat apartemen yang nyaman dan luas, nuansa hitam, putih dan abu-abu mengelilingi setiap sudut apartemen Lexi.
"Duduklah, kau mau minum apa?" tanya Lexi melangkah ke minibar di sudut ruangan itu. Membuka jasnya dan meletakkannya di kursi minibar.
"Nggak mau minum apa-apa," jawab Sofia.
"Ayolah softdrink ya Sof?" tanya Lexi.
"Terserah," jawab Sofia lalu duduk di sofa dan terlihat mengirim pesan singkat entah pada siapa.
Lexi meletakkan sotfdrink di depan Sofia, dan memandang Sofia dari jarak dekat. Ia tidak memungkiri bahwa Sofia cantik, sangat cantik. Tapi entah mengapa pikirannya lebih tertuju pada Bianca.
"Maafkan yang tadi Sofia, aku hanya ingin jujur saja waktu kamu tanya tentabg Bianca," ujar Lexi dan kembali ia melihat mendung di mata Sofia.
"Sudahlah jangan membahas itu lagi," ujar Sofia pelan.
"Mengapa kamu terlihat sedih, mengapa kamu menangis, itu yang ingin aku tahu?" tanya Lexi mendekatkan duduknya di sisi Sofia. Sofia memundurkan badannya, ia merasa bingung. Ia hanya bisa menatap Lexi dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf jika aku terlihat bodoh, apakah kau.. Kau menyukaiku Sofia?" tanya Lexi pelan, pertanyaan yang membuat Sofia kaget.
"Kau..kau mengapa menanyakan itu, aku...tidak tidak Lex, percuma saja kau tidak menyukaiku," jawab Sofia bingung.
"Aku bertanya padamu, maaf jika aku lancang, kau menyukaiku kan Sofia?" tanya Lexi lagi. Sofia menunduk dan terlihat bahunya yang naik turun perlahan.
"Tidak akan ada gunanya juga untukmu, meski aku jawab, toh kau akan mengejar perempuan itu," jawab Sofia dengan suara tak jelas karena tangisan yang ia tahan. Ada rasa bersalah dan perih dalam hati Lexi. Ia peluk Sofia. Meski awalnya menolak, akhirnya Sofia membalas pelukan Lexi.
"Akuu aku tidak tau Sofia, apakah aku cinta, suka atau terobsesi pada wanita itu, aku hanya melihatnya dua kali saat baru lulus sma, dan ia menarikku begitu kuat, setelah itu aku melihatnya di sebuah club dan yang terakhir tadi, kami tidak pernah berbicara banyak, hanya saling tatap saja, tapi ia selalu membuatku tidak bisa menoleh pada perempuan lain, jika kamu mau dan bisa, buatlah aku tertarik, suka dan mencintaimu Sofia, aku aku bingung dengan diriku sendiri," Lexi semakin mengeratkan pelukannya, ia usap perlahan rambut Sofia. Lexi belum merasakan apapun, ia hanya iba dan merasa bersalah saat air mata Sofia membasahi kemejanya.
Perlahan Lexi mencium ujung kepala Sofia, ada debar yang tak jelas dalam dada Sofia, meski ia sadar jika Lexi tidak mempunyai perasaan apapun padanya.
Ponsel Lexi berbunyi, perlahan ia lepas pelukan Sofia, menghapus air matanya dan mengambil ponsel di sakunya. Ah mama, pikirnya.
Halo ma
Kok belum pulang sayaang, ini papamu sudah sampai rumah
Iya bentar lagi mama
Kamu ada di mana?
Emmm di apartemen mama
Sendiri? Ngapain sayang?
Nggg nggak ma, sama Sofia
Oooh iya iya sudah dulu ya sayang
Iya ma, aku akan segera pulang
Lexi menutup ponselnya dan memasukkan dalam saku celanya.
"Aduh aku nggak enak sama mamamu Lex, tahu kita berdua di sini," terdengar nada kawatir Sofia. Lexi tersenyum dan membuat dada Sofia berdebar lagi.
"Nggak enak kenapa, kita hanya berbincang-bincang di sini," jawab Lexi.
"Pulang yuk Lex," ajak Sofia memohon.
"Ok, nggak kamu minum dulu softdrinknya?" tanya Lexi.
" Aku pengen minum air putih saja, ini ada di meja, aku minum ya Lex?" Sofia membuka segel dan meminumnya langsung tanpa menggunakan gelas dan .....
"Aduh," Sofia membersihkan air minum yang tumpah ke dadanya. Lexi tertawa perlahan.
"Berlagak bar bar, padahal di meja ada gelas," ujar Lexi mengambil lap bersih dan membersihkan lantai bekas tumpahan air minum Sofia.
Saat akan pulang dan sama-sama berdiri, Lexi melihat bagian dada baju Sofia yang basah, ia menahan napas saat baju basah itu menempel di dada Sofia sehingga tampak transparan dan bra Sofia tercetak jelas. Lexi cepat memakaikan jasnya pada badan Sofia, Sofia terlihat bingung.
"Kenapa Lex?" tanya Sofia.
"Pakailah, dadamu basah, aku tidak mau kamu jadi tontonan saat kita akan ke tempat parkir," Lexi mengambil kunci mobilnya di meja dan meraih tangan Sofia untuk segera meninggalkan apartemen.
Sofia membuka jas Lexi pelan dan melihat dadanya yang basah, ia kaget dan merasa malu.
"Maaf ya Lex, dan terima kasih jasnya," ucap Sofia. Lexi mengangguk membuka pintu dan berjalan beriringan menuju tempat parkir mobil Lexi.
Selama perjalanan mereka diam saja, tiba-tiba perut Lexi berbunyi.
"Kamu lapar Lex?" tanya Sofia.
"Yah, tadi pas makan siang aku belum menyelesaikan makanku, sekarang terasa banget laparnya, makan yuk Sofi," ajak Lexi.
"Nggak, aku rasanya jadi takut ada kejadian kayak tadi siang," ucap Sofia pelan.
"Trus gimana dong, aku lapar banget," kata Lexi sambil sekilas memandang Sofia.
"Bentar lagi juga nyampe apartemenku, aku punya makanan, aku akan masak sebentar," ujar Sofia.
***
Lexi baru pertama kali memasuki apartemen perempuan, warna pastel memenuhi setiap sudut apartemen Sofia. Lexi merebahkan badannya di sofa, melipat tangannya di belakang kepalanya dan memejamkan matanya.
***
Setelah mandi dan ganti baju, Sofia melangkahkan kakinya ke dapur dan memasak fettucini. Ia biarkan Lexi yang tidur dengan nyenyak. Setelah semua siap, Sofia sajikan masakannya di meja dan melangkah ke sofa untuk membangunkan Lexi.
"Lexiiii, Lexiii bangun, makan yuk," Sofia menepuk pipi Lexi, Lexi membuka matanya dan duduk perlahan, membuka kemejanya dan membiarkan badan kekarnya hanya menggunakan kaos tipis yang melekat di badannya.
"Pengen mandi rasanya aku Sofi, tapi nggak ah, aku makan saja, laper banget," Lexi menatap Sofia yang menunggunya dan duduk di dekatnya.
"Masih harum kok, nggak usah mandi nggak papa, makan dulu mumpung fettucininya masih anget," ajak Sofia menunjuk makanan yang sudah siap di meja makan. Mereka melangkah ke ruang makan dan duduk berdampingan.
"Hmmm enak Sofi, kejunya kerasa, ini udangnga kayaknya kegedean deh," Lexi menganggukkan kepalanya dan menikmati makan malamnya.
"Enak malah kalo udangnga gede, cuman seledrinya kurang banyak ya Lex?" ujar Sofia menyendokkan udang besar kemulutnya.
"Belepotan nih kamu," jari Lexi membersihkan sisa-sisa keju di bibir Sofia, seketika ada debaran halus di dada Sofia dan wajahnya jadi memerah. Lexi menyadari perubahan wajah Sofia dan menurunkan jarinya dari bibir Sofia.
"Masakan kamu enak, boleh lain kali aku makan di sini lagi?" tanya Lexi mengalihkan kekakuan diantara mereka. Lexi menghabiskan fettucininya
"Iyah, boleh, ini Lex kalo kamu mau, aku bikin matcha silky puding," Sofia menyodorkan puding ke hadapan Lexi.
"Hmmm enak banget, bisa gendut kalo aku sering ke sini," Lexi menghabiskan makanan penutupnya dan menoleh pada Sofia yang sejak tadi menatapnya tanpa berkedip. Seketika Sofia kaget dan pura-pura menikmati pudingnya. Lexi menggenggam jari Sofia yang berada di dekatnya. Sofia menatap Lexi dengan wajah mulai memerah.
"Aku tidak tahu, apakah aku bisa menyukaimu sebagai wanita dewasa, karena sejak awal pertemanan kita, aku sudah merasa nyaman di dekatmu sebagai teman, buat aku menyukaimu dan mencintaimu Sofia," suara Lexi terdengar memohon.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top