✉ 3 ✉

Hari ketiga, lagi, dan lagi Felix menemukan surat beramplop merah muda. Dia kesal. Dipikirannya ini mungkin ulah orang asing yang tak punya kerjaan. Kebetulan sekali dia melihat Seungmin yang tidak jauh dari pandangannya, dia memanggil cowok itu.

“Seungmin!” teriak Felix menatap punggung cowok yang dia panggil.

Seungmin membalikkan badannya dan mendatangi Felix.

“Ada apa, Lix?” tanyanya dengan kening berkerut berhadapan dengan Felix.

“Lu biasanya datang sekolah pagi banget kan?”

“Iya, memangnya kenapa?”

“Lu liat nggak orang yang berdiri di loker gue?” tanya Felix menatap dengan ekspresi serius.

“Nggak ada tuh, kecuali_” Seungmin menggantung ucapannya yang membuat Felix penasaran.

“Kecuali apa?” tanya Felix berharap mendapat jawaban atas rasa penasarannya.

“Kecuali Sunwoo. Loker dia kan ada di bawah loker lu.”

Felix menghela napas panjang. Dia kecewa dengan ucapan Seungmin, kemudian menutup lokernya dan tidak lupa untuk menguncinya. Dia pergi meninggalkan Seungmin yang masih berdiri di depan locker.

Seungmin menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal lalu melangkahkan kaki ke arah berlawanan dengan Felix.

***

Rabu ini jam pelajaran ke dua setelah Matematika adalah Geografi. Murid-murid tampak tidak senang saat Pak Nikhun memasuki kelas mereka—XI IPS 3. Karena hari ini ujian harian, dan petaka lah bagi murid yang tidak belajar. Pak Nikhun suka memberikan soal essay yang sulit, jarang ada yang mendapat nilai bagus, kecuali meraka yang pintar.

Begitu juga yang dirasakan Felix dan Jisung. Mereka bukanlah murid yang pintar dalam pelajaran Geografi. Jisung sedikit memahami, tetapi tetap saja ia kesulitan mengerjakannya. Apalagi Felix, jangan ditanya lagi, hampir seluruh mata pelajaran tidak dia sukai kecuali Penjaskes.

Pak Nikhun meminta Sei dan Seungmin untuk membagikan lembaran soal dan juga lembaran jawaban. Keduanya mengambil tumpukan kertas tersebut, kemudian membagikannya pada teman-temannya dengan berjalan ke meja mereka satu-satu. Seungmin sebelah kiri, sedangkan Sei sebelah kenan.

Waktu mengerjakan soal yang diberikan Pak Nikhun hanya 60 menit. Setelah guru tampan itu mengatakan, “Mulai,” barulah mereka mulai membaca soal dan menulis jawaban.

Soal tidaklah banyak, hanya lima soal, tetapi satu soal banyak sub-nya. Jadi jika ditotalkan ada 17 soal.

Felix panik. Dari 17 hanya 2 yang bisa dia jawab, itu pun belum tentu jawabannya benar. Dia melihat arlojinya. Waktu masih setengah jam lagi.

Felix melihat keadaan sekitar. Teman-temannya tampak tenang mengerjakan soal tersebut. Dia menatap Pak Nikhun yang sedang membaca buku di mejanya. Dengan pergerakan sangat hati-hati, dia mencolek pinggang Jisung dengan ujuk tutup penanya. Jisung yang merasakan sesuatu di tubuhnya menoleh.

Jisung menatap Felix dengan wajah prihatin. Dia bercakap dengan mulut komat-kamit, tetapi tidak mengeluarkan suara.

“Ada apa?” tanya Jisung tanpa suara.

Felix mengambil kertas soal lalu dipegangnya di samping wajahnya untuk menunjukkan pada Jisung.

“Bantuin gue,” ucap Felix yang juga tanpa suara. Dia menaruh kertas itu kembali di mejanya lalu kedua tangannya bertautan, memohon untuk dibantu.

Jisung merasa kasihan pada sahabatnya itu. Dia mengangguk sebagai jawaban setuju.

Jisung sudah selesai mengerjakan 12 soal dan tersisa 5 lagi. Tanpa ragu ia memberikan lembaran jawabannya pada Felix.

Senyum Felix mengembang. Dia sangat senang. Felix mengambil kertas yang dijulurkan Jisung kepadanya. Namun, senyumnya tadi sirna karena kertas itu direbut oleh seseorang. Felix dan Jisung menatap orang itu dan keduanya menbelalak melihat Pak Nikhun di hadapan mereka.

“Oh jadi begini kelakuan kalian?!” ucap Pak Nikhun meninggikan suaranya sehingga murid-murid melihatnya.

Kenapa meski ketahuan sih?!
Felix meruntuk dalam hati.

“Ma-ma-a-afin kam-mi, Pak,” ucap Jisung yang tiba-tiba gagap karena ketakuatan.

“Bapak tidak bisa maafin kalian,” ucap Pak Nikhun, kemudian dia mengambil lembar jawaban Felix dan merobek keduanya sehingga terbagi menjadi 4 potongan.

Murid-murid menyaksikan itu dan dari mereka ada yang tertawa kecil serta ada juga yang merasa prihatin.

Felix dan Jisung hanya bisa menyaksikan kertas itu disobek. Mereka menyesal dengan kejadian saat ini.

“Nilai ujian kalian berdua nol.”

Pak Nikhun membalikkan tubuhnya dan kembali ke mejanya.

Felix merasa bersalah pada Jisung. Bahkan dia hanya bisa menatap wajah kesedihan sahabatnya dan tak bisa berucap sepatah kata apapun.

“Waktu tinggal sepuluh menit lagi!” ucap Pak Nikhun setelah melihat jam bulat yang terletak di dinding belakang kelas.

***

Jisung dan Felix tampak makan di kantin berdua. Mereka saling menatap, tetapi tidak ada dari mereka yang membuka pembicaraan.

Jisung masih kesal dengan Felix sehingga dia malas berbicara. Dia memasukkan mie ke mulutnya sambil menatap sahabatnya itu tajam.

Felix merasakan kemarahan Jisung. Hal itu membuat selera makannya hilang. Sedari tadi, dia hanya mengaduk-aduk mie ayam dengan sumpit merah ditangannya.

Jisung sudah menghabiskan semangkuk mie ayamnya dan juga es jeruk. Saat ia bangkit dari kursinya, Felix membuka suara sehingga pergerakannya terhenti dan tetap berdiri di depan meja panjang itu.

“Sung, lu jangan gini dong!” ucap Felix mendongak yang lalu merendahkan suaranya, “maafin gue, Sung.”

“Apa lu bilang? Maaf? Nggak semudah itu, Lix.” Wajah Jisung memerah karena menahan emosi.

“Gue tau maaf nggak mengembalikan keadaan. Tapi gue beneran minta maaf karena ngebuat lu nggak dapet nilai. Please, maafin gue,” ucap Felix yang kini matanya sudah berkaca-kaca.

Seseorang yang tak jauh dari mereka merasa terganggu.

“Kalo mau drama jangan di sini dong! Gangguin orang makan aja.”

Keduanya menatap orang itu.

“Eh, Shua lu mendingan diem!” ucap Felix menatap tajam Shuhua yang membungungi mereka karena cewek itu duduk di belakang kursi yang tadi Jisung duduki.

Shuhua memutar posisi duduknya, menatap tajam Felix penuh kemarahan. “Apa lu bilang? Diam? Lu tu yang harusnya diem, berisik tau!”

“Lu juga berisik, Nek Lampir!”

Selagi Felix dan Shuhua adu bicara, Jisung melangkahkan kaki meninggalkan kantin.

Sudah lelah adu mulut, Felix menoleh dan tidak ditemuinya Jisung di hadapannya. Felix juga pergi meninggalkan Shuhua yang membuat emosinya naik.

Jangan lupa votmennya
Tengkyu dah mampir
😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top