Tidak Sampai
Dulu, setiap kelamnya malam, dengan dingin yang memeluk badan, kau hadir menyapa bersama gelak tawa. Kala itu kau berusaha palingkan fokusku dari resah, menambatkan rasa optimis pada lubuk terdalam, dan menyetir pikiran pada rasa syukur.
Suatu ketika kita berjumpa, tidak pada untai kata, namun menapak di tanah, menaiki motor bersama, menerjang hamparan kabut yang mendermaga, dan sampai pada ketinggian tertentu yang membuat tabir dingin di kala terik menerjang. Kau hadir dengan gelak tawa dan pikiranku selalu meneriakkan bahwa, kita kan berteman selamanya.
Namun itu naas.
Ketika jarak memisah, rindu menebas. Kau begitu sibuk sampai-sampai tak ada waktu tuk menyapa atau memperpanjang chat. Pesanku nampak sepi, dengan pikiran kalut yang merutuk, kupikirkan bagaimana keadaanmu. Melihat instastorymu penuh dengan kawan, kupikir kau telah lupa pada teman lama. Sebab, aku hadir tak lebih sering daripada kawan atau mungkin bisa dieja sahabat. Keinginan untuk berkeliling lagi kandas. Harapan layu pada rindu yang kian membumbung. Pertemanan kita meranggas tinggal sepihak.
Mungkin kau abai, lupa, atau kau tenggelam dalam euforia kerja.
Kupikir mengechatmu hanya akan mengganggu, jadi kuputuskan untuk senyap melihat story Whatsapp dan Instagram yang berisi potret tiap momen bersama sahabatmu.
Seolah kau bahagia. Senyummu benar-benar menular, canda tawamu renyah, dan aku tak bisa membalasnya.
Hanya saja aku terdiam saat melihat postinganmu tempo hari. Pada laman yang mungkin saja orang lain atau bahkan sahabatmu kini tidak tahu, kau menuliskan apa yang menjadi kecemasanku.
Resah, insecure, lelah, rindu kampung halaman tercampur aduk. Aku ingin merujar, tetapi tak paham dengan rangkaian rumit basa-basi, sebab lama sekali kita tak bersua.
Kini kau lelah, memendam seribu duka lara, dengan gelak tawa dan senyuman yang selalu terpatri.
Di sini, dengan ketidakberdayaanku, aku hanya bisa menerawang, berharap kegundahanmu sgera usai, dan kamu lekas bertemu pada apa itu bahagia. Mungkin aku bukan bagian dari kebahagiaanmu, tetapi kuharapkan kegembiraan segera mengunjungimu. Hingga senyummu memang senyum, tawamu sejatinya tawa, dan kamu bebas pergi ke mana saja.
Semoga kamu lekas bahagia kawan, jika kau mengetuk room chat-ku segera kubalas pesan darimu, jika lama mungkin aku sedang berpikir untaian kata apa yang akan kujawab :D jangan sungkan, aku bahagia kamu bahagia, dan semakin bahagia jikalau kau kembali pada pertemanan lama :D
Sekian, dari teman lama.
Hanifadl
***
Tulisan ini ditulis sejak 16 November 2020 lalu. Berencana ingin dikirim ke teman lamaku (perempuan), namun hingga kini tidak ada secuil keberanian untuk mengirim pesan panjang ini wkwkwk, dan sepertinya memang tidak akan pernah sampai padanya, kecuali kalau ia mampir ke sini :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top