Teruntuk Kamu

Teruntuk kamu.

Hai, apa kabar?

Lihat tanda tanya itu, basi sekali bukan? Haha.

Bila dibayangkan entah akan se-salahtingkah apa aku, ketika melontarkan kata-kata itu tepat di depan wajahmu. Yang aku yakini wajahmu akan semerah bunga mawar, bahkan ketika kau hanya sebatas membaca surat tidak jelasku ini. Membayangkannya saja sangat indah, hehe.

Maaf sekali, aku lancang memikirkan dirimu dan terlalu malu untuk mengajakmu berbincang virtual atau sekedar saling bersapa balon chat panjang lebar mengenai aku dan kamu. Sungguh aku bingung, untuk menuliskan namamu saja aku terlampau ragu yang terbalut malu. Jadilah aku menulis surat ini tanpa namamu, iya kamu. Yang aku harap suatu hari nanti surat ini tertangkap oleh tuan yang tepat, aku akan lebih malu lagi bila surat ini sampai di tangan yang salah.

Sangat pemalu sekali aku ini, tapi untuk memikirkan dirimu bahkan setiap waktu tiba-tiba seolah rasa malu dalam diriku enyah entah kemana.

Kamu, iya kamu yang selalu kurindu dari belasan purnama yang lalu, kamu yang entah sekarang hatimu berlabuh dimana, kamu yang dahulu selalu menanyai kabarku dan kini berbalik situasi. Ketika aku ingin bercakap hangat denganmu, kamu hanya membalas singkat balon chatku dan seketika merubah rasa maluku menjadi rasa ragu. Kamu yang selalu menjadi mayoritas objek dalam setiap tulisan-tulisanku, salah satunya surat ini.

Aku hanya ingin menuliskan, bahwa aku masih disini dengan perasaan yang tetap sama dan entah sampai kapan akan menantikanmu. Aku yang kebingungan harus mengirimi surat ini atau tidak, karena respon terakhirmu terhadap video ulang tahun mu beberapa pekan lalu yang kubuat dengan susah payah hanya sekedar ucapan terimakasih saja. Saja.

Sekali lagi, bila tiada garis takdir untuk mempertemukan kita kembali. Setidaknya surat ini menjadi saksi bisu, bahwa sampai aku menulis ini, perasaanku tak berbeda dari kala itu, yang menginginkan dirimu.

Mungkin suatu hari nanti, kau akan membaca tulisan-tulisanku serta surat ini, yang lagi-lagi mengenai dirimu.

Entahlah surat apa yang kubuat ini, isinya hanya ocehan-ocehan yang sudah lama aku pendam terhadapmu, tidak semanis surat cinta yang orang lain miliki, lebih mirisnya Si Penulis bingung harus mengirimkannya kapan? 

To : You are My Cup of Tea

From : d_indap

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top