Letter by SebutSajaMelati
Di hari yang istimewa bagi seluruh bapak di Indonesia ini—hari yang mungkin Bapak nggak pernah tahu keberadaannya—aku akan menyampaikan banyak hal yang mungkin nggak akan pernah bisa kusampaikan secara langsung ke Bapak.
Selagi menulis ini, aku mendengar Bapak sedang mengomentari berita di televisi dengan Mamak—hal yang belakangan ini jarang kudengar karena aku sudah jarang di rumah. Semakin dewasa, aku semakin mengerti bahwa legam di kulitmu adalah kerja keras yang kau keluhkan dalam diam. Tubuh kurusmu makin ringkih dimakan usia, sementara aku masih terus-terusan bergantung dari hasil keringatmu.
Aku terlalu keras kepala untuk menunjukkan betapa aku berterima kasih kepada Bapak, atas kerja kerasmu siang malam yang entah bagaimana caranya selalu mampu mencukupi kebutuhanku, selalu mengiyakan inginku, seakan tak pernah berbatas.
Anak gadismu ini masih terus membebani langkahmu yang kian berat, Pak. Anak gadismu ini belum mampu menjadi jaminanmu untuk ke Syurga-Nya. Anak gadismu ini masih jadi pemberatmu, mencondongkan berat pertanggungjawabanmu ke tempat yang buruk. Bagaimana aku bisa menebusnya, Pak? Anakmu ini hanyalah pendosa yang tak henti mengeluhkan dunia yang tidak adil. Anakmu ini bahkan tak pernah memikirkan bagaimana bapaknya kelak menanggung semua dosa yang diperbuat oleh anak gadisnya.
Bapak, maaf aku masih terlalu egois dan banyak menuntut. Maafkan anakmu yang masih sering belum ikhlas menghapus keringat di dahimu, maafkan anakmu yang kerapkali membantah hanya karena tak diberi sangu.
Andai aku bisa minta pada Tuhan untuk mengalihkan semua dosa yang bapak tanggung atasku, Pak. Aku ingin memikulnya sendirian, agar bapak bisa dengan mudahnya mendapat pengampunan. Andai ada satu permintaan yang pasti Tuhan kabulkan, aku ingin Bapak selalu mendapatkan kebahagiaan Bapak, aku ingin bapak selalu mendapatkan ganjaran atas jerih yang bapak tanggung selama hidup bapak untuk menanggung kehidupan kami.
Aku tak pernah memeluk Bapak sejak dewasa, aku tak pernah bilang sayang ke bapak, karena aku tidak terlahir menjadi anak perempuan yang manja. Namun, bapak harus tahu bahwa diamku adalah sayangku untuk Bapak. Bahwa kelak, aku pasti akan menemukan cara untuk membuat Bapak berbahagia selamanya. Untuk Bapak, yang selalu terjaga tatkala aku atau adik-adikku sakit, kelak bapak akan mendapatkan kebahagiaan tak terkira. Suksesku kelak, hanya untuk Bapak dan Mamak saja.
Selamat hari Ayah, Pak!
a love letter by Melati
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top