Juri Tiga

Juri tiga di sini. Panggil saja Taylor Swift kalau enggan menyebut anonim.

Apa yang saya pikirkan sedikit berbeda dengan juri sebelumnya. Saat tahu akan diadakan event surat untuk menunjukkan kasih sayang, saya sudah mendapat gambaran pasti banyak surat mengharu-biru. Mengingat saat pertama kali mendengar event ini, saya langsung terpikirkan menuliskannya untuk seseorang yang mengecewakan saya dan saya kecewakan pula.

Kalian tahu? Setelah membaca surat-surat kalian--dan terima kasih karena sudah menguras habis air mata saya--saya merasa ada sebuah benang kepercayaan yang perlahan terjalin di antara kita. Kalian mau berbagi sisi tergelap kalian, menunjukkan sisi yang disimpan rapat sebelumnya. Itu artinya kalian percaya untuk saling berbagi, bukan?

Jadi, apakah kita benar-benar keluarga sekarang? Saling berbagi kisah yang sebelumnya seperti enggan dibeberkan. Atau mungkin hanya saya yang merasakan?

Terakhir, ada banyak yang bisa saya petik setelah membaca surat-surat kalian. Ternyata, bukan hanya saya yang memiliki masa sulit. Ternyata, bukan hanya saya yang menyembunyikan tangis di balik tawa geli. Ternyata, saya masih jauh lebih beruntung dibanding kalian yang lain. Dan dari sana, saya belajar untuk lebih banyak bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang.

Terima kasih untuk semuanya. Saya benar-benar senang membaca hasil dari event ini. Walaupun harus diiringi tangis sepanjang membaca. Hitung-hitung membersihkan mata gratis.

Peluk Kasih,

Juri Tiga

PENILAIAN

1. Lynaynan

Nilai: 9/10

Kesan: Ada satu hal yang paling berhasil buat aku kehabisan kata-kata, sesuatu yang berhubungan dengan orang tua. Apalagi kalau sudah digabung dengan kematian. Dan sebagai surat pembuka, kamu berhasil menangkap perasaanku yang awalnya baik-baik saja menjadi ikut berduka. Iya, kamu berhasil bawa aku ikut merasakan bagaimana pedihnya kehilangan sosok ibu. Dan ya, terima kasih untuk air matanya :)

2. Nurfika0705

Nilai: 8/10

Kesan: Setelah membaca surat ini, satu hal yang paling membekas. Walaupun kamu menuliskannya untuk calon imammu kelak, aku mendapat rasa yang berbeda. Seperti, sebuah nasihat seorang ibu kepada anaknya. "Nak, jangan kamu asal memberikan hatimu pada sembarang orang. Simpanlah untuk dipersembahkan pada jodohmu kelak." Nasihat yang memang harus aku pegang supaya nggak terlalu banyak galau karena percintaan.

3. candy_yess

Nilai: 7,5

Kesan: Kamu tahu? Surat kamu seperti angin segar. Di saat yang lain menceritakan tentang harapan, kehilangan, kamu menunjukkan apa yang kamu punya. Dan kamu bangga karena itu. Sebuah persahabatan yang menyenangkan. Cuma, aku bacanya agak kualahan karena satu kalimatnya terlalu panjang. Coba beberapa dipotong dengan tanda titik. Pasti lebih enak saat dibaca.

4. micimasyano

Nilai: 8,5

Kesan: Aku bisa lihat ada sosok menyebalkan tapi penuh perhatian dari surat yang kamu tulis. Siapa sangka, Syahid yang selalu tampil dengan packman andalannya juga punya riwayat kehilangan. Mungkin karena kamu laki-laki jadi kurang bisa menyajikan apa yang kamu rasa. Tapi surat kamu sudah cukup, sangat cukup untuk aku ikut hanyut di belakang kamu.

5. MartinaDW

Nilai: 7,5

Kesan: Apa adanya. Begitulah yang aku tangkap setelah selesai membaca surat ini. Kamu nggak pakai diksi berbunga-bunga, tapi terlihat tulus. Dan ditutup dengan sebuah harapan dari seorang anak kecil untuk keluarganya. Pelengkap yang sederhana tapi manis.

6. bubblesyoon

Nilai: 8,5

Kesan: Sedih, tapi manis. Aku belajar dua hal dari surat kamu. Kepercayaan untuk membangun hubungan dan perjuangan mengikis jarak. Kalau jadi kamu, mungkin aku nggak kuat membangun hubungan yang terbentang jarak. Salut. Aku tunggu sampai undangan disebar, ya.

7. qurrotuaz

Nilai: 9,5

Kesan: Banyak. Benar-benar ada banyak yang bisa aku petik dari surat singkat yang kamu tulis. Kehilangan, terpuruk karena sosok yang hilang, berjuang untuk bangkit dari keterpurukan. Aku bisa merasakan siksaan saat rindu mulai datang. Seperti ditusuk-tusuk jarum, semakin lama semakin menyakitkan. Kamu tahu, seperti mengingatkan untuk hargai apa pun, siapa pun yang kamu miliki sebelum ada yang mengambilnya.

8. Thiya_Rahmah

Nilai: 9

Kesan: Satu lagi surat yang membuatku terbungkam. Walaupun aku nggak pernah merasakan langsung, tapi aku bisa merasa siksaan dan beban yang sudah kamu tanggung selama ini. Ditambah, aku kenal kamu sebagai perempuan tengil yang nggak pernah absen berburu om-om. Selalu rusuh setiap muncul. Dan siapa sangka, kamu pun punya sisi gelap yang selama ini nggak pernah aku lihat. Dan aku benar-benar kehabisan kata setelah membaca suratmu :)

9. letsflyhigher_

Nilai: 9

Kesan: Entah kenapa, daripada sedih, aku justru marah begitu mengakhiri surat ini. Terlebih pada bagian 'hidup tenang' dan 'ingin mati karena beban hidup'. Aku memang tidak pernah merasa depresi sampai-sampai ingin mati. Tapi bukan berarti aku bisa abai saat melihat teman yang tertimpa masalah, sampai berpikir mengakhiri hidup itu sesuatu lucu untukku. Tidak ada yang bisa kukatakan selain tetap kuat, semuanya pasti akan lewat masanya. Ada kami di sini yang pasti mendukung kamu :)

10. blackhole

Nilai: 9

Kesan: Aku bukan pecinta bacaan panjang yang penuh narasi, minim atau bahkan tanpa dialog. Tapi yang satu ini bisa menjadi pengecualian. Aku menikmati, setiap lonjakan emosi yang ditulis. Benar-benar menggelitik. Sedihnya, kecewanya, marahnya, semua sampai dengan pas. Tidak berlebihan tidak pula kekurangan.

11. fitriyanailmi

Nilai: 8,5

Kesan: Sesal dan sedih sepertinya dua hal yang tidak bisa dipisah. Dan iya, untuk ke sekian kalinya, lagi-lagi aku dibuat terbungkam. Apa yang kamu tulis, apa yang kamu sampaikan, apa yang kamu sesalkan semuanya seperti berdengung dan berteriak, "Itu loh yang kamu lakuin ke sosok ibumu selama ini!" Terima kasih karena sudah berbagi kesedihanmu di sini. Terima kasih karena sudah membuka mata siapa pun yang membaca suratmu. Apa yang kamu tulis, akan menjadi pegangan untukku pribadi agar lebih menghargai sosok wanita tangguh yang berstatus ibu di sampingku. Surat penutup yang menyayat :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top