~~~

Kelopak mata itu perlahan terbuka menampilkan manic (h/c) namun perempuan itu hanya berdiam diri tanpa niat untuk bangun. Cuaca dingin di luar membuatmu nyaman untuk tetap berada dalam balutan selimutmu yang hangat.

"(Y/n) ayo bangun dan sarapan" suara dari ibu (Y/n) mengusik ketenangan tidur (Y/n), dengan malas dirinya bangun melaksanakan apa yang baru saja dikatakan oleh ibunya.

Di kamar mandi, (Y/n) hanya membasuh wajah serta menyikat gigi, terlalu malas untuk mandi. Setelah selesai dengan semua itu (Y/n) segera menuju ruang makan dan menemukan seorang pemuda berambut raven duduk di salah satu deretan kursi.

"Iori, apa yang kamu lakukan di rumahku sepagi ini?" tanya (Y/n) sambil ikut duduk di kursi yang berhadapan dengan pemuda itu, Iori.

"(Y/n) apa kamu melupakan janji kita yang kemarin?"

(Y/n) mempoutkan bibirnya, kesal dengan apa yang keluar dari mulut Iori, ia hanya ingin jawaban sederhana bukan malah disuruh berpikir seperti ini. Meski begitu, (Y/n) tetap berusaha mengingat janji yang dikatakan oleh Iori. Tanpa menyadari Iori yang menatapnya lekat dengan sedikit semu merah di wajahnya.

"Ah" ucap (Y/n) saat bisa mengingat janjinya, janji untuk pergi ke taman tapi (Y/n) kembali menatap penuh tanya pada Iori. Seingatnya, mereka berjanji untuk bertemu di waktu malam, bukan pagi seperti sekarang.

Melihat wajah (Y/n) yang kebingungan, Iori lantas memberitahukan alasan dirinya berada disini.

"Ibumu kemarin mengajak aku dan nii – san untuk makan bersama"

"kaa – san"

"Apa salahnya memanggil mereka untuk datang? Sayang Mitsuki – kun tidak bisa datang"

Keluarga Izumi dan keluarga (Y/n) bisa dikatakan sangat akrab, terkadang mereka membuat acara bersama hanya untuk bercengkrama, biar lebih akrab alasannya.

"Makanan sudah siap" ucap ibu (Y/n) sambil membawa dua mangkuk ke meja.

Mereka menikmati makanan itu dengan hikmat, rasa hangat yang berasal dari makanan itu mengusir rassa dingin di tubuh mereka.

"Jadi, apa yang akan kalian lakukan malam nanti?"

Pertanyaan tiba – tiba dari ibunya membuat (Y/n) tersedak air yang sedang diminumnya

"Kaa – san, kami hanya jalan – jalan ke taman, tidak lebih" jawab(Y/n).

"Jadi ini bukan ken ..."

"Kaa –san cukup. Dan Iori sebaiknya kamu segera pulang"celetuk (Y/n) memotong perkataan ibunya.

"Kamu mengusirku?" tanya Iori.

"Bukan begitu. Aa mou, pokoknya sekarang kamu pulang saja" ucapnya sambil menyeret Iori keluar.

"Iori – kun, ini berikan ini pada keluargamu juga ya, sampaikan salam dari kami juga ya" ibu (Y/n) memberikan rantang susun kepada Iori.

"Arigato, ba – san"

~~~~~

Waktu yang mereka janjikan telah tiba, saat ini (Y/n) sedang sibuk memilih pakaian yang cocok untuk digunakannya. Di tengah kesibukannya ibu (Y/n) masuk dan mengintrupsi kegiatannya itu.

"Serius sekali memilihnya, (Y/n). Padahal hanya jalan – jalan biasa saja"

Mendengar itu (y/n) berbalik menatap kesal pada ibunya yang hanya dibalas kekehan kecil.

"Kaa –san berhentilah meledekku" ucap (Y/n) sambil mempoutkan bibirnya. Terkadang ia menyesal telah memberitahukan perasaan sukanya pada ibunya ini.

"Baik – baik, sekarang berhentilah melihat kaa –san dan segeralah memilih gaun yang cocok untuk bertemu pangeranmu itu"

"Kaa –san!" belum sempat (Y/n) memprotes perkataan itu, ibunya sudah hilang dari jangkauan matanya.

Setelah lama berpikir, (Y/n) menjatuhkan pilihannya pada switter berwarna abu – abu serta dipadukan dengan celana panjang hitam dengan mantel senada melapisi semua itu, ia juga tidak lupa mengenakan syal mengingat cuaca yang lumayan dingin.

~~~~~

(Y/n) saat ini sedang menunggu Iori di kursi taman, matanya memandang hamparan putih yang menutupi jalanan dan lampu hias yang menjadi pelengkap keindahan taman itu.

"Pantas saja sering dijadikan tempat kencan oleh sepasang kekasih"guman (Y/n).

Sapuan lembut tangan di rambutnya menyadarkan (Y/n) dari pikirannya, Ia berbalik menemukan Iori yang masih menyapu kepalanya, memberishkan butiran salju yang hinggap sambil tersenyum kecil.

"Maaf, aku terlambat" Ucap Iori saat sudah selesai dengan kegiatannya.

"Um, tidak apa"

(Y/n) dan Iori mulai berjalan menikmati suasana taman itu. Dalam perjalanan mereka, Iori menyadari tangan (Y/n) yang tidak memakai apapun, tanpa mengatakan sesuatu Ia menggenggam salah satu tangan (Y/n) dan memasukkannya di kantong mantelnya tanpa melepaskan tautan tangannya., sedangkan orang yang sedang diperlakukan seperti itu hanya bisa menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Iori, ayo kita mampir disini" ucap (Y/n) ceria saat melihat toko yang menampilkan berbagai barang lucu. Sedangkan Iori hanya bisa mengikuti keinginan dari (Y/n) untuk masuk ke toko tersebut.

Saat berkeliling melihat – lihat barang di toko itu, mata (Y/n) tertuju pada dua bando yang mirip telinga hewan. Satu telinga kelinci dan satu lagi telinga kucing. Dengan segera (Y/n) memakai itu di kepalanya.

"Iori, apakah ini cocok untukku?" tanya (Y/n) sambil memamerkan bando telinga kucing yang bertengger di kepalanya.

"Ka ..kawaii" guman Iori sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Hm? Aku tidak bisa mendengarmu?"

"Itu cocok untukmu"

Mendengar itu, (Y/n) mendekat ke Iori dan memakaikan bando telinga kelinci itu ke Iori dan menatapnya sebentar.

"Sudah kuduga ini akan cocok denganmu"

"(Y/n), aku tidak cocok dengan hal seperti ini" ucap Iori dengan wajah yang memerah.

"Tidak. Malah kamu sangat cocok dengan itu"

"Aku rasa apa yang dikatakn oleh (Y/n) benar. Kamu terlihat cocok memakai itu, Izumi Iori"

Kalimat yang mendukung pendapat (Y/n) berasal dari belakang mereka. Dua remaja berbeda surai itu mendekat kearah mereka. Nanase Riku dan Saudara kembarnya, Nanase Tenn, teman sekelas (Y/n) dan kakak kelas Iori saat masih sekolah.

"Riku – kun, Tenn – kun, apa yang kalian lakukan disini?" tanya (Y/n) mereka.

"Hanya jalan – jalan, (Y/n) – chan sendiri sedang apa?"jawab Riku.

"Ah, aku juga sama, hanya jalan – jalan dengan Iori"

Iori yang melihat keakraban (Y/n) memandang tidak suka terhadap Riku, walau ia juga tidak menampik fakta jika Riku sangatlah imut. Sadar akan tatapan Iori, Tenn berbalik menatap tajam kepada Iori.

"Bisakah kamu hentikan tatapanmu itu, Izumi Iori?"

"Apa yang salah dengan tatapanku, Nanase – san"

Mereka menatap tajam satu sama lain, sedangkan dua orang yang menjadi penyebab perselisihan mereka malah menatap bingung ke arah mereka.

"Apa yang mereka bicarakan?"

"Entahlah, mungkin hanya obrolan untuk saling mengenal" jawab (Y/n) dengan tidak yakin.

"Mungkin saja"

Percakapan itu, entah bagaimana bisa terdengar oleh Tenn dan Iori, mereka langsung membuang muka ke arah lain.

"Riku, ayo pulang. Tidak baik berlama – lama di luar saat cuaca dingin seperti ini" ucap Tenn menarik tangan Riku menjauh dari (Y/n) dan Iori.

"Brocon"guman Iori.

"Mou ... Tenn – nii, aku belum puas" protes Riku.

"Baiklah. Aku akan mengatakan pada kaa – san untuk tidak perlu memasak oumrice lagi"

"Tenn – nii, ayo pulang. Aku sudah lelah" ucap Riku saat mendengar ancaman kakaknya itu.

Tenn dan Riku akhirnya pulang, kembali menyisahkan (Y/n) dan Iori berdua.

"Apa kamu lapar, (Y/n)?" Tanya Iori saat mendengar bunyi perut dari sampingnya. Dengan malu – malu (Y/n) mengganguk menjawab pertanyaan Iori.

"Aku rasa ada restoran di sekitar sini tadi. Aku tidak sengaja melihatnya saat kita berjalan – jalan dan ini ... sarung tangan untukmu"

(Y/n) yang melihat sarung tangan itu memandang penuh tanya kepada Iori, jika sarung tangan itu ada untuk apa, Iori mengenggam tangannya dan memasukkannya ke kantong mantelnya. Namun saat sadar dengan yang dilakukan oleh Iori, wajah (Y/n) memerah sempurna.

"Jangan salah paham. Aku tadi hanya lupa jika aku membawa sarung tangan cadangan" sangkal Iori dengan wajah yang tidak kalah merahnya.

*****

Restoran yang dikatakan Iori ternyata tidak jauh dari tempat mereka berada yang membuat mereka tidak perlu lelah berjalan lagi.

"Aku ingin memesan ramen"

"Itu saja. Baik aku akan memesan"

Saat memesan Iori heran melihat pelayan tersenyum melihatnya sampai ia tidak sengaja memegang bando kelinci yang bertengger manis di kepalanya. Dengan segera dirinya melepaskan bando itu dan kembali ke mejanya dengan wajah yang benar – benar merah. Saat sampai di meja Iori melihat (Y/n) yang ternyata sudah melepaskan bando di kepalanya.

"Kenapa kamu tidak mengatakan bando ini masih ada di kepalaku?"

"Bukankah kamu suka? Lagipula itu sangat cocok untukmu"

Mendengar jawaban (Y/n) Iori hanya bisa menghela napas pasrah dengan kelakuan (Y/n). Tidak berselang lama makanan yang mereka pesan tiba. (Y/n) dengan segera menyantap ramen pesanannya sedangkan Iori, ia hanya meminum kopi yang dipesannya.

"Kamu tidak memesan makanan?"

"Tidak, aku masih kenyang"

Mendengar jawaban itu (Y/n) kembali melanjutkan makanannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi (Y/n) untuk menghabiskan semangkuk ramen itu.

Iori yang melihat kuah ramen yang belepotan di mulut (Y/n) berinisiatif mengambil tisu dan mengelap bibir (Y/n). Netra hitam Iori bertemu dengan netra (h/c) milik (Y/n). Lumayan lama mereka berada dalam keadaan seperti itu sampai Iori tersadar dan langsung menjauhkan tangannya dari (Y/n).

"Maaf, tadi ada kuah ramen di mulutmu"

"Ah, iya um. Tidak apa – apa" ucap (Y/n) gelagapan.

Seteah selesai makan, mereka kembali melanjutkan acara jalan – jalan mereka hingga tanpa sadar malam semakin larut. Suasana taman yang tadinya ramai kian menjadi sunyi.

"(Y/n), sepertinya ini sudah terlalu larut"

"Sepertinya begitu" ucapnya sambil memperhatikan satu persatu orang meninggalkan taman.

"(Y/n), sebelum kamu pulang, aku ingin mengatakan sesuatu"

(Y/n) dengan rasa penasaran melihat ke arah Iori, menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut itu.

"(F/n) aku ... Aku menyukaimu. Maukah kamu menikah denganku?" ucap Iori lantang namun dengan wajah yang kembali memerah, entah keberapa kalinya.

"Ya, aku mau"

Di bawah jatuhnya butiran salju dan lampu hias warna – warni taman itu (Y/n) mendengar pengakuan orang yang dicintainya, yang menyatakan bahwa perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Malam ini menjadi malam paling indah dalam hidup (Y/n).

~~~~~~

Setelah mengatakan niatnya kepada (Y/n) dan diterima dengan baik, saat ini kedua keluarga sedang sibuk dengan acara pernikahan mereka. (Y/n) telihat anggun dalam balutan gaun putih pernikahannya bersama dengan Iori yang memakai setelan jas, membuat drinya terlihat sangat serasi bersanding di atas pelaminan. Momen sakral (Y/n) dalam hidupnya ini disaksikan oleh keluarga dan juga teman – temannya. Ucapan selamat silih berganti datang untuk kedua mempelai.

"Nii – san tidak menyangka kalau kamu akan mendahuluiku. Dan untuk (Y/n) tolong jaga adikku yang tsun ini ya" ucap Mitsuki

"Nii – san hentikan"

"Tentu saja. Mitsu – nii" ucap (Y/n) tanpa peduli dengan protesan Iori.

"Aku suka panggilan itu. Tetap panggil aku dengan itu ya"

Rasa bahagia (Y/n) terasa sangat lengkap hari ini. Namanya yang semula (F/n) telah resmi berganti nama menjadi Izumi (Y/n). Keluarga Izumi juga menyambut dirinya dengan begitu hangat. Rasanya (Y/n) menjadi gadis paling beruntung saat ini.

                                                                             END        

Yeyyy  selesai.

Terima kasih yang sudah mampir ke cerita yang kubuat saat gabut ini ehehehe. Oh iya maaf ya jika masih banyak typo dan alurnya agak membingungkan. Dan sekali maaf kalau Iori jadi OOC, tapi semoga kalian masih menikmati dan sedikit terhibur dengan cerita ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top