She
Ayam berkokok pertanda mentari pagi tengah menampakkan diri. Lila terbangun lalu meregangkan badan dan tangannya di atas kasur. Biasanya bunyi alarm yang terngiang-ngiang di kupingnya yang membuatnya bangun dengan ekspresi malas. Namun pagi ini berbeda. Ia tidak sedang berada di dalam kamar kosannya. Melainkan di rumah Talia. Lebih tepatnya di kamar Talia. Berbagi tempat tidur dengan perempuan satu itu.
Betapa ia (akan) merindukan momen yang agak langka ini.
Diperhatikannya dengan seksama wajah perempuan yang masih tertidur lelap itu. Menampilkan raut innocent dengan kantung mata yang menebal dan menghitam. Lila menahan diri untuk tidak mengecup mata yang sedang memejam itu.
Tidak hanya itu, Lila menahan diri untuk tidak mengecup segala hal—sekecil apapun—yang melekat di wajah perempuan itu. Pun di tubuhnya. Lila tak tahan, dan ia deg-deg-an setengah mampus.
Ditambah dengan gumaman Talia selagi dirinya berpelukan dengan guling. Ingin rasanya Lila menarik guling itu dan menyempilkan tubuhnya di celah lengan Talia agar dipeluk—kalau ia tidak bisa berubah menjadi guling itu sendiri.
Perempuan itu selalu berhasil membuatnya jatuh cinta berkali-kali.
Apa yang sedang kamu mimpikan, Tal?
Lila masih termenung menatapnya. Sampai suara ketukan di pintu menyadarkan dirinya.
Sebelum ia sempat bangkit untuk berbenah, suara di balik pintu tiba-tiba menyambar pendengarannya, "Makanan sudah siap, sebentar lagi saya pergi kerja. Tolong kabarkan kalau kalian mau pulang ke Jogja."
Tak jadi membuka pintu, Lila hanya membatin kesal, Baru satu hari udah diusir. Ia mulai mengerti kalau keberadaan mereka berdua tidak begitu lagi diharapkan. Tapi rumah ini adalah rumah Ibu Talia yang kini beralih menjadi hak perempuan itu seorang. Jadi, bukan urusan om Talia untuk meminta mereka pergi. Lila mendadak jadi sensi.
Kembali ia melihat Talia yang setia memeluk gulingnya. Digerakkan oleh sesuatu yang tidak terdeskripsi dan tidak terkondisi dengan baik, Lila menunduk dan mengecup bibir perempuan itu secepat kilat. Singkat namun berhasil membuatnya merasakan secuil keabadian.
Panik melandanya saat tubuh Talia melakukan sedikit pergerakan dan menggumam sedikit lebih kencang. Ia kira perempuan itu akan terbangun. Ternyata hanya reaksi singkat atas sesuatu yang diterima oleh secuil organ tubuhnya. Lila tersenyum lega.
Ia telah mencuri ciuman pertamanya dari perempuan itu.
Ia telah bertindak sebagai seorang, Pencuri.
Mengambil sesuatu yang bukan haknya...
Rasa bersalah menggerayangi dirinya hanya beberapa menit setelah ia terbang di atas awan.
Begini lah resiko menjadi seorang Lila. Pecinta amatir. Tambah lagi yang dicintainya itu sejenis dengannya.
Pecinta sesama jenis yang amatir...
Tak bosannya Lila menatap kelopak mata itu. Kelopak yang bila terbuka akan memancarkan cahaya yang tak pernah gagal untuk membuatnya berkedip. Silau akan sengatannya.
Ia begitu dekat sekaligus jauh dengan sosok di depannya itu.
Lalu didengarnya perempuan itu menggumam kembali. Melepaskan guling dari pelukan dan berbalik arah memunggungi dirinya.
Dari atas—saat ia tengah menyandar di kepala tempat tidur—Lila melihat seutas senyuman terukir di wajah Talia selagi matanya terpejam dan bibirnya bergesekan, mengeluarkan—semacam—lenguhan. Lila pun ikut tersenyum dan sedikit mengikik, membatin
Dasar cewe mesum.
Hanya saja Lila tak tahu bahwa seseorang yang lain sedang membuat perempuannya itu mimpi indah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top