Berdistraksi

Selama konser kecil tersebut, Talia menelungkupkan badan mendengarkan Lila dengan khusyuk. Dagunya dia sandarkan di tangan yang menempel pada guling dan kedua kakinya dia gantungkan di atas. Matanya seakan tak berhenti mengedip menatap mata itu, membuat yang ditatap gugup setengah mati. Mengapa lagu ini yang ia pilih untuknya?

Menjelang akhir lagu, Talia menghampiri Lila untuk menunduk mengecup pipinya secepat kilat. Mengucapkan terima kasih dan memuji kepiawaiannya sebagai bentuk apresiasi. Pipi Lila memerah menahan malu sedangkan Talia cukup merasa tersentuh. Air matanya jatuh. Bocah ini sungguh manis, dia kira. Walau begitu "Gue enggak layak dinyanyiin lagu itu sama lo."

"..terus?"

"Kayanya cocok lo nyanyiin untuk calon pacar lo nantinya.."

"..."

"Hmm kayanya ngga juga deh. Lebih cocok lagi kalau ada cowok yang nyanyiin itu lagu buat lo... Gue harap.."

"Sure" Lila tak bersemangat.

** * **

Seperti yang sudah dapat Lila perkirakan, sesi belajar renangnya tak berjalan mulus. Bagaimana bisa ia belajar dengan baik, bila yang mengajarkannya saja selalu berhasil membuat konsentrasinya buyar. Kurang ajar. Ini memang ide yang buruk.

Berpura-pura kelelahan, Lila memohon untuk dicukupkan saja sesinya kali ini. Bisa jadi ini untuk yang pertama dan terakhir kali, dia tak perlu tahu. Cukup Lila yang tahu, bahwa dirinya tak kuat menatap lekat-lekat dan berada dekat-dekat Talia beserta segala daya tarik yang dianugerahkan Tuhan padanya. Ia terlalu lemah, ya Tuhan.

"Lemah lo" Talia mencibirnya dari pinggir kolam.

"Udah tau maksa"

Talia melempar air ke arah Lila. "Payah!" Lalu melanjutkan renang gaya dadanya..

Ossy yang sedari tadi mengamati Lila, mendekat padanya dan naik untuk duduk di sebelahnya, "Udah nyerah ni?"

"Nyerah? Emang lagi perang, ya?" Tanya Lila cengengesan.

"Ya bisa dibilang gitu, lagi perang sama ketakutan sendiri."

Entah bagaimana ucapan Ossy barusan membuat Lila bergidik ngeri. Ketakutan macam apa?

"Ketakutan apa?"

"Coba tanya sama dirimu sendiri. Aku cuma bisa menerka-nerka."

Untuk sejenak Lila mematung, lalu, "Kamu lagi mau ngetes aku ya?" Tanya Lila memicingkan mata pura-pura curiga. Walau ia sebenarnya sedikit khawatir.

"Kalau iya, gimana?" Tantang Ossy.

Untuk beberapa detik, mereka tak melepaskan kuncian mata terhadap satu sama lain. Sampai kemudian Lila tak sanggup untuk tidak berkedip, dan Ossy tersenyum penuh kemenangan. Ossy melompat ke dalam air dan berenang menuju Talia di tengah-tengah.

"Mau taruhan ga Tal??"

Sebelah alis Talia terangkat sebagai bentuk pertanyaan.

"Kita lomba, dimulai dari sana.." Ossy menunjuk ke arah Lila, ".. ke sana lagi, bolak-balik. Siapa yang menang, hmm apa ya enaknya, dia bakal ditraktir Lila!"

"Daebak!" Respon Talia spontan. Keduanya pun tersenyum culas ke arah Lila.

Dengan suasana kolam yang tidak begitu ramai, Lila mampu mendengar mereka, "Eh eh enak aja. Kalian yang taruhan kok aku yang rugi???" Lila memelototkan mata tidak terima.

"Karna kamu nyerah duluan—"

"Lo kan terlalu lemah buat ikut lomba, makanya lo yang jadi sponsor kita. Ya ngga, Sy?"

Ossy mengangguk sambil mempertahankan posisi mengapungnya di tengah kolam. Lalu mereka berdua berenang ke pinggir kolam tempat Lila berada, dan saat di sana Talia segera menambahkan, "Ga boleh protes!" Ossy tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

Di sisi lain Lila hanya terdiam pasrah, tak berharap salah satu dari mereka menang. Tapi mana mungkin, ya?

Walau begitu Lila mengamati mereka satu per satu. Tak pelak sebuah penilaian ia lakukan terhadap keduanya.

Yang satu cantik, yang satu lagi juga.

Yang satu bak bidadari, yang satu lagi bak tuan puteri.

Yang satu nakal tapi baik, yang satu lagi baik-baik.

Yang satu aku sayang, yang satu lagi...

...

Apa-apaan ini? Lila tersadar dari lamunannya saat keduanya—entah bagaimana ceritanya—sudah berada di dekatnya yang sedang salah tingkah.

Salah tingkah karena ia habis berpikir yang ia sendiri tak habis pikir dapat ia pikir.

"Yeeees menang!" Keduanya serempak berkata, lalu beradu pandang dan beralih ke Lila.

"Siapa Lil??" Tanya keduanya penasaran.

"Eh" Lila kebingungan, "Kayaknya, ng, nggak ada yang menang deh."

Dan itu berarti...

"Ga ada yang kalah, kaliiiii" Ossy berujar.

"Berarti lo harus traktir kita berdua!" Talia juga tak mau kalah.

"Huahahahahahahah" Keduanya ketawa licik, membuat yang diketawain meringis karena tak mampu membela diri.

** * **

Pukul tiga lewat sedikit mereka sudah selesai mandi dan berpakaian. Sebelum pulang mereka mampir mencari makan, karena sebagaimana yang sudah disepakatkan—sepihak—Lila akan mentraktir mereka tanpa perdebatan.

Sebelumnya mereka berangkat dari kosan masing-masing—Lila bersama Talia & Ossy sendirian—menuju kolam setengah outdoor dan setengah indoor yang terletak di Jalan Kaliurang KM 9 ini dengan Gojek. Makanya mereka memutuskan untuk makan di café yang tak jauh dari kolam renang, agar dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

Sesampainya di lokasi café yang ketiganya sama-sama baru kunjungi pertama kali itu, Talia mendekati meja bulat yang dikelilingi oleh tiga kursi untuk duduk di salah satunya. Ossy dan Lila segera mengisi dua kursi lainnya.

Seorang pelayan menghampiri dan menyerahkan dua daftar menu. Tak butuh waktu lama untuk menunggu, pelayan tersebut pergi usai mencatat pesanan mereka. Kini mereka sibuk berkutat dengan ponsel masing-masing.

Akhirnya Lila yang pertama kali meletakkan ponsel di atas meja. Ia sekadar mengecek adakah pesan untuknya—yang ternyata tidak ada—lalu tak tertarik berlama-lama menatap benda persegi panjang itu.

Berbeda dengan Talia yang senyam-senyum sendiri menatap layar iPhone-nya, dan Ossy yang tampak serius mengetikkan sesuatu.

Entah mengapa ia memperhatikan raut wajah mereka bergantian dengan intens.

Jelas ia tak tertarik dengan ponselnya sendiri—sekalipun ada pesan penting yang ia terima—bilamana di depan matanya saja terpampang sebuah pemandangan indah yang jauh lebih menarik alam sadarnya.

Seutas senyuman terangkai di wajah Lila, yang buru-buru ia netralkan sebelum dirinya tertangkap basah oleh salah satu dari mereka, atau keduanya.

Selama makan mereka mengobrol santai tentang keseruan hari ini. Betapa cupunya Lila dan betapa cemerlangnya otak Ossy yang telah mencetuskan ide untuk melakukan lomba dengan obyek taruhan semacam itu, sehingga mereka bisa duduk makan bertiga lagi dengan situasi yang lebih baik dari tadi pagi. Bahkan Lila pun—sebagai pihak yang dirugikan secara materil—merasa beruntung. Dikelilingi oleh dua teman perempuan yang baik, asyik, dan cantik, membuatnya... Terbuai?

Sampai topik pembicaraan yang tak diharapkannya itu muncul kembali.

"Ga ada yang cakep di kolam tadi. Hffht."

"Emang kenapa, Tal?" Ossy mengernyitnya dahi.

"Mau nyariin pacar buat si kawan ini, biar ga jadi jones terus" Talia meledek Lila sampai terbatuk-batuk.

"Abisin dulu makanannya kenapa." Ujar Lila antara kesal dan khawatir. "Lagian lo juga jomblo, ngapain nyariin pacar buat gue sih."

Setelah batuknya reda, Talia menjawab, "Gue kan baru lepas dari hubungan, sedang elo? Kapan terakhir lo pacaran?"

Kini dua pasang mata menatap Lila dengan serius. Menanti sebuah jawaban.

"Gue ga peduli dan gue ga mau bahas itu." Balas Lila ketus dan tak kalah serius.

Mereka bertiga akhirnya makan dengan tenang. Suasana menjadi canggung.

Selesai makan, Ossy berkata dengan pelan, "That makes three of us."

"Apa?"

Menunjukkan senyum manisnya, Ossy menjawab, "Sama-sama jomlo."

Dan suasana pun mencair kembali dengan tawa ketiganya. Diikuti dengan obrolan-obrolan ringan, yang difokuskan kepada Ossy yang belum begitu mereka kenal.

"Ngomong-ngomong, kamu kenapa ga ngajak temen-temenmu lagi, Sy?" Tanya Lila yang ingin tahu. Karena terakhir kali bertemu dengan Ossy, ia dibuat agak insecure dengan teman-temannya yang tertawa di belakangnya, menertawakannya, entahlah, ia terlalu geer.

"Hmm, kenapa ya? Aku juga bingung nih. Rempong aja ngajak mereka, kebanyakan alasan." Ossy menjawab santai. "Jadi mending ga usah aku ajak sekalian. Hehehe."

Bibir Lila membulat membentuk huruf 'O', dan seketika Talia mengarahkan telapak tangannya untuk menutup mulutnya itu.

Lila shocked. Kembali Talia dan Ossy terkekeh-kekeh setiap habis 'membully' Lila.

"Ga lucu ah, Tal!"

"Elu siih. Tiap diceritain ini itu responnya Ooo muluu."

"Mulut, mulut gue, kok lo yang sibuk sih—"

"Iya deh, enceng enceng enceng." Talia angkat tangan mengajak damai. Lalu dia menyodorkan sedotan minumannya kepada Lila, membuat Lila terpaksa meminumnya.

"Kalian ini, cute banget sih.."

Lila hanya memicingkan matanya kepada Talia sebagai bentuk kekesalan. Sedangkan Talia merespon pernyataan Ossy dengan, "Iya, kaya kucing garong kebelet kawin yang lagi ngambek ya dia, ya?"

"Kebelet boker"

"Hahahahaa—"

"Kayaknya gue ga jadi nyari kos-kosan hari ini deh, Lil. Jam setengah enam nih." Talia melihat arloji di tangan kirinya.

Meredakan kekesalannya, Lila menjawab datar, "Yaudah. Artinya lo masih bisa bersyukur nginap di kosan gue." Dalam hati ia tersenyum lega.

"Gitu ya? Emang lo ga bersyukur—"

"Wait. Lo lagi nyari kos-kosan?" Tanya Ossy.

Talia mengangguk.

Kemudian Ossy bercerita bahwa di kosan yang ditempatinya sekarang terdapat kamar kosong. Bagaimana sikonnya, Talia bertanya, Ossy menjawab, tempatnya bersih dan nyaman. Di dalamnya sudah tersedia tempat tidur berdipan, meja + kursi belajar, kipas angin, lemari, dan kamar mandi dalam. Luas 4 x 3 meter, model kosan rumah bertingkat, uang kosan relatif murah cuma sekian... Blah blah blah. Dst, dst.

Ossy menjelaskan bagai seorang sales yang handal.

Respon Talia selanjutnya, "Ada jam malam?"

Ossy tersenyum dan menggeleng.

"Deal!" Ucap Talia bersemangat. Kemudian dia mengambil hapenya dan meminta Ossy untuk memasukkan nomornya.

"Wait. Kenapa kita ga ngecek kosannya sekarang aja?" Ossy bertanya sambil mengetikkan nomor hapenya di hape Talia.

"Gimana Lil?" Tanya Talia.

"Terserah." Jawab Lila cuek. Tapi ia akhirnya tak mampu menyembunyikan keresahannya. "Kenapa lo ga ngekos di tempat gue? Kan ada kamar kosong juga..."

"Lo tau sendiri, kosan lo ada jam malamnya..."

"Yaudah, kita pulang dulu aja yuk. Dan by the way Sy, thanks atas informasinya, tapi gue udah terlalu capek kalo sekarang ngecek kosan elo. Si Lila juga mulai udah kelihatan suntuk nih." Talia meneruskan.

"Salahin gue troos"

"Okay. Kabar-kabar aja kalau mau mampir buat ngecek ya" Ossy tersenyum tulus, "Kosan gue sama Lila kayaknya juga ga terlalu jauh kok, masih dekat kampus."

Tepat pukul 18.00, Lila membayar makanan dan minuman ketiganya di kasir. Setelah itu mereka cabut dari café dan memutuskan untuk pulang bersama dengan Go-Car. Mereka tampak lelah.

Mobil mengantarkan Ossy terlebih dahulu di jakal km 5 koma entah berapa. Talia memperhatikan kosan tersebut dari kaca mobil dan mereka pun berpamitan. "Makasih buat hari ini" Kata Ossy ceria.

"Dadaaaah"

"Jangan lupa istirahat"

Mobil melaju lagi menuju kosan Lila di jakal km 5, tujuan utama mereka. Tak begitu jauh dari kosan Ossy, ternyata.

Mereka pun tiba.

Saat Lila hendak menyerahkan uang kepada sang driver, Talia segera menghalaunya.

"Simpan kembaliannya, pak."

"Makasih, nona-nona cantik." Sang driver berbalik badan menerima cash dan tersenyum genit pada keduanya.

Mereka pun keluar dari mobil.

Ingin rasanya Lila memberi bintang satu atau dua kepada bapak mesum tersebut, kalau saja Talia tidak segera merebut hapenya kemudian memberi bintang lima.

Sambil berjalan dia berkata, "Jangan ngurangin rezeki orang. Kita udah sampai dengan selamat."

Mengamini hal itu, Lila hanya bisa diam mengekor Talia.

"Mana kunci lo?"

Tanpa bersuara Lila memberikan kuncinya pada Talia, seolah-olah kosan ini adalah kosannya.

"Gue capeee" Ujar Talia setelah pintu kosan berhasil dia buka. Talia menghempaskan badannya di kasur yang tak seberapa besar itu. Menempati seluruh tempat tidur untuk dirinya sendiri membentuk bintang selayaknya Patrick star. Bedanya perempuan ini telungkup.

Sambil mengunci pintu, Lila menatapnya kasihan. Jika sebelum-sebelumnya ia akan memintanya minggir untuk menyisakannya setengah tempat tidur, maka kali ini ia membiarkannya saja. Ia mengambil tikar lipat di sudut ruangan dan menggelarnya di samping kasur tak berdipan, tempat Talia bermukim.

Belasan menit berlalu dan Talia terdengar sudah tertidur lelap di waktu yang bahkan belum memasuki pukul 19.00 ini.

Lila sendiri belum mengantuk karena memang ia tidak terlalu lelah. Mengingat durasi renangnya yang tak begitu lama sebagaimana Talia dan Ossy. Mereka berdua benar-benar hebat, ia akui.

Sama-sama menarik.

Padahal, kejadian hari ini belum lama berlalu. Namun ia masih saja ingin me-refresh-nya. Me-replay-nya dalam ingatannya. Mengapa itu, ia tak paham.

Plafon bagai layar proyektor yang memutar kejadian hari ini. Dengan kedua telapak tangannya menangkup belakang kepalanya, ia menjadi penonton dari hidupnya hari ini. Ia bahagia.

Padahal, ia selalu bahagia bila bersamanya. Namun, agaknya ini bahagia yang berbeda.

Apakah ini tanda-tanda bahaya?

"Lil.."

Layar itu mati. Lila mendongakkan kepala menuju suara.

Talia membalikkan badan dan mojok dengan sendirinya. "Sini lo." Sebelah tangannya menepuk-nepuk kasur, menyisakan space untuk Lila. "Masuk angin nanti tidur di bawah, sini." Matanya masih terpejam dan suaranya seperti orang mengigau.

Berdiri untuk mematikan lampu terlebih dulu, Lila pun mengambil tempat di kasurnya itu. Talia membelakangi dirinya yang sedang terlentang.

Lila tak lagi bisa menonton kejadian hari ini di 'layar proyektor'. Perempuan di sebelahnya ini telah merusak imajinasinya.

Kemudian...entah disengaja atau tidak, entah disadari atau tidak, tangan Talia—yang tadi dia pakai untuk menepuk-nepuk kasur—'menyenggol' lengan Lila.

Memang kasur itu sempit dan jarak mereka begitu dekat, namun (ingat!) posisi Talia saat itu sedang membelakangi Lila. Jadi, bagaimana mungkin dia melakukan itu tanpa disengaja atau disadari?

Dengan tubuh yang meregang, jiwa yang meronta, serta hati yang berdesir-desir parah, Lila membiarkan dirinya lepas seketika;

Memeluk perempuan itu
dan mengembuskan nafas pada tengkuknya yang harum.

Lagipula, pelukan di antara sesama perempuan is harmless, right?

  —  

Jika memang benar begitu,
mengapa tak ia lakukan saja itu sejak dulu?

bukannya dua semester setelah pikirannya diserbu,
atau dua minggu setelah tempat tidurnya diganggu

https://youtu.be/P2BDDj0JRU4

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top