Care? (chap 5)
Reader's Pov
.
.
.
Drrrt Drrt
Aku menggeliat merasakan ada sebuah getaran di sampingku.
Drrrt Drrrt
Tanganku mencoba menggapai sumber getaran yang berada di sampingku, setelah aku menemukannya aku langsung mengambil benda itu dengan bermodalkan mata yang hanya melihat tidak jelas dan aku tau bahwa itu telpon, aku berdecak tapi masih tetap mengangkatnya.
"Hallo Naomi, bisakah kau jangan ganggu aku disaat aku sedang menikmati tidurku yang damai?" Aku bersuara serak khas bangun tidur juga aku sedang merasakan bahwa kondisi tubuhku kurang baik
"Gomen [YourName]-chan tapi aku hanya memberi tau bahwa ranpo hari ini pergi misi, jadi dia tadi bilang hari ini tidak perlu jadi asistennya," aku terdiam mencerna kalimat naomi
"Ah ya ya," jawabku asal mulai agak pusing.
"Yasudah itu saja ya," ucap naomi dan dia langsung memutuskan sambungannya begitu saja, aku mendengus kesal.
"Arghh tidurku," ucapmu kesal.
.
.
.
Author's Pov
.
.
.
Kamu melihat pantulanmu di cermin, hari ini kamu tampak pucat dan seperti sadako yang ada di film, kamu merasakan bahwa kamu flu dan tenggorokanmu sedikit sakit, dan lebih parahnya kamu merasakan bahwa kamu pusing.
Kamu menghela nafas dan merasakan nafas kamu terasa panas, "sepertinya aku tidak masuk kerja hari ini," ucapmu dalam hati dan kamu mulai mencari keberadaan ponselmu untuk menghubungi naomi.
"Hallo Naomi?" Ucapmu ketika kamu sudah terhubung dengan naomi
"Ya, [YourName]-chan kenapa?" Tanya naomi
"Hari ini aku tidak bisa masuk kerja ya, aku izin," ucapmu dengan suara serak dan lemah.
"Kamu sakit?" Tanya naomi khawatir.
"Mungkin begitu," ucapmu.
"Mau aku jenguk?" Tanya naomi tapi kamu langsung menolaknya
"Tidak perlu, aku mau istirahat saja," jawabmu. Dan naomi hanya berucap "baiklah," dan langsung kamu memutus sambungan teleponmu.
Lalu setelah itu kamu melihat wajahmu untuk sekali lagi dan kamu menemukan bahwa wajahmu benar-benar pucat, kamu menghela nafas
"Apakah ini disebabkan karena terlalu banyak makan ice cream ya?" Tanyamu sambil melihat wajahmu di cermin dan kamu menghela nafas untuk kesekian kali lalu kamu melanjutkan untuk tidur saja.
.
.
.
Kamu menggeliat lalu membuka matamu perlahan dan kamu bisa melihat bahwa hari sudah memasuki jam makan siang dan kamu merasakan kondisi tubuhmu makin lemas karena kamu lupa sarapan tadi dan perutmu mulai terasa sakit.
Drrrt Drrrt
Kamu melihat ponselmu yang bergetar menampilkan nomor yang tidak kamu kenal tapi kamu tetap mengangkatnya
"Ya hallo?" Jawabmu serak.
"Hallo wah ternyata bisa terhubung" ucapnya dan kamu langsung menyadari suara siapa itu.
"Ranpo?" Tanyamu heran dan tidak percaya.
"Ya, aku sekarang bisa menggunakan alat ini, ternyata alat ini sangat mudah," kata ranpo seperti anak kecil dan kamu hanya mendengus mendengar nada anak kecil seorang ranpo.
"Lalu? Kau hanya pamer saja kalau kau bisa menggunakan ponsel?" Tanya kamu dengan nada yang meremehkan.
"Tidak kok, aku ingin memberi tau bahwa aku sudah ada di depan pintumu semenjak aku meneleponmu," katanya.
"Ohh di depan pintu---," kamu terkesiap dan langsung sadar lalu kamu berlari menuju pintu depan dan membukanya dan benar saja ranpo sudah ada disitu sambil memegang ponselnya, kamu tercengang.
"Sedang apa kau disini?" Tanyamu dengan nada tidak percaya.
Ranpo melihatmu dan meletakkan ponselnya kedalam kantung lalu tangannya menyentuh keningmu, kamu terkesiap merasakan sensasi dingin dari tangan ranpo.
"Aku baru tau bahwa ternyata sakit bisa lari juga," kata ranpo membuatmu merasakan lemas lagi di karenakan kamu baru ingat bahwa kamu sakit tapi kamu tadi berlari cepat karena ranpo.
Kamu menggaruk rambutmu yang berantakan merasa salah tingkah dan kamu baru menyadari kondisimu yang masih berantakan dan juga kamu masih memakai piyama bergambar beruang serta rambutmu sekarang benar-benar berantakan juga kamu belum mandi. Oke belum mandi.
Ranpo menatapmu dengan pandangan aneh karena melihat ekspresimu yang benar-benar shock.
"Ah itu.. aku," kamu berusaha mundur dan siap untuk menutup pintu karena malu tapi kamu merasakan kepalamu terasa berat dan pusing, kamu limbung ke depan tapi ranpo menahanmu agar kamu tidak jatuh.
"Oi jangan mati dulu," Kamu mengerjap dan mencoba menyeimbangi tubuhmu dengan tanganmu yang bertumpu di kedua pundak ranpo.
"Kau itu.. aku tidak mati tau," ucapmu kesal dengan ucapan ranpo yang seenaknya itu.
Ranpo menatapmu dengan pandangan yang tidak ketebak dan kamu mulai merasakan bahwa kepalamu semakin pusing.
"Aku akan membantumu untuk ke tempat tidur, kau jangan pingsan dulu," kata ranpo dan kamu hanya mengangguk patuh.
.
.
.
"Ayo makan," ucap ranpo sambil memberikan sebuah bungkusan.
Kamu hanya menatap bungkusan itu curiga.
"Itu soup bukan granat," kata ranpo memperjelas dan kamu mulai membuka bungkusan itu dan mencium wangi khas soup.
Kamu mulai memakannya dan merasakan bahwa soup itu enak, kamu bersyukur bahwa kamu masih bisa merasakan rasa makanan dan tidak mual.
"Ano ranpo-san," setelah kamu menelan soup itu kamu mulai percakapan dengan ranpo
"Kenapa kamu bisa ada di depan rumahku? Dan kenapa kamu bisa tau aku sakit?" Tanyamu dan ranpo hanya mengangkat bahu.
"Kebetulan, entahlah," jawab ranpo tidak jelas, kamu hanya menatap ranpo dengan pandangan -dasar-bohong- dan yang ditatap hanya memasang muka tidak pedulinya.
"Ranpo-san," ranpo menaikan alisnya sambil melihatmu seolah merespon panggilanmu.
"Arigatou," ucap kamu sambil tersenyum kecil, ranpo yang melihat senyumanmu hanya diam saja walau ada semburat merah di pipinya tapi kamu tidak sadar dan melanjutkan makan soupmu itu.
.
.
.
.
"Hallo [YourName]-chan apa kamu sudah baikan?"
"Sudah lumayan," jawabmu dengan pertanyaan naomi di telepon.
"Ah begitu, oh ya soupmu tadi sudah sampaikan?" Tanya naomi.
"Soup?" Tanyamu bingung.
"Iya soup, ranpo-san mengantarnyakan?" Tanya naomi.
"Ah itu, ya, aku sudah terima, tapi kenapa bukan kamu yang antar?" Tanya kamu bingung.
"Awalnya tadi aku yang ingin mengantar tapi tadi aku melihat ranpo yang sudah pulang dari misi dan bertanya padaku "dimana [YourName]?" Lalu aku jawab bahwa kamu sakit dan aku ingin pergi mengambil soup yang di masak oleh onii-sama untukmu tapi ranpo bilang bahwa dia saja yang membawanya katanya dia ada urusan denganmu," ucap naomi panjang lebar dan kamu hanya diam saja.
"Ah begitu, baiklah," katamu.
"Tapi aku heran, kau itu ada hubungan apa sih sama ranpo? Jangan-jangan kalian diam-diam punya hubungan khusus?" Tanya naomi tiba-tiba yang membuatmu tersedak air ludahmu sendiri.
Kamu diam.
"Oi [YourName]-chan?" Kamu terkesiap baru sadar ternyata sedari tadi kamu hanya diam.
"Ah itu, aku hanya asistennya," ucapmu tersenyum kikuk yang untungnya tidak bisa di lihat oleh naomi.
"Kau yakin? Aku tidak percaya," Kamu hanya memutar bola matamu malas menghadapi naomi yang mulai penasaran, lalu kamu mencoba batuk yang di buat-buat
"Ano.. naomi-chan sepertinya tubuhku mulai tidak enak, aku istirahat dulu ya selamat malam," ucapmu langsung memutuskan sambungan telepon.
Kamu merebahkan tubuhmu di atas kasur di dalam kamarmu, kamu menatap langit-langit atap kamarmu dan menerawang, ucapan ranpo yang tadi siang mendatangimu.
.
.
.
Flashback
.
.
.
Kamu sudah menyelesaikan makanmu dan meminum obatmu
"Ranpo-san aku heran, kamu bisa tau rumahku disini?" Kamu bertanya tiba-tiba dengan raut wajah yang heran tapi ranpo hanya menatap dengan polos.
"Aku tadi sempat nyasar tapi ada ibu-ibu yang mengantarku setelah aku bertanya alamat ini," ucapnya kamu hanya berOh saja.
"Bukankah kamu ada misi?" Tanyamu dan di balas anggukan oleh ranpo.
"Ya, tapi sudah selesai karena misi itu terlalu mudah," ranpo berucap dengan bangga dan kamu hanya mendengus.
"Tapi kenapa kamu dengan misi menjawab pertanyaan tentang cinta saja begitu sulit?" Kamu bertanya dengan terkekeh tapi ranpo hanya terdiam, kamu melihat ranpo yang hanya diam.
"Apa aku salah bicara ya?" Batinmu bertanya-tanya.
"Oi [YourName] aku akan segera menyelesaikan misi itu," kata ranpo tiba-tiba raut mukanya tampak serius dan kamu tampak terkejut.
"K--kkau sudah menemukan jawabannya?" Tanyamu tidak percaya dan ranpo hanya mengangguk.
"Apa itu?" Tanyamu penasaran, kamu sangat penasaran dengan jawaban dari seorang detektif seperti edogawa ranpo ini, padahal kamu juga punya jawaban dari sudut pandangmu sendiri tapi mungkin akan berbeda jika itu dari sudut pandang seorang ranpo.
Ranpo menatap serius kearah kamu yang mulai tegang.
"Ra-ha-si-a," ucap ranpo sambil menjulurkan lidahnya seperti anak kecil dan kamu hanya menyesal sudah berekspresi tegang tadi
.
.
.
Flashback End
.
.
.
Kamu menghela nafas setelah kamu mengingat perkataan ranpo tersebut
"Ranpo sudah menemukan jawabannya," ucapmu dengan suara pelan entah pada siapa dan kamu entah mengapa merasakan suaramu terdengar sedih.
Dan sesuatu yang terlintas di pikiranmu membuatmu tambah merasakan sesuatu yang menyusup ke hatimu.
"Berarti misi ini akan selesai dan aku akan kembali seperti biasa dengan ranpo," batinmu dan kamu baru menyadari sesuatu yang menyusup ke hatimu. Kehilangan.
To be continued
Berharap bagus dan jangan lupa vomment. Reader yang baik adalah dia yang bukan silent reader :v
Dan gws untuk yang sakit dan anggaplah cerita ini untuk kalian dan juga untuk saya :v
Gambar untuk chap ini berasal dari deviantart
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top