Prologue

"Hey nona, jangan lari!"

Gadis yang memiliki tinggi semampai, berbaju putih itu menulikan indera pendengarannya. Dia menghentikan pergerakkan kakinya sebentar, melepaskan kedua sepatunya dan mencampakkannya lalu bersiap kembali berlari sekuat tenaga agar bisa selamat dari penderitaannya selama ini.

"Oh my God!" Dia mendesis kesal melihat jalan buntu di depannya. Sial, dia bahkan tidak tau nama tempat ini dan juga tentunya tidak hafal jalan disini. Tidak terlalu heran, karena dia baru kali ini memasuki tempat ini. Kabur ke bandara ternyata bukan pilihan yang tepat.

Matanya berbinar begitu melihat sebaris kursi panjang di seberang sana. Dengan segera dia bersembunyi dibalik benda tersebut.

"Aish, kemana dia pergi?" ucap salah seorang dari pengawal yang mengejar gadis tadi.

"Mana ku tahu. Ini semua salahmu! Dia berhasil melarikan diri karena kelalaianmu!"

"Apa kau bilang? Ini juga salahmu, kenapa tadi kau tidak mengunci pintu kamarnya?!"

Kini kedua pengawal tersebut malah saling menyalahkan. Gadis tadi semakin ketakutan, tubuhnya bergetar hebat tatkala mengingat bagaimana ia akan kembali dikurung selama belasan tahun dan berakhir dengan menyedihkan seperti apa yang ia alami selama ini.

"Hiks, hiks-"

"Nona?!" Salah satu dari pengawal itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru. Gadis tersebut merutuki kebodohannya dan menutup paksa mulutnya agar tidak mengeluarkan suara lagi.

"Ada apa?"

"Tadi aku mendengar ada suara nona Soojung disekitar sini."

"Sungguh? Lalu dimana dia?"

"Aku juga tidak tahu."

Gadis itu semakin membekap mulutnya begitu melihat salah seorang dari pengawal tersebut mendekat ke persembunyiannya. Ia berdoa dalam hati, berharap kedua pengawal itu tidak menemukan persembunyiannya.

"Kau terlalu mengada-ada! Disini bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Daripada berlama-lama disini, lebih baik kita melanjutkan pencarian ke sana!"

Akhirnya dua malaikat pencabut nyawa bagi gadis tersebut pergi. Ia mendesah lega dan melanjutkan aksi pelarian dirinya. Ia berlari kencang namun sesekali menoleh ke belakang takut dua pengawal tadi mengikutinya.

Seorang pemuda dari arah berlawanan dengan sebuah jaket kulit hitam bergantung dilengan besarnya terlihat tengah terburu-buru. Ia tampak terlalu sibuk berdialog dengan seseorang yang bersuara diseberang sana sembari berjalan cepat menarik koper besarnya.

"Iya, aku pasti datang mengikuti audisinya. Aku masih dibandara. Tidak lama lagi aku akan sampai. Aku menjamin-"

Brukk.

Seperti ditimpa gajah besar, pemuda tersebut jatuh dilantai bandara dan jangan lupakan ponsel, jaket, dan kopernya ikut berserakan.

"Yak nona! Kau menaruh matamu dimana, hah?!"

"J-jeosonghamnida." Si gadis menunduk dalam dengan tubuh yang bergetar hebat.

Pemuda jangkung di depannya menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Dia bergidik ngeri tatkala melihat begitu mengerikannya penampilan gadis ini. Bagaimana tidak? Rambut panjang yang berantakan, dress putih nan kusut dan bertelanjang kaki. Amat mengerikan, pikirnya.

"M-maaf, aku harus pergi."

"Hey, tapi kau harus bertanggung jawab karena telah merusak ponselku!"

Lelaki tersebut mendesah kasar ketika melihat punggung kecil itu menghilang ditelan jarak. Dia kembali memunguti seluruh barang-barangnya yang sempat berceceran dan kembali melanjutkan perjalanannya masih sambil mengeluarkan sumpah serapahnya.

.

Love is Pain - chanstal.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top