3. I Can do it!
Chapter 3 ~
.
Author's pov.
Sudah tengah malam. Wilayah Seoul sudah berubah menjadi sunyi. Namun hal ini tidak menjamin seluruh penduduknya telah terlelap diranjang mereka.
Salah satunya pemuda yang satu ini, Park Chanyeol.
"Darimana saja?" Chanyeol menoleh ke sumber suara. Dia mendengus dan tampak tak suka saat menyadari Kris, hyungnya masih belum tidur disaat dia baru pulang.
Chanyeol tidak mau ambil pusing, dia kembali melangkah menuju kamarnya jika Kris tidak kembali bersuara.
"Aku sedang berbicara padamu." Sepasang kaki pemuda jangkung itu berhenti bergerak. Dia memutar tubuhnya sembilan puluh derjat agar bisa menghadap Kris. Dia melemparkan tatapan dingin pada hyungnya.
Kris menutup buku yang sedari tadi ia baca, lalu berdiri dan mendatangi adiknya.
"Darimana saja kau? Sibuk dengan pekerjaan yang kau anggap penting itu?"
"Sudah tau kenapa masih bertanya?" Kris tertawa begitu mendengar jawaban ketus dari Chanyeol. Dia memandangi Chanyeol dari atas sampai bawah.
Atensinya tertahankan pada rambut adiknya untuk beberapa saat. Lagi-lagi Chanyeol mengganti warna rambutnya. Maroon untuk kali ini dan bisa dipastikan itu semua karena tuntutan dari agensinya.
Kadang dia sangat tidak habis pikir, kenapa adiknya ini lebih mementingkan pekerjaan daripada pendidikan. Padahal masa depan Chanyeol masih panjang dan jauh akan lebih cerah jika Chanyeol hidup seperti layaknya teman seusianya, fokus pada pendidikan.
Usai memandangi Chanyeol dari ujung kaki sampai ujung rambut, didetik berikutnya, lelaki yang lebih tua itu membalas tatapan dingin dari adiknya.
"Berapa lama lagi aku menunggu agar kau mau meninggalkan pekerjaan konyolmu ini?"
"Aku tidak akan pernah meninggalkan pekerjaanku ini. Lebih baik aku dikeluarkan dari sekolah bodoh itu daripada harus kehilangan pekerjaanku-"
Plak!
Belum selesai Chanyeol berbicara, satu tamparan keras telak mengenai pipinya membuat sudut bibirnya berdarah. Dia mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, dan tertawa miris.
"Kenapa? Kenapa kau selalu melakukan ini padaku?" Kris tidak menjawab. Dia masih sibuk mencekam Chanyeol dengan tatapan tajamnya itu.
"Kenapa kau selalu menyuruhku untuk berhenti berkarya?! Apa kau sudah merasa hebat, hm? Makanya kau selalu menganggap remeh pekerjaanku, begitu?" Chanyeol memberi jeda ucapannya. Dia memalingkan wajahnya sebentar, lalu bersiap kembali membentak Kris.
"TOLONG BERCERMINLAH! KAU TIDAK ADA GUNANYA DAN AKAN SENILAI DENGAN SAMPAH JIKA AYAH TIDAK MEMPERKERJAKANMU DI SEKOLAH BODOH YANG KAU BANGGAKAN ITU-"
"TUTUP MULUTMU KUNYUK SIALAN!"
Bugh!
Kini terjadilah perkelahian antara adik dan kakak di dalam rumah mereka sendiri. Keduanya terbawa emosi dan tidak bisa berpikir sehat bahwa tindakan yang tengah mereka lakukan itu adalah salah besar.
"Apaan-apaan ini?! Kris, Chanyeol, hentikan!"
Yoora selaku anak sulung turun tangan dan berhasil menghentikan kegaduhan tersebut. Gadis itu terbangun dari tidurnya karena mendengar suara kegaduhan dari bawah. Yoora sangat tidak habis pikir, kenapa dua adik lelakinya ini tidak pernah akur.
"Kris, apa-apaan kau ini?! Kenapa kau malah memukuli adikmu sendiri?! Apa kau sedang mabuk, hah? Ku pikir kau bisa memberikan contoh yang baik pada Chanyeol. Tetapi, kenapa kau malah melakukan ini?!" Kris hanya bisa diam menghadapi kemarahan kakaknya. Tetapi sungguh, semuanya diluar kendalinya.
Kini Yoora beralih pada Chanyeol, "dan kau Chanyeol-"
"Jika kau ingin menceramahiku, tolong urungkan niatmu itu. Lain kali saja, aku lelah dan aku mau tidur." Dan benar saja, tanpa merasa takut sedikitpun, Chanyeol berjalan santai menuju kamarnya dan tidak memperdulikan umpatan dari kedua kakaknya.
Sesampainya di kamar, dia menghempaskan tubuhnya ke ranjangnya. Lelaki itu mengusap rambut dan wajahnya dengan kasar. Sesekali dia mengerang dan mengumpat sekadar untuk melampiaskan emosinya.
Drrrttt ... Drrrttt ... Drrrttt ...
Getaran benda persegi panjang di saku celananya menghentikan pergerakkannya. Dia langsung menggeser tombol hijau tatkala melihat siapa nama yang tertera di layar ponselnya.
"Hm?"
"Belum tidur?"
"Seperti yang kau tahu. Ada apa menelpon? Kenapa belum tidur juga?"
"Ani, gwaenchana. Aku hanya terlalu larut memikirkanmu."
"Memikirkanku?" Chanyeol sedikit mengerutkan keningnya saat mendengar alasan konyol kekasihnya dan duduk di tepi ranjangnya.
"Aku merindukanmu."
Chanyeol tersenyum hangat mendengar dua kata tersebut dari bibir kekasihnya di seberang sana. Memang selama ini, dia sudah sering mendengar dua kata, bahkan sudah ribuan kali mengingat hubungan mereka selama ini dipisahkan oleh jarak. Namun kali ini bedanya baru beberapa jam yang lalu mereka bertemu, dan sekarang Jessica sudah merindukannya?
"Haha. Bahkan kita baru beberapa jam yang lalu bertemu. Sudah merindukanku?"
"I am so seriously Mr. Park. I miss you a lot. Mari bervideo call. Aku ingin melihat wajahmu agar aku bisa tidur."
Chanyeol terkekeh kecil, lalu menekan tombol panggilan video di layar ponselnya. Sekarang mereka bisa melihat wajah lawan bicara mereka satu sama lain.
"Omo! Wajahmu kenapa?! Apa yang terjadi?!"
Chanyeol memukul pelan jidatnya sembari merutuki kebodohannya. Ia baru ingat bahwa wajahnya masih lebam akibat perkelahiannya dengan Kris beberapa saat yang lalu.
Ia berusaha menenangkan kekasihnya tersebut kala melihat wajah cemas Jessica terlihat jelas di ponselnya.
"Gwaenchana. Bukan apa-apa, tidak perlu cemas."
"Bukan apa-apa bagaimana?! Itu wajahmu lebam parah. Bagaimana mungkin aku tidak cemas?!"
"Baiklah. Tadi, aku berkelahi dengan Kris. Dan ya- seperti yang kau lihat."
"Ya Tuhan. Kenapa bisa sampai begitu? Apakah itu sakit? Bagaimana kalau sekarang aku datang ke rumahmu untuk mengobati lukamu?"
Chanyeol membulat kedua bola matanya mendengar penuturan Jessica yang hendak ke rumahnya. Tidak, tidak boleh. Lebih tepatnya jangan dulu. Kris sedikit sensitif pada Jessica kekasihnya, mengingat karena Jessica lah Chanyeol menjadi se-populer ini. Yeah, Jessica lah yang membantu Chanyeol menjadi seorang penyanyi, dancer, dan juga aktor.
Jessica sendiri adalah seorang model yang sangat terkenal. Dia juga seorang aktris yang sering muncul di drama korea dan film luar negeri lainnya. Mereka bisa kenal satu sama lain karena pernah menjadi pemeran di drama yang sama. Dan ya- tidak disangka hubungan mereka sekarang tidak lagi hanya sekadar rekan kerja, melainkan sepasang kekasih.
Mereka sama-sama berkarya di dunia entertainment, publik. Namun bedanya, Jessica bukanlah seorang anak sekolahan seperti Chanyeol. Ya, usia mereka terpaut tiga tahun dan Jessica lah yang lebih tua.
"Hey! Aku kesana ya?"
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Ini sama sekali tidak sakit. Tidak seberapa dibandingkan dengan sakit rindu yang kurasakan selama kau jauh dariku selama ini."
Chanyeol tertawa lebar melihat semburat merah dikedua pipi kekasihnya. Bisa dipastikan sekarang Jessica merasa melayang akibat gombalan dari Chanyeol, tanpa mengetahui bahwa kekasihnya ini memiliki pujaan hati selain dia.
"Yak! Kenapa tertawa, huh?! Tidak ada yang lucu Park Chanyeol!"
"Wajahmu sangat menggemaskan. Astaga, ingin sekali aku mencubit pipimu sekarang hahaha."
"Andwae! Pipiku bisa tambah merah jika kau mencubitnya."
Jessica memegangi pipinya seakan melindungi bagian tersebut dari kekasihnya, membuat Chanyeol semakin terkekeh.
"Tidurlah. Sekarang sudah larut malam. Bukankah kau mengatakan bahwa besok kau ada jadwal pemotretan? Istirahatlah yang cukup. Aku tidak mau gadisku kelelahan."
"Arrasseo. Kau juga, nde? Video call malam ini sudah cukup mengobati rasa rinduku dan kurasa mataku sudah mau diajak untuk tidur. Kututup teleponnya ya, annyeong!"
Chanyeol tersenyum dan ikut melambaikan tangan besarnya seperti yang dilakukan Jessica.
Pip.
Pemuda itu melemparkan ponselnya ke ranjangnya. Dia menunduk dengan dalam sambil memegangi kepalanya. Sepertinya ia tengah berpikir keras.
"Sial! Kalau Jessica pindah ke Korea, lalu Seulgi bagaimana?! Ah, shit!" Kini dinding tak bersalah pun menjadi korbannya. Pria itu masih memukul dinding pembatas kamarnya berkali-kali.
Yeah, Seulgi adalah kekasihnya di sekolah. Selingkuhan mungkin? Mengingat Seulgi tidak pernah tahu siapa itu Jessica, dan apa hubungannya dengan Chanyeol.
Chanyeol dan Jessica memang menyembunyikan hubungan mereka di depan publik. Itu sebabnya tidak heran kenapa Seulgi tidak mengetahui siapa Jessica dan apa hubungannya dengan Chanyeol. Namun yang jelas, seluruh warga SOPA telah tahu hubungan Chanyeol dan Seulgi.
"Argh!"
.
Krystal's pov.
Aku benci ini! Kenapa harus aku yang melakukan penyelidikan ini sampai kemari? Ya, aku tahu ini adalah tugas dan Mr. Dean telah mempercayakan hal ini padaku dan aku juga telah menyetujuinya.
Aku menyetujuinya karena aku mencoba untuk prefesional pada pekerjaanku. Namun jika aku tahu, aku akan melakukan penyelidikan secara diam-diam dengan menjadi seorang siswi di sekolah ini, demi apapun tentu saja aku akan menolaknya! Ya, karena aku telah nyaman di sekolah lamaku bersama Suzy dan Kai.
Drrrttt ... Drrrttt ... Drrrttt ...
Video call dari Kai. Baiklah, waktu yang pas. Sekarang aku sangat ingin menumpahkan kekesalanku pada mereka.
"Apa?!"
"Omo! Aku kaget sekali melihat singa betina kelaparan tiba-tiba muncul di layar ponselku. Hahaha!"
Astaga? Apa dia memanggilku dengan sebutan singa betina kelaparan?! Ya Tuhan, kenapa dia selalu saja membuatku kesal?
"Diam kau, black Kai! Aku membencimu! Sangat, sangat, sangat membencimu!"
"Apa? Kau sangat, sangat, sangat menyukaiku? Astaga, kau adalah penggemar yang sangat baik hahaha."
Jika dia berada disini, bisa kupastikan wajahnya akan lebam dan tolong tidak perlu menanyakan siapa pelakunya.
"Sekali lagi mengejekku, aku akan pulang."
"Pulang? Oh silahkan, jika kau berani."
Demi apapun, saat ini aku sangat membenci orang yang sedang berbicara denganku ini.
"Kai, sudahlah. Kau tidak pernah berhenti membuat Krystal kesal. Harusnya kau menyemangatinya agar bisa memecahkan kasus ini!"
Kekesalanku sedikit meredam saat melihat Suzy yang mengambil alih memengang ponsel.
"Krystal-ah! Jangan dengarkan apa yang dikatakan Kai, arra? Kau hanya perlu semangat dan bersungguh-sungguh agar kasus cepat selesai, dan kau bisa segera kembali!"
Aku mengangguk sebagai jawaban. Apa yang dikatan Suzy benar. Jika aku bersungguh-sungguh, maka kasus ini akan segera terpecahkan dan aku bisa kembali ke Busan.
"Kim Kai! Ingat, aku masih memiliki dendam padamu. Karena kaulah, aku kehilangan rambut panjangku!" Ya, rambutku terpaksa dipotong dan itu semua karena ide konyol dari Kai. Dia mengatakan bahwa hal itu dilakukan agar dapat membantuku menyamar dan menyembunyikan identitas asliku.
Baik, aku jadi merasa seperti buronan polisi harus menyamar dan menyembunyikan identitas asli begini.
"Rambutmu? Omong-omong dimana kacamatamu dan kenapa kau membiarkan rambutmu terurai begitu? Hey, bukankah kau sekarang sudah berada di sekolah itu?!"
Astaga, bodohnya aku! Kenapa aku tidak menyadari hal ini dari tadi? Bagaimana jika nanti maksud dan tujuanku kemari akan terungkap sebelum pelakunya tertangkap? Bisa gagal taktik yang telah disusun.
Dengan segera aku menguncir satu rambut pendekku bak ekor kuda dan memakai kacamata bulat yang ada di dalam tasku. Baik, pasti aku terlihat lucu sekarang.
"Sempurna!" puji Suzy dari seberang sana.
"Ekor kuda di kepalamu lucu sekali, hahaha!"
"Kau ini benar-benar-"
"Kim Soojung, ayo silakan masuk." Aku menoleh. Seorang wanita muda memanggilku, dan kurasa dia adalah salah satu guru di sekolah ini. Aku mengangguk, dan dengan segera mematikan sambungan telepon setelah memberitahu Kai dan Suzy dengan bahasa isyarat.
Aku memasuki ruangan kepala sekolah dengan sedikit gugup. Ya, gugup karena khawatir penyamaranku gagal dan aku tidak berhasil menangani kasus ini. Sesekali aku membenarkan letak kacamataku untuk menutupinya.
"Sial, kurasa kacamata ini terlalu besar untukku," batinku dalam hati.
"Kim Soojung, hm..." Aku meneguk salivaku karena saking tegangnya. Detakkan jantungku juga tidak bisa diajak bekerja sama.
Ah, ya. Aku terpaksa menggunakan nama 'Soojung', haha. Namun bedanya aku mengganti margaku.
Sesungguhnya aku sangat benci nama itu, karena nama itu mengingatkanku pada keluargaku. Tidak, bukan keluargaku. Maksudku, keluarga Jung yang serakah itu. Itu sebabnya aku mengganti namaku menjadi Krystal. Krystal yang berartikan sesuatu yang berharga. Dulu aku dicampakkan seakan aku memang tidak memiliki nilai. Namun mohon maaf, orang-orang disekitarku mengatakan aku sangat berharga.
Saat itu aku sudah membantah untuk menggunakan nama Jung Soojung.Namun apa boleh buat, Kai dan Suzy telah mengatur taktik sedemikian rupa, aku hanya tinggal menjalaninya.
"Nilaimu cukup bagus. Sangat memenuhi kriteria nilai kelas eksekutif. Kau boleh memilih kelasmu sendiri. Kau ingin masuk ke kelas yang mana? Ini daftar kelas I di sekolah ini."
Gotcha! Kesempatan emas. Kurasa ini akan mempermudahku untuk bertemu dengan orang yang bernama Park Chanyeol itu, dan membawanya ke markas, lalu memaksanya berlutut meminta maaf kepada orang-orang yang telah ia rugikan.
"Haha, I can do it. Aku akan menangkapmu begitu aku mendapat bukti yang kuat atas kejahatanmu Park Chanyeol."
"Jinjja?! Baiklah, kalau begitu aku ingin sekelas dengan Park Chanyeol!"
"Apa?"
.
To be continue ~
.
Hello, apa kabar? Ada yang masih ingat sama cerita ini? Hahaha.
Can i get vote and coment for this story? I hopefull for that.
Xoxo, Lilly Chan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top