Part 63 - Yang Sebenarnya

Part kemaren ngegantung ya?

Mau tanya dong.

Kalian tim mana nih.

#bacasambilrebahan

               Or

#bacasambiltiduran

Eh sama aja deng 😂

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Rasa kecewa bisa hilang begitu saja, jika ada seseorang yang menghapus dan menggantikannya dengan kebahagiaan.
🍁🍁🍁

"Lo?"

Melody terperanjat, mengetahui siapa orang yang telah membawanya kemari. Hidungnya kembang kempis, bersamaan dengan detak jantungnya yang beradu cepat.

"Mau lo apa sih?!"

Emosinya tidak bisa dikendalikan lagi. Niatnya jalan-jalan ingin menenangkan pikiran. Malah bertemu orang yang membuat pikirannya kacau.

Sementara dihadapannya, Gitar masih menatapnya datar. Dia tahu gadis itu marah padanya. Tapi mau bagaimana lagi. Ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa bertemu dan berbicara pada Melody.

Gitar beberapa kali mengirim Melody pesan. Namun tak ada satupun pesan yang dibalas, jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

"Gue mau jelasin sesuatu sama lo," ucap Gitar, setelah lama terdiam dengan rasa bersalahnya.

"Gue udah bilang, gak mau!"

Saat Melody kembali ingin pergi, Gitar kembali mencekal tangannya. Kali ini lebih erat dari si sebelumnya. Membuat si empunya meringis.

"Harus berapa kali sih gue bilang, gue mau ngomong sama lo, Melody," ucap Gitar tegas. Tatapan matanya tak luput melihat Melody. Kedua iris mata mereka saling mengunci. "Jangan buat gue berbuat kasar sama lo."

Mata Melody memanas, mendengar ucapan Gitar yang begitu menekan. Bahkan, pergelangan tangannya terasa perih.

Gitar tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia selalu melindungi perempuan. Tapi kali ini, ia kecewa pada dirinya sendiri yang telah menyakiti Melody.

Gitar melepaskan tangannya, melangkah lebih dekat dengan Melody. Tangannya terulur menghapus air mata gadis itu.

"M-maafin gue, Ody."

Air mata Melody luruh. Ia tak tahu kenapa dalam situasi seperti ini selalu saja menangis. Gitar yang tidak tahan dengan hal itu segera membawa Melody pada dekapannya.

🍁🍁🍁

Sekembalinya Gitar dari apotek, dia segera mengambil tepat di sebelah Melody. Gitar membawa Melody di sebuah taman untuk mengobati luka Melody. Sekalian memberi penjelasan serta menyelesaikan masalah kemarin.

"Gue lama ya?"

Melody menggeleng pelan.

"Siniin tangan lo."

Karena tidak mendapat respon apapun dari Melody, Gitar segera membawa tangan gadis itu ke pangkuannya. Dengan telaten ia mengoleskan salep ke tangan Melody yang memerah karenanya.

Gitar melirik Melody yang seperti menahan perih.

"Sakit ya?" tanya  Gitar.

Melody masih tak bergeming. Dia hanya membiarkan Gitar mengobati lukanya dengan hati-hati. Hatinya terasa teduh melihat perlakuan lembut seperti itu.

Gitar menjauhkan tubuhnya ketika selesai mengobati Melody.

Melody menarik tangannya yang telah diobati. "Makasih."

"Kenapa makasih?" tanya Gitar bingung. "Itukan udah kewajiban gue. Gue yang udah buat lo luka, jadi gue juga yang harus mengobatinya."

Hati Melody tersentuh kala mendengar itu. Seperti ada sesuatu yang telah terjadi pada dirinya hari ini.

"Mau ngomong apa?" tanya Melody, tak ingin membuang waktu. Kali ini, ia memberi kesempatan pada Gitar untuk mengatakan semuanya. Orang yang baik adalah orang yang mau mengakui kesalahannya.

"Jadi sebenarnya ... gue emang sengaja ngelakuin itu ke lo, Mel." Meski terasa kelu, Gitar harus mengatakan hal itu. Jelas saja Melody tersentak mendengarnya. "Waktu beberapa hari sebelum acara mulai, ada yang mengirimkan pesan misterius ke gue.''

Gitar menjelaskan lebih detail semuanya. Dari awal adanya pesan itu dan saat ia memberi undangan ke Melody.

Melody mendengarkannya dengan saksama, bahkan ia menutup mulutnya karena merasa terkejut dengan apa yang Gitar ucapkan.

Gitar menghela napas, sebelum mengatakan kalimat terakhir yang akan diucapnya. "Makanya itu gue ngelakuin itu ke lo. Maaf."

"Kenapa ya, yang lo alami bisa sama persis kayak yang gue alami?"

"Apa?" Gitar terkejut dengan perkataan Melody.

Melody melirik Gitar. "Gue mengalami hal yang sama kayak lo, Kak. Makanya itu, pulang sekolah gue latihan biola di tempat kak Vio. Malamnya, gue latihan main gitar dan nyanyi di rumah. Buat membuktikan ke orang itu, kalau sebenernya gue mampu main musik."

"Niat gue juga membuktikan ke orang itu kalau gue lebih mampu daripada lo, Mel. Tapi gue malah nyakitin lo." Gitar menunduk.

"Gue udah maafin lo kok." Melody diam sejenak. "Yang penting, lo mau mengakui kesalahan lo."

"Makasih, Mel." Gitar tersenyum, memandang Melody lekat. "Tapi ada satu hal yang masih menggantung dipikiran gue, orang dibalik ini semua siapa ya? Kayaknya dia gak suka banget sama kita."

Sampai sekarang pun Gitar belum menyelidiki khasus itu. Orang itu juga mengirimkannya sebuah paket yang berisi kertas bertuliskan sindiran akan kekalahannya.

Tapi sekarang pesan-pesan itu sudah tidak ia dapatkan lagi. Begitu pula Melody.

"Entahlah. Gue gak mau bahas itu. Yang penting sekarang, diantara kita udah gak terjadi kesalahpahaman lagi."

Melody melihat Gitar. "Gue boleh tanya sesuatu ke lo?"

Alis Gitar terangkat, lalu kepalanya mengangguk.

"Kenapa waktu di gedung kemaren, lo pergi gitu aja ninggalin gue di panggung? Nemuin Kak Vio ya? Soalnya waktu gue gak sengaja lewat lobby, gue lihat lo sama Kak Vio. Bahkan waktu gue ngomong lo kayak gak nganggep gue di situ." Ini pertama kalinya Melody menanyakan panjang lebar pada Gitar.

Bibir Gitar terangkat, membuat simpul. "Lo cemburunya?"

Alis Melody mengernyit. "Hah?"

"Cemburu karena gue nemuin Viola? Udah deh ngaku aja."

Melody memalingkan muka. "Dih apaan sih? Cuma tanya doang juga."

"Gue ninggalin lo memang buat ketemu sama Viola, Mel. Terus waktu di ruangan itu, gue diem karena pingin meyakinkan perasaan gue ke Viola, ternyata biasa aja."

Melody kembali melihatnya.

"Gue tahu waktu itu lo kecewa. Tapi gue pingin lo tenangkan diri dulu," lanjut Gitar. "Ngomong-ngomong, bokap gue tanya apa ke lo?"

Gitar tahu jika pertemuannya Melody di lobby sehabis gadis itu bertemu dengan papanya.

"Kepo."

"Ya udah deh, kalu gak mau kasih tahu." Sebenarnya Gitar masuh penasaran akan hal itu, tapi melihat respon Melody biasa saja, dia yakin papanya jaga rahasia. "Untuk menebus kesalahan gue, mau gak gue ajak lo ke suatu tempat?" tanya Gitar, mengajak.

"Ke mana? Mall ya? Gue gak suka tempat begituan."

"Bukan.  Entar lo tahu sendiri."

Gitar berdiri, mengulurkan tangan pada Melody. Melody memandang Gitar sebentar, lalu beralih pada tangan cowok itu yang menggantung. Kemudian menyambutnya dengan senyum simpul yang membuat cowok itu ikut tersenyum.

🍁🍁🍁

Di sini, di danau yang jaraknya tak jauh dari base camp Axellez, Gitar dan Melody sedang menunggu senja di sore hari.

"Gue waktu itu pingin ngajak lo ke sini, Mel. Tapi gak kesampaian. Gak ada waktu soalnya. Tahu sendiri kan, waktu itu lo habis di culik."

Ya. Melody tentu saja ingat hari itu. "Hari setelahnya, kan ada."

"Ya. Tapi baru sekarang jadinya."

Melody menikmati panorama indah di sana. Semilir angin di sore hari, membuat beberapa helaian rambutnya berterbangan.

"Mel, duduk sini." Gitar menepuk tempat di sampingnya yang sebelumnya telah ia bersihkan dengan telapak tangannya.

Melody menyernyit melihat tangan Gitar yang melayang dihadapannya dengan menampakkan sebuah kerakal.

"Apa nih?"

"Anggap aja batu ini masalah. Terus lo lempar deh jauh-jauh ke danau."

"Tapi kan masalah kita udah selesai, Kak."

''Memang masalah lo cuma ini doang? Enggak kan? Masalah itu bisa datang lagi, lagi dan lagi lho, Mel."

"Iya sih."

"Ya udah ambil. Kita akan bareng-bareng buang beban hati kita di danau."

Melody mengambil kerakal itu. Keduanya sama-sama melemparnya di danau, disertai teriakan yang melegakan hati.

"Seru?" tanya Gitar.

"Banget. "

Sebenarnya hanya hal sederhana. Namun hati Melody bahagia. Mungkin karena orang yang di sampingnya kali ya.

"Di sini kita bisa lihat sunset lebih jelas, Mel."

Melody memandang langit yang mulai kemerah-merahan, matahri mulai tergelincir ke arah barat. "Jarang gue lihat sunset seindah ini."

"Iya, pemandangan di sini indah."

Melody melirik ke samping, merasa risi karena Gitar terus menatapnya.

"Ngapain sih?" tanya Melody. "Sunset-nya kan di depan, bukan di samping?"

"Kenapa harus lihat ke depan, kalau objek di samping gue lebih indah?" Gitar semakin lekat menatap Melody, membuat gadis itu salah tingkah.

Astaga jantung gue.

Melody merasakan debaran aneh di dadanya. Kala mendengar Gitar mengatakan hal itu. Untuk menutupi ke gugupannya, melody melengos ke samping, mengulum senyumannya.

"Cie, blushing." Goda Gitar, tersenyum.

"Siapa coba yang blushing? Enggak ye ...." Melody mengelak.

🍁🍁🍁

"Makasih ya, udah nganterin pulang."

"Ini udah tanggung jawab gue, Mel. Kan gue yang ngajak lo pergi."

Gitar menurunkan Melody di depan rumahnya. Matanya menatap sesorang yang tengah memperhatikan mereka dari kejauhan. Orang itu tiba-tiba mendekat.

"Hai, Kenn." Gitar menyapa cowok itu dengan ramah, walaupun raut cowok itu terlihat tidak bersahabat dengannya.

Bukannya membalas kata sapaan, Kenn malah menghajar Gitar habis-habisan. Gitar sengaja tidak melawan karena ia tidak mau mencari keributan. Namun situasi itu malah mengundang Kenn untuk terus memukulinya.

Melody yang melihat itu pun mencoba memisahkan mereka. "Udah, kenn, udah!"

"Gue peringatkan sama lo jangan ganggu Melody lagi. Lo udah nyakitin dia!" Teriak Kenn.

"Kenn!" Panggilan Melody pun diabaikan oleh cowok itu.

"Lo sengaja ngejebak dia. Dan sekarang lo culik dia ya?" tanya Kenn tajam.

"Gue gak nyulik ataupun bawa kabur Melody!" Gitar mulai bersuara dengan tinggi. Meskipun ia meminta lepas, tapi Kenn tak mengindahkan ucapannya.

"Kenn gue mohon sama lo jangan kayak gini. Kak Gitar gak salah apa-apa." Melody menangis, sebelumya ia belum pernah melihat Kenn semurka ini.

Kenn menghentikan pukulanya pada Gitar. Tubuhnya berangsur mundur, menatap Melody terperangah. "Lo belain dia, Mel?"

Melody tak bergeming.

"Lo belain dia sampai-sampai nangis buat dia!" lanjut Kenn dengan oktaf meninggi.

Melody melangkah ke arah Kenn, memegang kedua lengan cowok itu. "Gue gak belain dia, gue cuma gak mau lo semakin berbuat gak wajar, Kenn. Lo bukan seperti Kenn yang pernah gue kenal, lo gak pernah pakai cara kekerasan sebelumnya."

"Gue ngelakuin ini karena sayang sama lo, Mel."

"Tapi gak kayak gini caranya, Kenn ...." Melody melepaskan genggaman tangannya, lalu melihat Gitar. "Lo lihat, lo bikin anak orang babak belur, Kenn. Lo lupa sama pesan almarhum nyokap lo kalau lo gak mau berantem lagi?"

Kenn menunduk.

"Kenn, gue sayang sama lo. Gue gak mau lo lukain orang lain." Melody melanjutkan ucapannya.

Gitar bangun dengan tertatih. Ia memegangi mukanya yang balur serta dadanya yang sakit karena dipukuli.

"Mel, gue pulang ya." Gitar berpamitan.

Melody mendekat. "Kondisi lo?"

"Enggak papa, Mel. Gue cowok, udah biasa dapat kayak gini." Gitar melirik Kenn yang tengah meliriknya. "Dah."

"Hati-hati, Kak."

Sepeninggal Gitar dari sana, Kenn mendekat ke arah Melody.

"Kenapa lo pulang bareng dia. Bukanya__"

"Kenn, stop." Melody memotong ucapannya. "Ini semua hanya kesalahpahaman."

"Kesalahpahaman?" Alis Kenn terangkat.

"Iya." Kemudian Melody menceritakan semuanya.

"Kenapa lo gak ngomong masalah itu ke gue?" tanya Kenn.

"Gue gak mau lo kepikiran. Lagian sekarang udah gak ada teror itu lagi kok." Melody menghela napas. "Lo tenang aja."

"Walaupun begitu, niat Gitar ke lo sengaja, Mel."

"Iya. Tau. Kita berdua sama-sama egois buat membuktikan ke orang itu bahwa kita mampu. Emang salah yah? Enggak kan. Jadi apa salahnya gue berdamai dengan keadaan. Lagian Kak Gitar itu baik, jahat kan kalau gue gak maafin dia."

Kenn terdiam. Yang dikatakan Melody benar. Selama ini Gitar banyak menolong Melody.

"Yaudah lo masuk. Istirahat gih." Perintah Kenn.

"Oke. Lo juga hati-hati ya pulangnya."

"Alah cuma berapa langkah doang nyampe kok."

🍁🍁🍁

Melody melihat kotak nasi yang ada di tangannya. Lalu matanya teralih pada pintu kelasnya Gitar. Hari ini ia membawa sarapan untuk cowok itu sebagai permintaan maaf atas ulah sahabatnya.

Melody menghela napas, sebelum mengetuk pintu kelas tersebut. Sebelumnya ia belum pernah masuk ke ruangan anak kelas 12.

Baru saja mau diketuk, pintu sudah terbuka, menampakkan Marvel dari sana. "Eh, Melody, nyari siapa?"

"E ... Kak Gitar ada?" tanya Melody pelan.

"Ada, lo masuk aja."

Marvel berlalu keluar, sedangkan Melody masuk ke dalam. Matanya menangkap sosok yang sedang tertidur dengan menggunakan satu tangannya sebagai bantalan.

Langkah kakinya semakin mendekat. Melody mengamati raut wajah Gitar yang sedang tertidur pulas.

Walaupun babak belur. Dia masih ganteng.

Tangan Melody terulur, untuk menyentuh pipi Gitar yang lebam karena pukulan Kenn. Namun ternyata, malah membuat Gitar terbangun.

"Eh." Melody ingin menurunkan tangannya, namun lebih dahulu dipegang oleh Gitar.

Gitar menegakkan badan. Matanya mengerjap, memastikan dihadapannya gadis yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya atau bukan. "Ody, lo ngapain di sini?"

"Eh sorry, sorry, sorry. Gue gak maksud ganggu tidur lo kok. Gue cuma mau ngasih makanan aja." Melody menarik tangannya yang dipegang Gitar, lalu memberikan kotak makan itu ke Gitar. "Buat lo."

Gitar menerimanya. "Makasih."

"Kalau gitu, gue balik ya."

Belum sempat melangkah, tangsnnya lebih dahulu di cekal oleh Gitar.

"Temani gue sarapan," ucap Gitar.

"Hah?"

"Duduk, Melody."

Akhirnya Melody menurut. Dia duduk di depan Gitar.

"Em ... luka lo masih sakit?" tanya Melody.

"Mendingan kok. Tapi sekarang sembuh, pas langsung lihat lo."

"Bohong nih." Melody tertawa hambar, tak mau terbawa perasaan.

"Beneran kok."

Gitar membuka kotak makannya. Nasi goreng dengan telur dadar pemandangan pertama yang dilihatnya. Gitar lalu mencobanya. "Lo masak sendiri?"

"Iya. Gak enak ya?"

"Kata siapa? Ini enak banget lho malahan. Sering-sering aja gini."

"Oh, berarti Kakak harus sering-sering dipukul Kenn dong." Melody terkekeh.

Gitar berhenti mengunyah. "Maksudnya?"

"Gue bawain lo bekel, semata-mata untuk meminta maaf atas kesalahan Kenn semalam."

"Gue udah maafin dia kok, Mel. Dia sayang banget ya, sama lo."

"Iya. Gue orang terpenting di hidupnya selain keluarganya, begitu pula sebaliknya."

"Lo juga orang penting di hidup gue."

Melody langsung terdiam, kala Gitar mengatakan itu.

TBC

Sorry typo.

Part ini full Melody sama Gitar, ya. Ya meskipun ada Kenn juga di dalamnya.

Aku udah buatin panjang loh. Because part kemaren pendek.

Jangan lupa tinggalin jejak ya guys.

Jika tidak maka anda sungguh ter.la.lu.

Semangatin aku dong guys.

Love.

Dedel.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top