Part 33 - Idola Baru
Hai Readers. Selamat datang di part yang ke 33.
Menunggu?
Typo koreksi.
Happy Reading
🍁🍁🍁
Seseorang yang sedang iri, biasanya suka main hakim sendiri. Lalu ia pergi, setelah merasa puas hati.
🍁🍁🍁
Gitar mengulurkan tangannya untuk mengambil benda berwarna coklat itu lalu memangkunya. Jarinya meraba satu per satu senar gitarnya. Menghasilkan nada yang berirama.
Namun setelahnya, nada itu menjadi tak karuan, kacau balau.
"Aw..." Gitar memekik ketika jarinya lecet akibat memetik senar terlalu keras.
Gitar membanting gitarnya ke ranjang. Cowok itu meraih ponselnya di nakas. Jemarinya bergerak, mempuka aplikasi instagram miliknya. Dia terkejut, pertama kali yang muncul adalah vidio Melody bernyanyi. Vidio itu di posting di akun sekolah. Banyak yang nge-like vidio itu. Comen-nannya pun hampir ribuan. Bahkan, pak kepala sekolah juga ikut andil dalam hal ini.
Gitar membaca komen itu, banyak yang membangga-banggakan Melody. Menyamakan, bahkan membandingkan dirinya dengan gadis itu. Tapi jika orang yang menge-fans Gitar banget, orang itu menjadi haters bagi Melody. Termasuk sepupunya.
Bukan hanya di akun sekolah, tapi di di akun teman-teman satu sekolahnya banyak yang memposting vidio tersebut. Bahkan, anggota Lovelez banyak juga yang begitu.
"Memang, piala itu tadi lo serahin ke gue, Melody. Tapi, penghargaan, pengucapan selamat yang seharusnya milik gue udah lo rebut."
Ceklek.
Mata Gitar mengarah pada pintu yang terbuka. "Papa."
"Papa udah tau, nak, apa yang terjadi. Papa juga udah tanya pada Kaiden."
"Terus Papa mau ngeledek gitu?"
Zein mengetahui maksud omongan Gitar. Dulu anaknya itu sering membangga-banggakan dirinya sendiri, kerja kerasnya untuk mendirikan band musik yang sekarang populer di kalangan remaja. Sehingga dia berkata bahwa suatu saat nanti ada seseorang yang akan meruntuhkan egonya itu.
"Papa gak bermaksud gitu. Papa cuma mau nasihatin kamu, gak selamanya kita berada di atas, ada saatnya kita jatuh ke samping maupun ke bawah, seperti roda. Papa tau kerja keras kamu selama ini, Gitar. Tapi kamu jangan sombong juga dong, jangan terlalu membanggakan diri sendiri."
"Udah lah, Pa. Jangan bertele-tele. Intinya apa?" Gitar pusing dengan omongan Zein yang panjang lebar.
"Intinya kamu jangan sombong. Di atas langit masih ada langit."
Benar kan, papanya pasti juga ikut memuji gadis itu. Pasti papanya tadi melihat live instagram.
"Siapa gadis itu, Gitar?"
"Yang mana?"
"Yang menggantikan kamu saat manggung."
"Oh, si Melody." Gitar menjawab malas." Dia adek kelas beda satu tingkat."
"Suara dia bagus ya. Merdu, penjiwaannya juga dapat."
"Mulai deh, muji orang lain di depan anak sendiri. Nyebelin banget tau gak?" Gitar pikir papanya tak akan menyinggung soal ini, tapi ternyata ia juga. Untung mamanya sedang pergi ke luar kota untuk pameran desainer terbarunya. Jika ada di sini, maka akan melakukan hal yang sama seperti papanya.
Zein tersenyum. "Ngomong-ngomong... dia cantik. Cocok buat kamu."
"Idih, Gitar mah ogah. Lagian cantikan Viola lah, Pa."
"Cie belum move on?"
"Apaan sih, pa."
"Papa pikir, kalo kamu duet bareng sama Melody, Axellez jadi makin tenar." Zein mengalihkan topik ke semula.
"Maksud Papa, Axellez punya dua vokalis gitu?" tanya Gitar memastikan.
Zein mengangguk.
"Gak. Gitar gak mau berbagi apapun sama dia." Cowok itu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Zein yang melihat itu geleng-geleng kepala. "Gitar-Gitar, semoga aja ada seseorang yang bisa merubah sikapmu itu."
🍁🍁🍁
Embun pagi masih tercium menyejukan indra di pagi hari. Kicauan burung gereja di atap gedung sekolah terdengar merdu di telinga. Namun, semua itu hanya terjadi beberapa menit saja. Setelah Gitar melihat pemandangan yang tak mengenakkan mata.
Siswa-siswi membentuk krumunan sembari melihat artikel dalam bentuk lembaran yang ditempel pada mading.
"Minggir, minggir." Gitar membelah krumunan manusia itu. Ia ingin melihat info apa yang tertera di mading yang membuat siswa-siswi itu penasaran.
Melody Idola Baru.
Tangan Gitar terkepal membaca judul artikel itu. Di dalam kertas itu memuat tulisan dan harapan mereka agar Melody ikut bergabung dalam Axellez, menjadi vokalis band perempuan dalam grub band itu. Di mading juga penuh foto-foto Melody bernyanyi di atas panggung dan foto saat gadis itu menerima piala dari juri.
Ternyata berita mengenai bakat gadis itu tidak hanya tersebar di media sosial saja. Tapi ada yang menjadikannya bahan berita di mading. Gitar jadi khawatir, bisa-bisa jabatanya sebagai vokalis Axellez bisa direnggut oleh Melody.
Gitar yakin ini semua ulah anak jurnalistik. Jika bertemu, dia tidak akan mengampuni mereka yang telah membuat artikel yang menurutnya tidak penting itu.
"Kenapa masih pada di sini? Bubar semuanya!"
Mendengar suara Gitar yang menggelegar, mereka semua meninggalkan mading dan menjalankan aktivitas yang seharusnya.
"Gitu aja kok heboh."
Gitar melanjutkan langkahnya dengan raut wajah kesal. Dia yakin, jika artikel semacam itu tidak hanya di tempel di mading kelas sepuluh, namun kelas sebelas dan dua belas juga. Jadi, warga sekolah tahu apa yang terjadi waktu lomba festival musik akhir tahun kemarin. Padahal hanya beberapa murid saja yang boleh melihat lomba itu.
"Oh my lord, gue baru tahu suaranya kak Melody bagus banget."
"Iya yah, gak kalah sama kak Gitar."
"Menurut gue, malah bagusan suaranya kak Melody."
"Coba aja... kak Melody gabung Axellez. Pasti seneng deh gue lihatnya."
"Gue pengen deh, liat kak Melody duet bareng kak Gitar."
"Andai aja mereka pacaran."
"Ih, apaansih, kak Gitar itu cuma milik gue seorang. Titik!"
"Yeh... emang dia mau sama lo?"
Bisikan para siswi itu terdengar jelas di telinga Gitar. Cowok itu makin kesal. Telinga dan hatinya tersanya panas. Tangannya mengepal kuat. Coba saja dia tidak berada di sekolah dan orang yang berbisik tadi adalah laki-laki, pasti Gitar sudah menghajar orang itu.
"Untung kalian adek kelas. Cewek lagi. Kalo nggak, habis sama gue," gumam Gitar lirih, hanya dia dan Tuhan yang mendengar.
Cowok itu sepertinya harus segera menuju kelasnya, jika tidak, maka hatinya akan tambah panas mendengar orang memuji-muji Melody.
Congratulations Melody, you have become a new idol in this school.
"Gitar!"
Cowok itu menghentikan langkah, mendengar seseorang memanggil namanya.
"Apaan?" tanyanya ketus.
"Lo udah tau belum? Melody jadi tranding topic di sekolah. Berita yang dia gantiin lo kemaren, udah nyebar di sosmed," ujar Milo.
"Udah lah kunyuk. Lo pikir gue kudet. Media sosial gue gak cuma WhatsApp." Kalau hanya membahas itu, lebih baik dia tadi tidak berhenti.
"Eh, Gi. Kira-kira lo setuju gak sih, kalo Melody gabung ke band kita?" tanya Tristan, penasaran.
"Gue sih ogah. Males banget satu band sama orang yang angkuh kaya gitu." Apalagi Gitar tipekal orang yang tidak suka berbagi. "Lagian ya... gue kesel sama tuh anak yang sekarang jadi tenar di sekolah. Dia jadi saingan gue."
"Jangan gitu lah... suara dia emang bagus. Wajar kalo dia gak pernah tertarik sama suara lo. Lo jangan anggap dia saingan, semua orang punya bakat yang menonjol masing-masing," jelas Tristan mantap. Milo mengangguk setuju.
"Habis gimana lagi. Sana sini gosipnya tentang dia... mulu. Panas kuping gue." Gitar mengeluarkan kekesalannya. "Udah ah, daripada bahas yang gak penting, mending kita lanjut ke kelas."
Akhirnya, mereka bertiga memutuskan berjalan ke kelas.
🍁🍁🍁
"Melody, boleh minta tanda tangannya nggak?"
Melody yang baru saja lewat, mengerutkan dahinya bingung. "Buat apa ya?"
"Buat kenang-kenangan lah. Kan sekarang gue fans lo."
Melody benar-benar bingung. Kenapa siswa laki-laki itu meminta tanda tangannya. Padahal dia bukan artis.
"Lo yang namanya Melody, kan?" Muncul seorang gadis yang entah dari mana datangnya. "Gue boleh minta foto ya?"
"Eh, enak aja. Gue duluan yang di sini. Jadi gue dulu dong yang harus dapat tanda tangannya Melody."
"Yaudah selow aja kenapa sih, habis lo gue minta foto bareng Melody."
Kedua makhluk itu terus berdebat. Melody jadi pusing sendiri. Baru saja datang ke sekolah, eh masalah juga muncul.
Apa ini ada hubunganya ya, sama hal yang gue lakuin kemaren?
Sepertinya hal itu tidak mungkin. Melody tahu jelas. Jika hampir 100% siswa-siswi sekolah ini penggemar berat Gitar. Mana mungkin mereka menjadi penggemar Melody juga.
"Sorry. Gue gak bisa. Ada urusan. Gue bukan artis maupun semacamnya."
Gadis itu mempercepat langkahnya. Dia harus segera ke kelas. Sepertinya itu tempat yang aman untuk dia bersembunyi saat ini.
Sesangkan kedua orang tadi menghela napas kecewa.
Sekilas, Melody melihat artikel baru di mading. Di sana penuh foto-fotonya saat dia bernyanyi kemarin. Di sana juga tertulis kalimat yang membuat hati Melody menjadi cemas.
Kenapa sih, gitu aja langsung heboh. Gue nyesel gantiin kak Gitar kemaren.
Tidak. Segala yang terjadi tidak boleh disesali. Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Hal yang sudah terjadi tidak bisa dipukul menjadi alur mundur. Kini dia harus menghadapi masalah-masalah yang ada di hidupnya.
Saat dirinya berjalan pun. Ada murid yang diam-diam memfoto dirinya. Sama seperti yang mereka lakukan ketika Gitar lewat. Melody merasa tidak nyaman dengan hal ini.
"Heh, sini ikut gue!"
"Mau kemana?"
Zela tidak menjawab, gadis itu membawa Melody pergi dari sana. Yang melihat kejadian itu membulatkan mata. Beberapa ada yang menyusul kemana Zela membawa Melody.
"Lo mau bawa gue kemana?" Melody mencoba menepis cekalan tangan Zela, namun gagal juga. Cekalan gadis itu terlalu kuat di tangannya.
"Ck. Diem lo!"
"Lepasin kak, gue mau ke kelas!"
Melody masih mencoba menepis cekalan tangan Zela, kali ini lebih keras. Hampir berhasil. Namun Zela malah menarik bahu Melody dan gadis itu mendorongnya sehingga punggung Melody mengenai tembok.
"Aw." Bukan hanya punggungnya yang sakit, tetapi tangannya juga sakit. Cekalan Zela pada tangannya telah membiru.
"Mau lo tuh apa sih?!"
''Kenapa lo tanya gue? Harusnya gue yang tanya mau lo apa sampai-sampai bawa gue ke sini?" Melody balik bertanya.
Zela berdecih. "Gak usah sok polos deh lo. Lo pasti tau maksud gue!"
Melody semakin mengerutkan dahi. "Gue bener-bener gak ngerti."
"Alah alesan," cibir Zela. "Lo sengaja kan, gantiin Gitar di lomba kemaren biar fans lo tuh banyak?!"
"Hah?"
"Gue tau, dari dulu lo itu gak suka sama Gitar. Lo irikan gara-gara Gitar itu tenar?! Makanya lo ambil alih posisi Gitar Sekarang!"
Melody benar-benar tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Zela.
"Lo sebenernya udah ngerencanain semuanya kan? Lo sengaja ngejebak Gitar... supaya dia gak dateng ke acara lomba, terus lo gantiin posisi dia sebagai vokalis!" Zela diam sejenak. "Dan sekarang lo berhasil, lo berhasil ngalahin Gitar. Dan orang-orang di sini, pada nge-fans sama lo, Melody."
"Gue gak ngelakuin itu semua." Melody mengelak. Mana mungkin dia berbuat sejahat itu.
"Lo bener-bener ya, Melody. Sifat lo! gak sepolos muka lo ini!"
"Apa yang lo tuduhin ke gue itu gak benar!" seru Melody di depan wajah Zela.
"Gak usah ngelak. Mana ada sih maling mau ngaku? Kalo ada penjara penuh." Zela terus saja menyudutkan Melody.
"Mana ada juga, sih, orang yang gak bersalah harus mengakui hal yang sama sekali gak pernah ia lakukan." Kesabaran Melody benar-benar terkuras.
Tangan Zela mengapit dagu Melody kencang. "Terus lo pikir gue harus percaya sama mulut munafik lo itu? Nggak Melody!"
Mereka tidak menyadari bahwa sedari tadi mereka menjadi tontonan oleh para siswa-siswi.
Zela melepaskan tangannya dari dagu Melody. Matanya teralih pada benda yang sedang di pakai Melody. Kalung perak berbandul nada musik. Melody memakai kalung itu karena itu adalah peninggalan dari kakaknya.
"Kalung lo bagus juga ternyata." Zela mengembangkan senyum smirk-nya.
"Ja... jangan. Itu peninggalan dari kakak gue."
"Oh kalung warisan. Hm... menarik." Zela menarik kalung itu hingga terlepas dari leher Melody.
Bukan hanya lehernya yang sakit. Tapi hati Melody juga sakit. Tak sadar air matanya turun membasahi pipi.
"Uh lepas ya. Poor Melody. Ck... ck.. ck." Zela tertawa. Tertawa di atas penderitaan orang lain.
Semua yang ada di sana hanya diam dan mengasihani Melody. Mereka takut jika membantu Melody mereka kena imbasnya. Pasalnya Zela bisa saja berbuat nekat. Dan sekarang, Zela yang baik berubah menjadi Zela yang dulu suka mem-bully.
Melody mengambil kalungnya yang kini terbelah jadi dua. Dia kembali berdiri menghadap Zela penuh emosi.
"Dasar iblis betina!" teriak Melody murka.
Plak.
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Melody. Tamparan itu membekas, bekasnya terlihat jelas.
Melody memegangi pipinya yang terasa perih. Air matanya semakin menetes, namun tidak diiringi isak.
"Zela!"
Teriakan itu membuat Zela dan Melody menoleh. Gitar berjalan ke arah mereka.
"Lo apa-apaan sih?! Kenapa nampar Melody?" sentak Gitar.
"Kok lo marahin gue sih. Gue itu belain lo, Gitar. Gue bantuin lo nyingkirin si hama ini," tunjuknya pada Melody. "Gara-gara dia, lo telat dateng ke acara lomba kemaren. Dia sengaja mau gatiin posisi lo di Axellez."
"Cukup!" sergah Gitar. "Melody itu gak seperti yang lo pikirin. Justru dia malah bantuin Axellez supaya sekolah kita gak malu karena keterlambatan gue. Lagian semua ini ulahnya Yasa bukan Melody."
"Gitar, lo jangan mudah percaya sama wajah sok polosnya dia."
"Cukup, Zela!" seru Gitar. "Mendingan sekarang lo pergi dari sini!"
"Tapi Gitar_?"
"Pergi! Pergi...!"
Dengan amarah dan rasa malu, Zela pergi dari sana.
Gitar menghampiri Melody yang masih terdiam bersandar di tembok. "Lo gak papa kan, Melody?"
Melody menggeleng lemah.
Tangan Gitar terulur menghapus air mata Melody. Kemudian mengusap lembut pinggiran pipi Melody yang merah akibat tamparan Zela. "Apa ini sakit?"
Melody terdiam bibirnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan Gitar itu. Karena wajah cowok itu pas dihadapannya. Hanya terpaut beberapa senti saja.
Cup
Mata Melody membelalak, ketika benda kenyal menyentuh permukaan pipinya.
"Semoga ini bisa mengurangi rasa sakit lo." Gitar tersenyum sembari mengusap lembut pipi Melody.
Tbc
Sorry typo.
2235 word. Nulis sampe jempol ledes.
Baper gak tuh dicium sama cogan? :v
Kalo jadi Melody, apa yang kalian lakuin.
1. Teriak kesenangan.
2. Senyum-senyum gak jelas.
3. Atau pingsan?
4. Atau... nampar Gitar.
5. Isi sendiri.
Oh iya. Kalung yang di pakek Melody ada di atas ya.
Maaf ya baru bisa update cerita ini. Jangan bosen-bosen ya sama cerita ini. Jangan lupa vote dan komennya.
Kepoin akun ig ku yuk. @della_riana24 . Minta follback dm aja ya.
Love Dedel
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top