Part 31 - Sang Juara
Happy reading semua.
Pada nungguin ya.
Terima kasih teruntuk kalian yang masih baca cerita abal-abal Dedel ini sampai part ini.
🍁🍁🍁🍁
Impian itu tidak bisa dihentikan. Makanya itu harus dikejar sampai tercapainya sebuah keberhasilan.
🍁🍁🍁🍁
~~°~~
"Gue yakin banget. Bahwa ini semua disengaja."
Gitar telah menceritakan semuanya kepada teman-temannya tentang hal yang dialaminya. Mobil bocor di tengah jalan karena tertancap paku memang tak masuk akal. Pasti semua ini disengaja oleh seseorang. Mereka mengetahui, bahwa Gitar datang tidak dengan rombongan Axellez yang lain.
"Sabar ya, Gi. Kita gak tahu kalau kejadiannya kaya gini. Harusnya tadi kita samperin ke rumah lo. Gak datang duluan ke sini." Marvel menyesal.
Gitar menangkap raut kekecewaan dari wajah sahabatnya. "Jangan sesali apa yang terjadi, Vel. Gue gak kenapa-napa kok. Nama baik Axellez dan sekolah kita juga gak jadi tercemar."
"Ini semua berkat Melody. Kalo aja, dia gak naik di atas panggung, uh... gue gak bisa mikirin betapa malunya kita. Mau tampil apa kita di sana." Tristan mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. "Apalagi di sana ada Yasa dan band-nya. Bisa kalah telak."
"Eh tapi... gue bingung deh. Tuh cewek kok bisa hafal lagu kita ya? Itu ciptaan yang rahasia loh, cuma Axellez dan kak Kaiden yang tau. Kenapa dia fasih banget nyanyinya?" tanya Derby bingung. Dia masih curiga terhadap gadis itu.
"Iya sih. Gue juga lagi mikirin itu," sahut Milo.
"Oh iya, Gitar. Waktu itu lo bilang lirik lagu yang ada di elo ilang, kan?" Tristan mengingatkan. "Itu udah ketemu belum?"
"Iya gue ingat. Dan sampai sekarang kertasnya belum ketemu. Gue curiga, jangan-jangan... Melody yang ngambil lagi." Pikiran Gitar tertuju pada arah itu. "Atau dia ikut campur dalam rencana itu? Dia ikut tim Yasa."
"Gak mungkin!" sangah Marvel. "Melody itu gadis baik. Dia gak mungkin ikut andil dalam rencananya Yasa untuk menghancurkan Axellez. Lagipula... jika dia tim Yasa, mana mungkin dia membantu Axellez dengan menyumbangkan suara merdunya di panggung."
"Kenapa lo seyakin itu sama dia, Vel?" tanya Derby. "Oh gue tau... jangan-jangan lo suka ya sama cewek itu? Gue pernah liat, lo beberapa kali deket sama dia."
"Bisa gak sih, lo jadi orang jangan nething? Gue suka sama Melody atau enggak itu bukan urusan lo." Marvel menghardik. "Emangnya si Melody kenal sama Yasa? Enggak mungkin juga, kan? Orang dia sama vokalis band sekolah sendiri aja acuh tak acuh. Apalagi vokalis band sekolah lain?"
Pernyataan Marvel itu ada benarnya juga. Melody saja pada Gitar sikapnya seperti itu. Mana mungkin dia dengan senang hati membantu vokalis band sekolah lain dan ingin membawa nama baik sekolahnya tercemar? Sepertinya Melody cukup waras untuk hal itu.
Gitar membatin. Wait? Berarti itu sama aja Marvel mengata-ngatai gue dong? Gara-gara Melody nih.
"Udah. Jangan berdebat." Milo melerai perselisihan yang ada. "Mendingan setelah acara selesai, kita tanya Melody apa yang sebenarnya terjadi."
"Wah... bagus juga saran lo. Tumben otak lo pinter, Mil?" Tristan terheran-heran. "Jadi bijak lo sekarang ya?"
"Iya dong. Siapa dulu dong? Milo gitu loh." Milo menepuk dadanya dengan bangga.
"Alah, merek susu aja bangga lo."
"Apaan sih, Der. Syirik aja lo sama gue?"
"Bisa gak sih kalian jangan berdebat di sini. Ini tempat umum. Malu diliatin sama yang lain," ucap Gitar.
"Sorry," kata Milo dan Derby bersamaan.
Disisi lain, Yasa menepalkan tangannya. Cowok itu merasa kesal. Rencananya memang berhasil menahan Gitar. Tapi membuat Axellez dan sekolahnya Gitar malu telah gagal.
"Gimana nih, Yas. Penampilan Axellez tadi lebih bagus."
"Terus kenapa? Jugaan tadi vokalisnya bukan Gitar. Gue masih yakin kalo kita yang akan menang."
Yasa masih bersikukuh dengan pendiriannya. Bahwa dia dan band-nya lah yang akan memenangkan lomba ini. Walau sebenarnya hatinya masih cemas, bagaimana mungkin ada seorang gadis yang menggantikan Gitar menjadi vokalis? Mana suaranya merdu banget lagi.
🍁🍁🍁
Semua peserta festival musik telah selesai menampilkan kemampuan mereka masing-masing. Kini para juri sedang berunding untuk memilih penampilan yang terbaik diantara yang baik.
"Gitar, lo gak keberatan kan, kalo tadi Melody gantiin lo?" tanya Viola.
Gitar menggeleng. "Enggak ko, Vi. Mungkin aja kalo Melody gak gantiin gue... Axellez udah di diskualifikasi."
Viola tersenyum. Syukurlah, Gitar mau mengerti dan memahami situasi ini. Biasanya cowok itu kan tidak suka mengalah.
"Eh, si Melody kok gak ada ya? Gak balik lagi apa dia ke sini?" celetuk Tristan.
"Emang dia kemana?" Kaiden bertanya-tanya.
Tristan mengangkat bahu. "Gak tau, kak. Habis manggung dia turun duluan ninggalin kita."
"Gue curiga, jangan-jangan... dia nyamperin Yasa. Dan Melody ada hubungannya sama ini semua." Derby menaruh rasa curiga.
"Udah lah, Der, kita udah bahas itu tadi. Jangan diperpanjang," sanggah Marvel.
"Kalo gitu... gue mau cari Melody dulu. Dia harus ke sini. Sebentar lagi pengumuman para juara akan dimulai."
Viola meninggalkan teman-temanya. Dia mencari keberadaan Melody.
"Melody kemana ya? Ke kamar kecil atau ke staf komsumsi?" gumam Viola.
Akhirnya dia mengambil langkah ke belakang panggung. Senyum terbit di wajah Viola. Menemukan Melody sedang berbincang bersama Kenn dan Willona.
"Melody."
Melody yang merasa terpanggil pun menoleh.
"Lo ditungguin sama yang lain. Sebentar lagi pengumuman juara akan dimulai. Yuk."
Melody menoleh sebentar pada Kenn dan Willona. Kedua sahabatnya itu memejamkan mata dan tersenyum sebagai penguatan pada Melody.
"Ayo, Mel, kita ke depan." Kenn menggenggam tangan Melody.
🍁🍁🍁
Deg-degan. Ya, itu yang semua orang rasakan. Band dari sekolah mana yang akan meraih juara pada lomba festival musik akhir tahun ini.
Sepertinya para juri telah memutuskan tiga besar peserta yang pantas memperoleh penghargaan.
Kini kertas pemenang telah juri berikan kepada MC. "Wah, wah, wah. Rupanya para juri kita telah memutuskan pemenangnya nih kawan. Kalian penasaran gak?"
"Penasaran...." Orang-orang yang berada di aula itu menjawab serempak pertanyaan MC.
"Sama dong, saya juga. Oke baiklah... untuk mempersingkat waktu, saya akan umumkan peraih juara tiga besar lomba festival musik akhir tahun kali ini." MC itu diam sejenak. "Kita mulai dari juara tiga dulu ya...?"
Mc itu tersenyum setelah membaca catatan juara dari juri. "Juara ketiga, lomba festival musik akhir tahun jatuh kepada... SMB...."
Tepuk tangan sebagai aprisiasi SMB/School Music Band yang telah memperoleh juara tiga. Anggota band tersebuta tersenyum bahagia. Walaupun bukan memperoleh juara pertama, tapi mereka bisa membawa nama baik sekolah mereka.
Mc itu kembali bersuara. "Untuk juara kedua, di raih oleh...band Eleven."
Juara ketiga dan juara kedua sudah diperoleh oleh mereka. Kini suasana semakin mencekam. Mereka ingin tahu siapa yang memperoleh juara pertama.
"Jelas yang memperoleh juara pertama band-nya kita lah. Gak mungkin Axellez," ucap Yasa kepada teman-temannya.
"Iya dong. Secara band mereka lagunya cuma abal-abal. Terus hampir kena diskualifikasi lagi," timpal teman Yasa.
Mata mereka kembali mengarah ke panggung. Menanti ucapan Mc.
"Duh, dua juara udah tau. Sekarang giliran juara pertama nih. Hem...kira-lira siapa ya?"
"Axellez."
"Yasa and friends."
"Abadi band."
Dan masih banyak lagi band-band yang para penonton sebutkan yang mereka yakini menjadi juara pertama.
Kembali lagi ke panggung. "Baiklah, juara pertama, lomba festival music akhir tahun diberikan kepada... jeng...jeng...jeng...jeng.... Axellez. Beri tepuk tangan yang meriah untuk Axellez."
Axellez yang namanya di panggil merasa bangga. Ini untuk ketiga kalinya mereka memenangkan lomba festival musik yang diselenggarakan setahun sekali oleh pemerintah provinsi.
Senyuman hangat muncul di wajah mereka semua.
"Ya ampun, Mel. Ini berkat suara lo itu. Selamat ya." Willona berbisik pada sahabatnya.
Melody masih terdiam. Dia ikut senang dengan kebahagiaan yang diperoleh Axellez. Tapi hatinya merasa cemas, dia merasa tak enak hati tiba-tiba naik ke panggung menggantikan Gitar.
"Gue bilang juga apa. Axellez pasti menang," ucap Milo bersemangat.
"Silahkan buat Axellez naik ke panggung." Mc mengintruksi.
"Yuk kita ke panggung," ajak Derby.
Derby, Tristan, Gitar, Marvel, dan Milo siap naik ke atas panggung.
"Tunggu." Suara seksi acara menghentikan langkah mereka.
"Kenapa?" tanya Gitar.
"Bukan kamu yang seharusnya maju. Tapi gadis tadi yang menjadi vokalis itu," ucapnya.
Rahang Gitar mengeras. Dia tidak suka dengan apa yang diucapkan orang dihadapannya. Bagaimana mungkin Melody menggantikannya? Mungkin saja tadi Melody menggantikannya saat dia terlambat datang. Jika seperti ini bisa-bisa Melody benar-benar menyingkirkannya jadi vokalis Axellez.
"Oh... yaudah kalo gitu." Gitar mundur beberapa langkah. "Mel, lo yang naik ke atas panggung."
"Hah? Gue?" Melody membeo.
Gitar mengangguk malas.
"Ayo, Mel," ajak Marvel. Tangan marvel meraih jemari Melody. Membawa gadis itu naik ke panggung.
Piala itu di serahkan langsung dari penyelenggara acara kepada Axellez.
"Kak Marvel aja." Melody merasa tak pantas jika dia yang akan menerima piala tersebut.
"Kenapa gue? Lo yang pantas, Mel. Berkat suara lo yang merdu itu kita menang." Marvel menggeser tubuhnya, membiarkan Melody mengambil piala itu.
Tepuk tangan meriah diberikan ketika Melody menerima piala itu. Jantungnya berdebar. Seumur-umur baru pertama kali dia mendapat penghargaan yang disaksikan secara langsung oleh orang-orang.
Harusnya gue yang di sana. Buka elo, Melody. Gitar melipat tangannya di dada. Dia bingung harus senang atau sedih sekarang. Gitar senang karena perolehan juara pertama di dapatkan Axellez. Disisi lain dia sedih karena bukan dia-lah yang membawa nama baik Axellez itu. Tetapi orang lain, adik kelas yang sering membuatnya kesal akan sikapnya.
"Terima kasih kepada Allah SWT. Lovelez dan teman-teman semua. Pak kepala sekolah, dan doa kalian semuanya. Berkat kalian, Axellez bisa memperoleh juara pertama." Kali ini Melody yang menjadi perwakilan untuk berbicara. Gadis itu tidak pernah berbicara kepada umum sebelumnya. Jadi jantungnya deg-degan. Dan Melody hanya mengatakan apa yang berada di pikirannya kali ini.
Mata Melody melihat pada Gitar yang tengah menatapnya datar. Dia tahu, sebenarnya Gitar nampak tidak rela jika dirinya-lah yang berdiri di panggung saat ini. "Saya rasa, saya tidak berhak mendapat piala ini. Karena... sebenarya saya hanya vokalis pengganti. Vokalis yang sebenarnya adalah kak Gitar. Kak Gitar... piala ini buat lo."
Entah mengapa Gitar merasa Melody berbicara seperti itu untuk pencitraan semata.
"Boleh gak kakak naik ke atas panggung?" Melody melanjutkan perkataannya.
"Naik... naik... naik." Sorakan para fans itu membuat Gitar naik ke atas panggung. Sebenarnya dia malas menuruti permintaan Melody agar dia ke panggung.
Melody menyerahkan piala itu pada Gitar. "Terima ya."
Gitar menyambutnya sengan senang hati. "Makasih," ucap Gitar dengan senyum yang dipaksakan. Piala ini memang seharusnya jadi milik gue.
Kemudian Axellez tak terkecuali Melody berfoto bersama di panggung.
Setelah Axellez dan pemenang yang lain turun dari panggung. Panggung kini kembali dikuasai oleh Mc. "Selamat buat para pemenang. Ada satu kejutan lagi. Rupanya para juri telah menambah satu juara lagi. Yaitu sebagai juara harapan. Juara harapan akan diberikan oleh... Yasa and friends.
Yasa dan teman-temannya maju ke panggung.
"Ngarep juara pertama sih lo. Sekarang malah jadi juara harapan." Milo terkekeh.
"Eh, Milo. Gak boleh gitu," ucap Rebbeca.
''Abis gimana. Gemes sih sama mereka. Pengen cubit ginjalnya."
🍁🍁🍁
"Sebentar dulu dewan juri. Saya ingin berbicara sebentar." Bukannya mengucapkan terimakasih atau apa pelatih band-nya Yasa itu malah mengucapkan hal lain.
"Gimana bisa Axellez memenangkan juara pertama? Padahal vokalis yang tadi bernyanyi bukan vokalis Axellez yang sesungguhnya. Bagaimana bisa band yang mengalami penggantian vokalis saat-saat detik terakhir tampil bisa menang juara pertama? Ini tidak adil."
Semuanya menatap arah panggung. Ada beberapa yang setuju dengan pendapat pelatih band-nya Yasa itu. Ada juga yang tidak.
"Gini nih jika orang yang terlalu iri. Melakukan cara apapun." Kaiden tak habis pikir. Segitu irinya mereka pada Axellez sampai-sampai bertindak seperti itu.
"Cara ingin mengetahui lagu kita gagal, jebak gue juga gagal, sekarang mereka melakukan cara ini?" Gitar geleng-geleng kepala.
Mendengar ucapan Kaiden dan Gitar yang seperti itu, Melody jadi yakin bahwa Yasa-lah yang melakukan ini semua. Dia mematai-matai dari jauh-jauh hari. Yada juga-lah yang Melody lihat di belakang aula sedang menelepon seseorang untuk menjalankan rencana jahatnya.
Yasa yang berada di samping pelatihnya itu tersenyum. Dia berharap juri akan merubah keputusan untuk memberikan kuara pertama. Walaupun pialanya sudah diberikan pada Axellez tapi kan bisa dirubah.
Salah satu juri berdiri dari tempatnya. Dia angkat bicara. "Terimakasih atas pendapat anda. Sebelumnya saya minta maaf buat semua yang tidak setuju dengan keputusan kami. Tapi kami rasa... Axellez memang pantas mendapatkan juara. Memang, vokalis yang tadi bernyanyi bukan vokalis yang sebenarnya. Tapi di syarat pendaftaran tidak ada tulisannya tidak boleh berganti vokalis saat tampil, kan?"
Pernyataan itu membuat mulut pelatih band-nya Yasa bungkam.
"Dan gadis tadi bernyanyi dengan sangat merdu. Benar-benar sangat menjiwai dari hati. Kami baru pertama kali melihat orang bernyanyi tulus dari hati. Kami rasa kami tidak salah jika memilih Axellez jadi juara."
Pelatih beserta Yasa dan teman-temannya itu turun dari panggung dengan perasaan kesal. Bukannya mendapatkan apa yang mereka harapkan, mereka malah mendapat malu.
"Hu...."
Sorakan ejekan itu ditunjukkan kepada mereka.
Kenn semakin dekat dengan Melody. Membisikkan sesuatu pada gadis itu. "Impian itu tidak bisa dihentikan. Makanya itu harus dikejar sampai tercapainya sebuah keberhasilan."
"Lo ngomong apa sih, Kenn. Gue gak ngerti?"
"Lo akan mengeri semuanya, beberapa hari ke depan." Kenn tersenyum, mengacak-acak rambut Melody.
TBC
Hai readers. Sorry ya baru update. Soalnya pusing banget buat mikirin part ini.
Kalo typo maaf ya males ngedit soalnya.
Aku usahain biar nge-feel alurnya. Biar kalian juga gak bosen bacanya.
Dan buat kalian yang udah baca cerita ini semoga puasnya.
Jangan lupa voment and share ke temen-temen kalian. Terutama bagi yang suka hal-hal yang berhubungan dengan musik.
Love
Dedel
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top