Part 26 - Syair Yang Kini Meredup.

Ada yang masih semangat membaca sampai part ini?

Sorry typo.

Happy reading buat semuanya.

      ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Andai waktu bisa diputar kembali, ingin ku ulangi lagi masa-masa itu. Masa indah aku bersamamu, mengalunkan nada dan irama yang syahdu.

     ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

   🍁🍁🍁

Mata Melody mengerjap saat sinar matahari masuk ke dalam retina matanya. Gadis itu menoleh ke samping, melihat sang bunda membuaka gorden kamarnya.

"Sudah bangun kamu?"

Melody tidak langsung menjawab pertanyaan Hilda. Gadis itu duduk untuk mengumpulkan kekuatannya lalu mengucek-kucek matanya yang masih mengantuk.

"Iya. Bun, Ody kok bisa di kamar ya? Ody gak inget deh. Terakhir, kayaknya Ody masih ada di pesta." tanya Melody kebingungan.

"Tadi malem Kenn yang bawa kamu. Kamu ketiduran di mobilnya dia. Kayaknya kamu capek banget. Jadi... Bunda minta tolong Kenn buat gendong kamu ke kamar. Kamu kan berat, gak mungkinkan Bunda yang gendong? Apalagi, tadi malem Ayah lembur."

Senyuman manis terbit di bibir Melody. Kenn sangat peduli padanya.

"Udah sana mandi terus makan. Nanti telat lho... berangkat sekolahnya." Hilda mengelus-elus puncak kepala anaknya.

''Iya, Bun."

Hilda keluar dari kamar Melody.

Gadis itu baru ingat. Semalam dia dan Kenn sepertinya meninggalkan Willona di pesta. Dia lupa, jika dia tidak hanya datang berdua dengan Kenn. Tapi dengan Willona juga.

"Pasti Willona marah banget deh, ke gue," gumam Melody, panik.

Gadis itu meraih ponselnya yang berada di nakas. Sepertinya dia harus segera menelpon Willona.

"Astaga, pakek lowbat lagi." Melody melempar asal ponselnya ke ranjang, lalu mengacak-acak rambutnya.

Melody menuruni ranjang, dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi, Melody segera mengenakan seragam sekolahnya. Gadis itu mengambil ponsel yang masih berada pada ranjangnya. Lalu mengisi batreinya menggunakan power bang. Melody tidak bisa meninggalkan ponselnya begitu saja, pasti nanti guru akan menyuruhnya untuk mencari bahan materi melalui internet.

"Untung aja power bang-nya udah gue case. Kalo gak, bisa mati kutu nanti kalo guru nyuruh cari materi di internet." Lantas, Melody langsung memasukkan ponsel yang diisi daya menggunakan power bang itu ke dalam tasnya.

Tok...tok...tok.

Ketukan pintu itu membuat Melody menoleh. "Iya, sebentar."

Selesai menali sepatu, Melody berjalan ke arah pintu. Gadis itu membuka pintu secara perlahan. Kenn sudah bersandar di samping pintu sudah rapih menggunakan seragam sekolah dibaluti hoddie hitam kesukaannya.

"Lama banget sih lo. Udah gue tungguin dari tadi. Sampe sarapan gue selesai." Jika pagi hari Kenn selalu sarapan di rumah Melody, rumah yang dia anggap seperti rumahnya sendiri. Kenn jarang sarapan di rumahnya. Dia malas sekali bertemu dengan mama tirinya.

"Iya, maaf. Ayo, buruan berangkat, nanti telat!" Melody meraih pergelangan tangan Kenn. Membawa cowok itu lari meniruni tangga.

"Bun, Ody sama Kenn berangkat ya?" ucapnya, ketika sudah sampai bawah.

"Kamu gak sarapan?" tanya Hilda.

"Gak keburu."

"Eh tunggu sebentar. Kalo gak keburu sarapan bawa bekal aja. Bunda akan siapin." Hilda memasukkan sandwich buatannya ke dalam kotak makan.

"Gak usah, Bunda. Ody bisa sarapan di kantin." Melody menolak.

"Makanan di kantin itu gak sehat, Dy. Lagian kamu-kan punya asam lambung. Nanti maag-mu kumat lho...." Selesai mengemasi, Hilda menyerahkan bekal itu pada Melody. "Nih."

"Ody berangkat Bunda, Assalamualaikum." Melody mencium punggung tangan Hilda.

"Waalaikumsalam."

"Kenn juga berangkat ya, Bunda." Kenn ikut menyalimi Hilda.

"Iya. Hati-hati bawa mobilnya, Kenn."

Kenn mengangat jempolnya sebagai jawaban pesan dari Hilda.

                             🍁🍁🍁

"Lo kenapa sih, Mel, jalannya buru-buru gitu. Kaya di kejar setan aja deh."

Mereka berjalan di koridor sekolah. Kenn berusaha menyamai langkah kaki Melody yang begitu cepat. Sudah berulang kali dia tertinggal di belakang.

"Mel."

Melody menghentikan langkahnya saat Kenn memegang pergelangan tangannya. Gadis itu membalikkan badannya, netra matanya bertemu dengan mata hazel milik Kenn.

"Apaan sih, Kenn. Gue buru-buru tau nggak?" Melody melepaskan tangannya dari cekalan Kenn.

"Yaelah, bel masuk masih sepuluh menit lagi kali."

"Gue marah sama lo, Kenn," kata Melody tiba-tiba.

Dahi Kenn mengerenyit. "Lha, emang gue ada salah apa sama lo? Perasaan kemaren baik-baik aja deh."

"Lo kenapa ninggalin Willona di pesta? Pasti dia marah banget ke gue. Dia yang ngajak, dia yang ditinggal. Ini gara-gara lo, Kenn!"

"Kok gue yang di salahin sih. Yang ngotot minta pulang siapa? Yang ketiduran di pelukan gue siapa? Amnesia mbaknya?" tanya Kenn.

Melody bingung harus berkata apa. Pertanyaan Kenn membuatnya mati kutu. "Ya... ya... ya gue lupa. Gue lupa kalo kita datengnya sama Willona juga. Lo bukannya ngingetin malah diem aja."

Kenn menghela napas kasar. "Nyalahin gue lagi. Emang bener ya kata orang-orang. Cewek selalu benar."

"Nah itu tau," balas Melody tegas. "Udah ah, gue mau ke kelas. Bye."

Melody melanjutkan langkahnya. Kenn mendengus, lalu ikut mengikuti Melody.

Sesampainya di Kelas X IPA 1. Melody menghentikan langkahnya. Hal itu membuat Kenn juga berhenti melangkah. Melody menoleh pada Kenn. "Ngapain lo ikut berhenti di depan kelas gue? Oh gue tau, mau minta maaf sama Willona juga ya?"

"Idih, ogah banget gue minta maaf sama nyai rombeng. Lagian gue juga buru-buru ke kelas gue. Mau nyalin jawaban temen. Lupa gue belum ngerjain PR Matematika."

"Kebiasaan lo," cibir Melody.

Kenn mengangkat bahunya. "Bodo."

Setelah Kenn masuk ke dalam kelasnya yang berada di samping kelas Melody, Melody pun langsung masuk ke dalam kelasnya, mencari keberadaan Willona.

"Will, lo kok pindah duduk ke belakang. Kenapa? Sini aja sama gue. Masa gue duduk sendiri sih?" Melody terkejut. Pantas saja kursi yang berada di sebelah kursinya kosong. Orang si empunya yang duduk di sampingnya saja pindah duduk ke belakang.

Segitu marahkah, Willona padanya?

"Ogah!" tolak Willona mentah-mentah.

"Why?" Lalu Melody melangkahkan kakinya menuju Willona. "Lo marah ya sama gue gara-gara gue sama Kenn ninggalin lo di pesta semalem? Sorry, Will, gue lupa. Suer."

"Lo pikir sendiri aja, Mel. Gue yang ngajakin. Gue yang ditinggalin. Tega lo!" Willona mengeluarkan kekesalannya.

"Gue lupa kalo kita dateng bareng lo, Will. Terus tadi malem lo pulangnya gimana? Naik apa?"

"Gak usah sok khawatir gitu. Lagian gue juga gak kenapa-napa kok. Cuma kesel aja sama lo. Tadi malem gue pulang dianter sama kak Viola."

"Lo maafin gue kan, Will. Gue janji, gak akan mengulangi hal itu lagi," ucap Melody dengan yakin.

"Belum. Enak aja lo pulang berduaan sama Kenn, sedangkan gue ditinggal di pesta sendirian. Kalian itu gak mikirin gue ya... malah enak-enakan lagi berduaan."

Melody menahan senyumnya. "Emang kenapa, Will, kalo gue berduaan sama Kenn? Lo cemburu...?"

"Hah? Eng... enggak lah. Enak aja!" Willona jadi gugup.

"Masa?"

"Iya, Mel. Tau ah, sebel gue sama lo." Willona berdiri dari tempatnya, pindah ke tempat duduknya yang semula.

Melody yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Gadis itu duduk ditempatnya yang di sebelah Willona.

"Jadi... lo maafin gue gak nih?"

Willona menoleh "Ada syaratnya tapi."

"Apa?"

"Nanti gue nyontek kalo ada tugas kimia. Awas kalo lo gak mau."

Melody hanya mengembangkan senyum. Dia tahu betul sifat Willona, gadis itu tak akan lama marah dengannya. Sebab jika Willona memusuhi Melody, siapa lagi orang yang ingin dimintai contekan jika ada tugas mendadak dari guru?

                              🍁🍁🍁

Kebiasaan Melody biasanya jika sedang boring yaitu menulis memoar. Karya yang sering dianggap orang sama dengan auto biografi ini sering ia tuliskan pada buku diary kecil berwarna biru muda.

Kini Melody ingin menuliskan yang dialaminya kisahnya tadi dengan Willona. Yang sudah hampir dua tahun ini menjadi sahabatnya selain Kenn. Melody menuliskan bagaimana sikap Willona tadi yang mendadak jadi gugup ketika ia menyimpulkan bahwa gadis itu tengah cemburu padanya yang dekat dengan Kenn. Padahalkan... Melody sudah 16 tahun berteman dengan Kenn. Melody yakin jika Willona punya perasaan pada sahabatnya itu. Terlihat dari matanya ketika bertemu dengan Kenn.

      Hari ini aku akan menuliskan tantang kisah sahabatku yang mencintai sahabatku yang lain.

Begitulah kira-kira judul memoar yang ditulis gadis itu. Melody tersenyum sambil menulis kisah sahabatnya itu. Tak terasa tulisannya sudah selembar lebih.

"Hayo. Nulis apa lo?!"

Melody terlonjak kaget ketika mendapati seseorang yang memegang bahunya kencang. Siapa lagi kalau bukan Willona.

Cepat-cepat Melody menutup tulisan memoarnya. Jika Willona membacanya pasti gadis itu marah besar. Enak saja Melody menulis kisahnya seperti itu.

"Ya elah. Pelit amat sih lo, Mel? Lihat dong." Willona berusaha menggapai buku yang Melody sembunyikan di samping tubuhnya. Tapi tetap saja tidak bisa.

"Privasi."

"Oh... Sekarang gitu ya. Main sembunyi-sembunyi sama gue. Gue tebak... lo nulis pertemuan lo sama kak Gitar tadi malem ya?" Pendapat Willona.

''Enak aja. Amit-amit, Will."

"Atau kak Marvel?" tebak Willona kembali.

"Ngapain gue nulis tentang kak Marvel? Melody malah balik bertanya.

"Tau ah. Kelamaan lo. Udahlah sini gue mau liat." Willona mengulurkan tangannya ke Melody.

"Jangan!"

Willona sangat penasaran. Gadis itu menyiapkan aba-aba. Kemudian mengejar Melody. Saat Willona berlari, Melody pun ikut berlari. Melody berlari keluar kelas. Tak menghiraukan teriakan Willona padanya. Tak peduli dia lari kemana, yang penting bisa terhindar dari Willona. Sehingga gadis itu tidak bisa membaca memoar yang dia tulis.

Untung saja Melody pandai berlari, lari dari kenyataan dia juga bisa. Jadi Willona sudah tidak dapat mengejarnya lagi. Gadis itu menghela napas panjang. Merasa napasnya kembali normal, Melody mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dia baru menyadari bahwa ini rooftoop sekolah.

"Kenapa malah lari ke sini sih. Ke kantin kek, biar sekalian beli minum," gerutunya, pada dirinya sendiri.

Gadis itu membalikkan badannya. Hendak pergi dari sana. Namun, baru beberapa langkah dia berhenti. Mendengar alunan musik yang begitu merdu.

Gadis itu membalikkan badan. Melihat pintu rooftoop yang sedikit terbuka.

"Siapa ya yang main musik di rooftoop?" tanyanya entah pada siapa. "Apa mungkin kak Gitar?" Kemudian Melody menggeleng. "Nggak mungkin lah! Ngapain juga sih gue mikirin cowok itu."

Merasa penasaran, akhirnya Melody masuk ke dalam rooftoop. Matanya menangkap sosok rambut panjang yang sedang memainkan alat musik biola.

Apa mungkin itu hantu? Masa sekolah elit gini ada hantunya sih?

Menghilangkan pikiran negatifnya, Melody melangkah mendekati orang itu. Merasa terkejut dengan kehadiran seseorang dari belakangnya. Orang itu menghentikan permainan biolanya.

"Kak Vio?" Melody terkejut, ternyata orang itu adalah Viola. "Jadi kak Vio yang main biola di sini?"

Masih dengan rasa terkejutnya, Viola pun mengangguk.

"Ya ampun, kak. Gue pikir siapa."

''Emang kira lo siapa?" tanya Viola.

"Hantu."

Viola geleng-geleng kepala. "Ada-ada aja lo."

Melody berdehem. "Btw, permainan biola Kakak bagus. Kenapa gak ikut eskul musik lagi?"

"Walaupun mau, gue gak bisa, Mel. Tekad gue udah bulat untuk berhenti dari musik. Makanya sekarang gue ikut eskul fotografi."

"Tapi tadi kakak main alat musik. Berarti kakak belum bisa lupain dunia musik dong?" tanya Melody. Entah apa yang membuatnya ingin menanyakan hal itu.

"Iya sih. Sebenarnya... hanya untuk mengobati kerinduan saja." Viola mencoba untuk tersenyum. "Lo harus tau, Mel. Memang gak mudah untuk melupakan hal yang sejak dulu menjadi kebiasaan kita. Dan kebiasaan gue dari dulu adalah musik. Dan kini alunan nada yang dulu gue timbulkan dari musik mulai meredup. Meskipun gue mulai menjauh dari musik, tapi gue gak bisa Mel, melupakannya gitu aja. Belajar alat musik aja gak mudah, apalagi melupakannya."

Kalimat terakhir yang dikatakan Viola begitu tergiang di pikiran Melody. Belajar musik memang tidak mudah, apalagi melupakannya. Dan juga melupakan seseorang yang telah mengajari tentang musik juga tidaklah mudah.

Dulu, Melody mati-matian belajar musik dari Cinta. Dengan sabar Cinta mengajarinya hingga akhirnya dia bisa. Namun suatu musibah membuat Melody ingin berhenti dari musik. Namun sampai sekarang pun musik dan bayangannya masih ada di pikiran Melody.

Sebenarnya kita sama, kak. Kini syair yang dulu gue nyanyikan mulai meredup seiring berjalannya waktu.

Melody juga merasakan apa yang sekarang dirasakan Viola.

"Mel," panggil Viola, merasa Melody sedang memikirkan sesuatu.

"Eh, iya, Kak." Melody tersedar dari lamunanya, mendengar Viola memanggilnya.

"Lo kenapa ?"

Melody menggeleng. "Gak pa-pa, Kak."

"Gue tau. Lo pasti mikir ya, apa yang menyebabkan gue menjauh dari dunia musik?" tebak Viola.

Melody hanya tersenyum kikuk.

Viola tersenyum. "Semua orang punya alasan, Mel, buat melupakan apa yang menjadi dunianya. Gue juga gitu. Tapi satu hal yang harus lo tau, alasan gue itu demi kebaikan semua."

Demi kebaikan semua? Apa alasan kak Viola sama kaya alasan gue?

"Andai aja waktu bisa diputar kembali, Mel. Gue pingin banget mengilangi lagi masa itu. Mengalunkan... syair dan irama yang syahdu," lanjut Viola, matanya memandang alat musik biola yang diletakkannya pada kursi kosong di roftoop.

"Gue juga kak," ucap Melody tiba-tiba.

"Apa?!"

"Eh, maksud gue... gue juga pengen memutar waktu, kak." ralat Melody cepat, sebelum Viola bertanya lebih. "Saat kecil, kalo ada masalah, orang tua yang selalu membantu kita. Sekarang, setelah dewasa, kita harus bisa hidup mandiri."

"Lo bener, Mel. Sekarang kita udah dewasa. Harus belajar hidup mandiri, gak selalu ketergantungan sama orangtua lagi."

                               TBC

Bagaimana tanggapan kalian di part ini?

Maaf baru bisa update lagi.

Menurut kalian feel-nya dapet gak sih?

Alurnya terlalu bertele-tele atau nggak?

Maafnya kalo menurut kalian kurang nge-feel. Oh ya aku mau ingetin ke kalian. Kalo menurut kalian updatenya lama jangan tinggalin lapak ini ya. Aku lama update paling semingguan kok gak bakal sebulan. Soalnya sekarang nyari readers yang setia itu susah bener loh.

Dan sebentar lagi menuju konflik gaes. Jadi kalo kalian yang sering skip bagian di cerita ini. Kalian gak tahu gimana masalah itu bisa terjadi.

Jangan lupa, voment and share ke temen-temen kalian ya.

<3 u Della.

Follow my ig.
@della_riana24

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top