Part 24 - Anniversarry
Hay, Hello.
Siap baca part ini?
Kuy. Selamat membaca.
Typo koreksi.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Belum menang pun, dia sudah sombong. Apalagi kalau hal itu benar-benar terjadi. Serasa jadi sultan kali ya?
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
🍁🍁🍁
Jemari Melody membuka lembar demi lembar novel yang ia pinjam beberapa hari lalu di perpustakaan.
"Sejak kapan lo suka baca novel?"
Melody menghentikan aktivitasnya. Menatap Willona yang entah sejak kapan duduk di sampingnya.
"Udah balik lo?" tanya Melody.
Willona mengangguk. Yang dimaksud Melody yaitu Willona kembali dari kantin. Istirahat kali ini Melody tidak ikut Willona jajan di kantin. Bukannya tidak punya uang, tapi Melody sedang puasa untuk membayar hutang puasa ramadhannya.
Melody kembali membaca. Sementara Willona sibuk dengan ponselnya.
"Eh, ini Axellez ngundang Lovelez buat pesta anniversarry Lovelez ke dua tahun." Willona memang sudah satu tahun ini menjadi member Lovelez, fans Axellez. Waktu itu dia menawari Melody untuk join juga bersamanya. Tapi Melody menolak mentah-mentah.
Melody menutup novelnya, menoleh pada Willona. "Terus?"
"Ya gue harus dateng lah, Mel. Kapan lagi coba, dateng ke pestanya para cogan."
"Kapan-kapan," sahut Melody asal.
"Ih, Melody. Gue serius. Pokoknya, besok gue harus dateng ke pesta itu. Lo juga," ucap Willona, memaksa.
Segaris kernyitan tipis terpampang di dahi Melody. "Kenapa gue harus ikut? Gue bukan member Axellez dan bukan juga fans mereka!"
"Ih, terus gue dateng sama siapa dong? Kan lo temen gue, Mel. Temenin ya?" Willona merayu, dengan wajah memelas.
"Ogah! Lo pergi sama Kenn aja sana. Nanti gue DM tuh anak."
"Kok sama sih curut sih. Ogah banget gue." Willona kesal sendiri. Jika dia minta ditemani Kenn, yang ada mereka malah terus berdebat.
"Ya udah. Gue ikut. Tapi Kenn juga ikut." Melody akhirnya menuruti ucapan sahabatnya.
"Ah... thank you, Melody." Saking senangnya, Willona memeluk Melody erat.
"Will, ketekek."
Willona melepaskan pelukannya. "Ups... Sorry."
"Tapi gue sama Kenn di usir gimana? Kita, kan, bukan member Lovelez?"
"Tenang aja. Semua beres kalo sama gue."
🍁🍁🍁
"Lo udah tau siapa pelakunya?" tanya Marvel, ketika Gitar kembali ke kelas dengan wajah yang lesu.
Gitar duduk di bangkunya. Mengangguk lesu menjawab pertanyaan Marvel.
"Siapa?" Marvel penasaran.
"Seperti perkiraan gue sebelumnya."
Marvel tak habis pikir. Rupanya Yasa belum jera terhadap pelajaran yang waktu itu Axellez berikan kepadanya. Cowok itu selalu saja mencari kesempatan untuk menjatuhkan Axellez. Dan Yasa selalu saja mencari gara-gara dengan memanfaatkan emosi Gitar mengenai Viola.
Tangan Marvel menepuk pelan bahu Gitar. "Jangan dipikirin lagi. Daripada lo buang-buang waktu mikirin cowok itu, mendingan lo pikirin Anniversarry Axellez ke dua tahun."
Oh my god! Gitar hampir saja lupa dengan hal itu, jika saja Marvel tidak mengingatkannya.
Gitar menoleh pada Marvel. "Lo udah kasih tau Lovelez?"
"Tenang aja, Derby udah ngumumin di grub Lovelez. Tristan udah nyebar undangan ke temen-temen yang lain. Gue sama kak Kaiden udah pesen gedung. Sedangkan Milo, dia udah pesen ketring buat pesta besok."
Ucapan Marvel membuat Gitar menghela napas lega. Untunglah mereka mau berinisiatif sendiri tanpa bantuannya. Gitar sendiri pasti kebagian untuk menyumbangkan dana, soalnya dari mereka berlima, Gitarlah yang berasal dari keluarga berada.
Dengan adanya pesta Aniversarry Axellez ke dua ini, Gitar bisa melupakan masalahnya sejenak tentang Yasa dan hal apa yang akan di lakukan cowok itu dan teman-temannya pada Axellez. Tapi dia harus tetap waspada, siapa tahu Yasa dan teman-temannya tahu tentang pesta ini dan datang melakukan hal-hal yang tak pernah mereka duga sebelumnya.
Gitar tahu betul jika Yasa itu orang yang nekat, jika dia sudah bertekat bulat untuk melakukan suatu hal, dia pasti melakukannya dengan cara apapun itu, sama seperti Zela. Tapi untung saja sekarang Zela banyak perubahan, ya... walaupun, kadang Zela masih suka berbuat onar. Untung saja sekarang dia sedang berlibur ke Paris bersama orangtuanya. Jadi, tidak ada biang onar lagi di sekolah.
"Gue ada inisiatif, deh. Mendingan kita ngundang band yang sering latihan di studio musik bokap gue ke Anivverary Axellez. Kan lumayan tuh buat hiburan. Daripada kita terus yang nyanyi, capek kan? Apalagi kita juga harus latihan buat persiapan lomba." Entah dari mana Gitar mendapatkan ide itu, tapi hal itu memang dapat menguntungkan Axellez dan juga menguntungkan band lokal yang sering berlatih di studio musik milik papanya Gitar.
"Boleh. Jadi kita gak terlalu capek dan masih punya waktu buat latihan."
"Oke, kalo gitu gue nelfon bokap gue dulu ya. Biar bokap gue kasih tau ke mereka." Gitar tersenyum pada Marvel. Cowok itu mengambil ponsel di sakunya dan menghubungi seseorang, papanya.
🍁🍁🍁
Sudah hampir satu jam Melody dan Kenn menunggu Willona turun ke bawah. Cewek itu yang mengajak mereka untuk datang ke pesta Axellez. Tapi sampai sekarang pun Willona belum menunjukkan batang hidungnya.
Kenn bertanya kepada Melody dengan bahasa isyarat. Melody hanya membalasnya dengan mengangkat kedua bahu.
Kenn memutar bola matanya malas. Cowok itu meminum minuman yang disuguhkan asisten rumah tangga keluarga Willona.
"Lama banget sih, si nyai rombeng!" gerutu Kenn, setelah selesai minum.
Melody sendiri bingung harus menjawab apa kepada Kenn. Dia sendiri datang bersama cowok itu. Willona hanya menyuruh mereka duduk dan menunggunya, itu saja pesannya ia sampaikan pada adisten rumah tangganya.
"Emang ya semua cewek gitu kalo dandan. La...ma!" geram Kenn.
"Enak aja. Gak semua ya. Gue gak kaya gitu." Melody mengelak.
"Iya kecuali lo. Soalnya gue tahu, lo gak bisa dandan."
Melody mendengus mendengar ucaoan Kenn yang begitu menyindirnya.
"Ayo kita berangkat."
Melody dan Kenn lantas menoleh ke asal suara. Willona tersenyum ceria dengan penampilan yang menurutnya cukup memukau untuk datang ke pesta anniversarry Axellez. Melody dan Kenn berdiri dengan mulut yang melongo, melihat penampilan Willona yang menurut mereka berlebihan.
"Eh, nyai rombeng. Kita ini mau ke pesta, bukan kondangan," ucap Kenn akhirnya.
"Siapa yang bilang mau kondangan sih, Kenn. Orang benar kita mau ke pesta kok." Willona menjelaskan.
"Tapi dandanan lo tuh, berlebihan. Kayak penyanyi dungdat di acara kondangan," imbuh Melody.
Lantas Willona langsung melihat penampilan dirinya sendiri. "Masa sih. Padahal udah cantik gini masa disamain sama biduan dungdat."
Melody dan Kenn mengangguk bersamaan.
"Mendingan sekarang lo hapus make up lo jadi yang natural deh. Daripada entar dikira gue bawa ondel-ondel ke pesta," cetus Kenn tiba-tiba.
"Enak aja, princess yang cantiknya ngalahin cinderella ini di katain ondel-ondel. Keterlaluan banget sih lo, Kenn!" Willona menyanggah. Masa dia sudah berdandan selama satu jam lebih disamakan dengan ondel-ondel. Yang benar saja?
"Hah? Apa Cinderella? Gue gak salah denger? Kalo lo mah bukan Cinderella, Will, tapi Cinder Bolong," ejek Kenn, membuat Willona mendengus.
Melody memukul pelan lengan tangan Kenn. "Itu, Sunder Bolong, Kenn, bukan Cinder."
"Oh, udah ganti ya?" Kenn hanya cengengesan, sedangkan Melody memutar bola matanya.
"Terus ini gimana? Jadi nggak kita ke pesta?" tanya Willona. Gadis itu tak sabar ingin datang ke pesta Anniversarry band favoritnya.
"Terserah lo lah, kita berduakan cuma nemenin lo doang. Iya gak, Mel?"
"Yaudah kalo gitu gue dandan ulang lagi deh," putus Willona.
"Eh... jangan!"
Willona yang hendak pergi langsung mengurungkan niatnya mendenhar ucapan Kenn dan Melody yang bersamaan tersebut.
Melody berpikir jika Willona kembali lagi berdandan dari awal, maka dirinya dan Kenn akan lebih lama lagi menunggu gadis itu. Sedangkan pesta Axellez sebentar lagi dimulai. Malulah jika mereka datang terlambat nanti. Apalagi Kenn paling malas jika untuk menunggu cewek dandan.
Willona mengerenyit bingung, "Kenapa? Kata kalian dandanan gue berlebihan?"
"Tapi waktu lo kalo dandan berlebihan banget, Will. Udah yuk kita berangkat. Ntar gue dandanin lo di jalan. Di tas gue ada make up kok. Tenang aja, sekarang gue udah bisa dandan. Walaupun gak sebagus salon yang penting gak kayak ondel-ondel kayak yang lo make up-pin ke diri lo sendiri."
Melody mengandeng tangan Willona, keluar rumah gadis itu. Willona yang sebenarnya masih bingung hanya patuh saja pada Melody. Lagipula, dia juga takut terlambat untuk datang ke pesta yang dinanti-nantikannya itu. Sedangkan Kenn, hanya mengikuti langkah kaki kedua gadis remaja itu.
🍁🍁🍁
Mobil sedan putih yang ditumpangi mereka berhenti di salah satu gedung yang biasanya sering disewakan untuk acara-acara tertentu.
Kenn membuka kaca mobilnya. Menerawang ke segala sisi gedung sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam. "Bener nggak, ini gedungnya?"
Willona melihat gedung tersebut. Lalu melihat alamat yang ada pada undangan yang dikirimkan melalui grub chat Lovelez, untuk memastikan apakah tempat itu benar-benar tempat yang digunakan untuk penyelenggaraan pesta.
"Iya bener kok in tempatnya." Willona mengambil kaca yang berada di tasnya, melihat dandanannya yang tadi telah diganti oleh dandanan sentuhan tangan Melody. "Dandanan lo lumayan juga ya, Mel."
"Siapa dulu. Gue gitu loh." Melody tersenyum bangga.
"Sombong amat lo."
Melody tak menghiraukan ucapan Willona. Lantas gadis itu turun dari mobil diikuti Kenn dan Willona.
"Eh, nanti kalo kita diusir gimana, Will? Kan yang diundang cuma lo doang," ucap Kenn. Dia tidak yakin jika dirinya dan Melody diperbolehkan masuk, soalnya hanya Willona sajalah yang diundang. Apalagi, gedung ini dijaga ketat oleh penjaga.
"Tenang, semua rebes kalo sama gue. Ayo masuk."
Sebelum mereka masuk, Willona menunjukkan undangan elektronik yang dikirim Axellez ke grub chat Lovelez.
"Mbak sama Masnya yang ini, mana undangannya?" tanya petugas keamanan tersebut.
Melody dan Kenn saling pandang dengan tatapan bingung. Sudah mereka duga sebelumnya, pasti mereka tidak diizinkan masuk karena tidak memiliki undangan.
"Biarin mereka masuk, Pak. Mereka teman Axellez juga kok."
Mereka menoleh kesuara orang yang tiba-tiba mengucapkan kalimat seperti itu.
"Marvel?" Melody terkejut, ternyata yang mengatakan itu adalah Marvel.
"Oh, baik, Mas. Kalian silahkan masuk ke dalam," ucap petugas itu ramah.
"Makasih, Pak."
"Wah... thank you banget kak Marvel nolongin kita." Willona mengembangkan senyum manisnya.
Marvel tersenyum tipis. "Kalo gue tahu kalian bakal dateng, gue bakal kasih undangan itu ke kalian."
"Sebenarnya yang datang cuma Willona doang. Gue sama Melody cuma nemenin." Kenn sendiri sebenarnya tidak suka datang diacara pesta-pesta seperti ini.
"Ya sudah, yuk ke dalem. Sebentar lagi acaranya dimulai," ajak Marvel.
Interior gedung nan megah, mampu membuat siapapun yang melihatnya terpukau. Tak terkecuali Willona, Melody, dan Kenn.
"Bener-bener anak sultan yah, Kak Gitar." Willona geleng-geleng kepala. Pesta ulang tahun saja belum tentu semegah ini.
"Oke. Terima kasih kepada tamu undangan yang telah hadir."
Suara orang melalui mic itu membuat orang-orang yang datang berkumpul di depan panggung.
"Hari ini adalah hari yang bahagia, karena kita bisa merayakan Anniversarry Axellez yang kedua. Dan ini semua berkat fans Axellez yang setia, yaitu... Lovelez."
Sambutan dari Gitar itu diberi tepuk tangan meriah dari tamu undangan yang hadir. Apalagi Willona, gadis itu paling semangat bertepuk tangan, sementara Melody hanya diam, menatap arah panggung.
"Oke kita buka acara ini dengan potong pita kemudian dilanjutkan dengan potong kue. Okey."
Dengan perasaan tidak ikhlas, Melody ikut bertepuk tangan ketika pita itu sudah terpotong menjadi dua bagian.
Saat anggota Axellez ingin memotong kue, gadis itu berpikir untuk pergi ke toilet saja. Sungguh! Dia tidak suka menyumbangkan suara tepuk tangannya untuk band yang di vokalisi oleh orang yang sombong seperti Gitar.
"Eh, Mel, lo mau kemana?" tanya Willona heran, ketika Melody membalikkan badan.
"Toilet. Kenapa? Mau ikut?"
"Ogah! Lagian gue aneh deh sama lo, diajak kemana-mana ke toilet mulu. Beser ya lo?"
"Suka-suka gue dong. Namanya aja panggilan alam." Melody menjawab dengan nada yang sinis. Gadis itu melangkah, meninggalkan tempat itu.
"Ya iyalah panggilan alam. Kalo panggilan sayang mah sama pacar!" sahut Willona lagi, sebelum Melody makin menjauh.
🍁🍁🍁
"Eh, Mbak. Toilet di sebelah mana ya?" tanya Melody. Pada mbak-mbak yang bertugas mengantarkan makanan.
"Di sebelah sana, Mbak." Mbak itu menunjuk lorong sebelah timur.
Melody mengikuti jari telunjuk mbak-mbak itu. "Oh, makasih ya, Mbak."
"Sama-sama."
Mbak-mbak itu pergi melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Sementara melody berjalan menuju toilet.
Melody masuk ke salah satu bilik toilet. Menuntaskan panggilan alam yang tiba-tiba menerjangnya. Setelah selesai, Melody segera mencuci tangannya di wastafel.
"Gue harus segera balik nih. Pasti mereka nungguin."
Melody mempercepat langkahnya untuk kembali ke aula tadi. Dia tidak peduli jika ketinggalan melihat Axellez memotong kue tar. Toh, dia di sini hanya menemani Willona saja.
"Aw." Melody memekik, ketika bahunya tiba-tiba ditabrak oleh seseorang.
"Sorry-sorry. Lo gak pa-pa kan?" tanya cowok bersetelan kemeja biru itu.
"Oh, iya, gak pa-pa," jawab Melody. Walaupun sebenarnya bahunya merasa sakit.
"Beneran deh. Gue gak sengaja," ucapnya lagi.
"Iya."
"Kalo gitu, duluan ya?"
Melody mengangguk. Gadis itu masih memegangi bahunya dengan tangan kirinya. Matanya masih menangkap cowok yang baru saja menabraknya.
"Siapa sih tuh cowok? Kok mukanya kayak gak asing gitu ya?"
Selesai bermonolog, Melody melanjutkan langkahnya.
"Mel, lo dari mana sih? Dicariin juga dari tadi." Ada pancaran rasa cemas dari diri Kenn terhadap sahabatnya itu.
"Toilet."
"Eh, itu bahu lo kenapa? Kok dari tadi lo pegangin gitu?" tanya Kenn cemas.
"Gak sengaja ketabrak orang tadi di toilet. Udah lo gak usah cemas. Gue gak kenapa-napa kok. Sakit gini doang diurut Ayah langsung sembuh." Melody tahu betul. Jika dia tidak berbicara seperti itu, Kenn akan mencari cowok yang dimaksud Melody dan langsung menghajarnya. Kenn paling tidak suka melihat sahabatnya itu kenapa-napa.
"Oh, jadi lo fans Axellez juga?"
Melody yang baru saja berbicara pada Kenn langsung menoleh, melihat cowok yang menjadi tuan rumah dalam acara ini. Ya siapalagi kalau bukan Gitar.
"Maksudnya?" Melody sungguh tak mengerti apa maksud ucapan Gitar.
"Lo dateng ke pesta Anniversarry Axellez kedua tahun. Namanya apa coba kalo bukan fans? Lagian yang kita undang cuma Lovelez sama beberapa orang tertentu?"
"Heh vokalis sok kecakepan. Dengerin ya! Gue sama Melody dateng ke sini itu cuma nemenin Willona doang. Sorry ya. Kita gak level kali nge-fans sama band lo." Kenn menyahut tiba-tiba.
Gitar tersenyum sinis. "Gak masalah. Tapi makasih ya buat kalian berdua udah dateng dan memberi semangat ke Axellez. Meskipun tanda kehadiran kalian... Axellez pun akan menang di lomba besok."
Ya, selain ulang tahun Axellez pesta ini juga dibuat untuk berdoa bersama agar Axellez memenangkan lomba festival seni yang diselenggarakan sebentar lagi di sekolahnya.
"Pede amat lo!"
Gitar tak menanggapi ucapan Kenn. Cowok itu meninggalkan mereka dengan senyum kucing yang terbit dari bibirnya.
"Belum menang pun dia udah sombong. Apalagi kalo hal itu bener-bener terjadi. Udah serasa jadi sultan kali ya?" celetuk Melody. Memandangi punggung Gitar yang perlahan menghilang.
"Diakan emang udah sultan kali, Mel?"
Melody kembali memandang Kenn. "Kan yang sultan bokapnya, bukan dianya."
"Oh iya ya."
TBC
Hallo guys. Ini part terpanjang yang aku buat. Sampe 2300 san loh. Sebenernya part ini masih 70% sih. Belum total seratus. Tapi gak papa lah ya. Aku bagi jadi dua. Yang penting hati gak dibagi-bagi. Elah bucin :*
Sorry bgt nih baru update lagi. Bukannya males atau karena komen bab sebelumnya belum tercapai ya. Emang minggu ini kegiatan banyak banget di sekolah. Habis ngurusin fashion show. Eh ternyata waktu lomba kalah. Sebenernya bukan karena itu juga sih, aku ngerasa akhir-akhir ini badan sering drop. Gak tau karena kecapekan atau karena cuaca. Curhat dikit gak papa lah ya. Wkwk.
Aku bersyukur banget kalo masih ada yang baca sampai bab ini. Berarti kalian readers yang setia. 💓. Dan mohon maaf bila part ini gak dapet feelnya.
Yang pingin lanjut komen di sini! 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top