Part 16 - Bernapas Lega

Yeay update (girang sendiri akunya :v )

Maaf ya baru bisa update.

Typo koreksi!

Vote dan coment gak wajib, tapi seikhlasnya. Karena aku suka kalian baca daripada boomvote.

  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Musik itu sederhana tapi istimewa. Mendengar alunan nadanya saja aku sudah bahagia.  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
     

                             🍁🍁🍁

Penyelenggaraan festival musik daerah kini pada hari cukup ramai orang-orang yang berdatangan. Festival yang diadakan setiap tahunnya itu adalah acara yang ditunggu-tunggu masyarakat setempat.

Festival resmi yang diselenggarakan di pusat kota itu dibintang tamui oleh Axellez. Sebagai acara pembuka pada malam hari ini Axellez akan tampil membawakan sebuah lagu ciptaan mereka.

Para penggunjung sibuk memperhatikan panggung. Melihat band favorit mereka tampil. Kali ini Gitar tidak sendirian dalam bernyanyi. Dia berduet bersama seorang perempuan yang juga mempunyai bakat seperti dirinya.

Kutahu hanyalah dirimu yang mampu

membuatku rindu

Gitar menyanyikan satu syair itu terdengar begitu merdu. Matanya masih melihat Melody yang menjadi teman duetnya saat ini.

Ku tahu ini tanda tanya
mungkinkah kau menyadarinya

Kini bagian Melody yang bernyanyi. Tidak kalah merdu dari Gitar. Penjiwaannya sangat mendalami. Membuat suaranya terdengar syahdu.

Cinta Kita Muda di awal usia
tapi kita tlah coba tuk bahagia

Keduanya bernyanyi bersama. Perpaduan suara keduanya itu begitu terdengar sempurna. Siapa yang mendengarnya pasti merasa ketagihan.

kuputuskan saja memilih dirimu
Sampai waktu kan membunuh rasa
cintaku untuk yang lain

Tepuk tangan gemuruh itu terdengar setelah lagu selesai. Sungguh! Ini adalah penampilan yang luar biasa. Perpaduan musik yang sempurna.

"Lagi...lagi...lagi."

Sorak para penonton membuat mereka tutup telinga. Kemudian salah satunya membuka suara. "Udah...udah, sampai ketemu di acara berikutnya," ucap Gitar yang membuat penonton menghela napas kecewa.

Mereka turun dari panggung. Banyak penonton yang memfoto saat mereka lewat. Gitar menyeret Melody menjauhi kerumunan. Pasalnya para penonton saling berdesakan meminta tanda tangan.

"Kita mau kemana?" tanya Melody sambil berlari dengan tangan yang masih digenggam erat oleh Gitar.

"Mojok."

Samar-samar Melody mendengar suara Gitar. "Hah?"

"Ck, ya lari dari mereka lah. Emang lo mau ngeladenin mereka satu per satu sampe pegel."

"Ya, enggak lah." Melody mengimbangi langkah Gitar yang begitu cepet." Berhenti dulu bisa enggak? Kaki gue pegel."

Langkah kaki Gitar memelan. Melody ikut berhenti.

Mereka menoleh ke belakang. Melihat para fans yang masih mengejar mereka.

"Ayo, kita lari." Gitar mempercepat larinya.

Melody tidak bisa mengimbangi Gitar yang kali ini berlari lebih cepat dari sebelumnya. Hingga akhirnya ia terjatuh. "Ahhhh!"

Bruk...

"Aww." Melody terpekik, memegangi pinggangnya yang terasa mau patah.

Melody mengedarkan matanya ke segala sisi. Ruangan yang nampak tak asing di penglihatannya. Kamar.

Ya, Melody berada di kamarnya. Dan ia berada di lantai karena baru saja jatuh dari kasur.

"Cuma mimpi." Gadis itu menghembuskan napas lega. Ternyata itu hanya mimpi semata. Tapi mengapa rasanya seperti nyata?

Seketika Melody berdiri. Dia mendudukkan pantatnya pada ranjang. Kedua tangannya memijit-mijit pelan punggungnya yang terasa nyeri.

"Gara-gara mimpiin orang angkuh itu nih. Punggung gue jadi sakit kan." Gadis itu mengomel.

Diliriknya jam dinding yang terletak pada tembok kamarnya. Waktu kini sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi.

"Astaga! Gue terlambat!"

Gadis itu berteriak histeris. Buru-buru ia mengambil handuknya dan bergegas menuju kamar mandi. Sepertinya kesialan menghampirinya hari ini. Sungguh hari yang menyebalkan.

                                 🍁🍁🍁

Untung saja ini adalah jum'at seni. Dimana semua kelas dijadwal bergilir menampilkan beragam kesenian. Baik itu seni tari, musik, maupun drama. Dan kali ini penampilan dimulai dari semua anak kelas dua belas IPA.

Seorang gadis yang baru memasuki aula menghembuskan napasnya lega. Untung saja gerbang tidak ditutup. Sehingga ia bisa masuk.

Hari ini Melody mendapat pesan bahwa Kenn tidak berangkat sekolah dikarenakan sakit. Pantas saja dia tidak menemukan batang hidung cowok itu di rumahnya pagi-pagi. Biasanya pagi buta Kenn sudah datang sebelum Melody bangun. Dan Melody baru membuka pesan dari Kenn tadi selesai ia ganti.

Gadis itu lari terbirit-birit setelah meletakkan tasnya di kelas. Kini ia berada di aula. Dimana acara pentas seni diselenggarakan.

"Melo."

Melody menghampiri Willona yang melambaikan tangan ke arahnya. Sepertinya gadis itu telah menunggu kedatangan Melody sejak lama.

"Gue kira lo gak berangkat."

''Gue bangun kesiangan." Melody mengambil duduk tepat di samping Willona.

"Lo telat sih. Ketinggalan penampilan jadinya kan." Willona mengomel.

"Emang udah berapa kelas yang tampil?" Melody bertanya-tanya.

"Banyak. Tinggal tiga kelas lagi."

Dahi Melody membentuk kernyitan tipis. "Hah?"

Sungguh ia tak percaya apa yang dikatakan Willona. Setahunya kelas 12 IPA terdapat enam kelas. Berarti sudah tiga kelas yang ia lewati. Satu kelas tampilnya sekitar lima belas menitan. Jadi Melody telat setengah jam lebih.

Tapi kenapa gerbangnya masih kebuka. Setau gue harusnya udah ditutup?

Pertanyaan itu terus menggantung dipikiran Melody.

Seketika ia tersentak dari lamunannya. Mendengar tepuk tangan dari para siswa-siswi SMA tersebut yang baru saja mengapresiasi penampilan kakak kelas yang baru saja tampil.

Gadis itu ikut bertepuk tangan. Meskipun sebenarnya ia tidak tahu tontonan apa yang baru saja ditampilkan kakak kelasnya tersebut.

"Waw. Bagus banget penampilan mereka. Sekarang kita lanjut saja penampilan selanjutnya."

Suara MC dari atas panggung menggelegar semua orang di sana. Tepuk tanganan menyambut kakak kelas yang sebentar lagi tampil.

"Kak Vio." Melody bergumam lirih. Rupanya kelas Viola yang tampil kali ini.

Gadis itu dengan ahli memainkan alat musik biola miliknya, untuk mengiringi teman sekelasnya yang sedang bernyanyi.

Hal ini membuat para penonton takjub. Melody baru mengetahui jika gadis itu bisa memainkan alat musik juga. Sangat merdu.

Pantas saja namanya Viola. Pasti nama itu diambil pada kecintaannya pada alat musik biola.

"Kak Vio sempurna ya. Udah cantik, pinter main alat musik lagi."

"Iya ih. Cocok banget sama kak Gitar."

"Mereka perfect couple banget."

Bisikan dari arah belakang Melody itu membuat telinga gadis itu panas. Bukan karena dia suka denga Gitar, tapi dia tidak suka dengan orang yang terlalu berlebihan memuji orang lain. Menurutnya semua orang punya kelebihan tersendiri.

"Akhirnya Kak Vio main biola lagi."

"Tangannya kan udah sembuh."

"Kenapa ya, Kak Vio gak masuk eskul musik lagi? Padahal dia berbakat lho."

Melody menoleh ke samping. Melihat rombongan gadis yang baru saja bisik-bisik. Kali ini ia dibuat terkejut. Pasalnya ia baru mengetahui jika Viola tadinya bergabung di ekul musik. Dan sekarang gadis itu keluar. Sejak lengan tangannya patah tulang akibat jatuh dari motor.

Lama hanyut dalam pikirannya sendiri, Melody sampai tidak sadar bahwa ternyata Viola sudah turun dari panggung. Dan sari atas panggung sudah ada Zela bersama teman-temannya yang sedang melakukan gerakan dance.

Dengan ogah-ogahan Melody melihat penampilan itu. Sebenarnya bagus, namun hanya penampilannya saja yang menurut Melody kurang sopan. Make up yang terlalu tebal, baju yang terlalu ketat, dan celana jins yang berada di setengah paha. Entah mengapa Melody malu sendiri melihat cara berpakaian Zela hari ini.

"Mak girang gerakannya bagus juga." Entah sadar atau tidak, kalimat yang keluar dari bibir Willona baru saja merupakan pujian untuk Zela.

"Lo muji?"

Seketika Willona menoleh pada Melody. ''Cuma bilang fakta." Willona tiba-tiba teringat sesuatu. "Denger-denger Zela udah mulai berubah."

"Berubah jadi power rangers?"

"Ih, bukan, Mel." Willona menjadi kesal sendiri. "Maksudnya sifatnya gitu yang berubah," sahut Willona kilat.

Senyuman tipis terlukis di wajah Melody. Sebenarnya dia tahu apa maksud ucapan Willona. Tapi dia hanya ingin bercanda saja seperti, Kenn. Ah, mengingat Kenn tidak berengkat, Melody merasa hampa tanpa sahabatnya itu. Biasanya dia yang sering membiat orang lain tertawa dengan candaannya.

"Ya syukurlah kalo dia berubah." Melody membalas tanpa menoleh pada Willona. Gadis itu masih memperhatikan penampilan Zela di atas panggung.

Tak selang waktu lama, Zela dan teman-temannya turun dari panggung.

Seorang MC kembali membuka suara. "Oke ini penampilan terakhir dari Axellez. Tepuk tangannya mana?!"

"Huuuuu." Para penonton yang kebanyakan fans dari Axellez bertepuk tangan ria. Senang sekali rasanya melihat penampilan idola secara langsung.

Para anggota Axellez itu naik ke atas panggung. Memegang alat musik sesuai bidang keahliannya masing-masing. Senyum indah terpancar di wajah mereka.

"Oh my god mereka makin hari kok makin cakep sih? Eh, tapi masih cakepan kak Gitar-nya gue deh," ujar Willona histeris. Melody yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Sebenarnya pelet apa sih, sampai-sampai hampir seluruh warga sekolah menyukai cowok itu?

"Pagi semuanya." Suara Gitar hangat menyapa indahnya pagi hari ini.

"Pagi......!"

"Hari ini gue akan bawain lagu spesial buat kalian semua."

Musik berbunyi, mengiringi Gitar yang sedang bernyanyi. Cowok jangkung itu membawakan lagu dari Sheila On 7, hari bersamanya.

Banyak diantara mereka yang mengabadikan momen tersebut. Bahkan ada yang menjadikannya siaran live di story instagram.

Memang mendengar suara Gitar tidak membuat mereka bosan. Justru malah ketagihan. Ingin mendengar lagi dan lagi.

Bagi Melody berbeda. Gadis itu malah dirundung gelisah kembali. Perasaannya senang ketika mendengar alunan musik. Namun pikirannya berkecamuk, mengingat hal yang sama.

Entah sudah boleh kembali ke kelas atau tidak, gadis itu memutuskan berdiri dan ingin beranjak dari sana.

"Eh, Mel, mau kemana lo?"

Baru beberapa langkah Melody menoleh, mendengar Willona yang memanggilnya. Gadis itu menghela napas sebelum menjawab. "Balik."

"Eh gila lo, jam segini kok balik? Baru berangkat main cabut aja lo?"

"Maksud gue balik ke kelas."

"Oh." Willona membulatkan mulutnya. Seketika ia berpikir kembali tentang apa yang dikatakan Melody. "Balik ke kelas?! Acaranya aja belum selesai. Lo aja baru dateng."

''Bodo." Melody nampak tidak peduli. Gadis itu melangkahkan kakinya kembali.

Sebelum benar-benar pergi dari aula, gadis itu sempat melirik Gitar yang sedang bernyanyi di panggung. Rupanya cowok itu juga sedang memandang ke arahnya.

Melody mengalihkan pandangannya. Melangkah kembali menuju kelas. Bahkan ia tak peduli berapa banyak siswa-siswi yang menatap aneh ke arahnya. Yang lain sibuk menonton penampilan Axellez, gadis itu malah menyia-nyiakan kesempatan dengan pergi duluan.

                           🍁🍁🍁

Ternyata hari ini free. Pantas saja gerbang sekolah tidak ditutup meskipun Melody berangkatnya siang.

Gadis itu memutuskan untuk pergi ke taman belakang. Merasa penat karema sudah berjam-jam membaca buku pelajaran ataupun novel yang lama kelamaan mengundang rasa kantuk. Daripada tidur di kelas namun ia tak bangun-bangun lebih baik mencari udara segar.

Kakinya melangkah meyusuri koridor lantai dua. Menuruni anak tangga dengan hati-hati untuk sampai ke lantai satu.

Taman belakang yang letaknya lumayan jauh dari kelasnya. Untuk sampai di sana ia harus melewati koridor kelas sepuluh. Kemudian kakinya tak menapak pada keramik lagi, melainkan rerumputan hijaù.

Sebenarnya ia sudah mengajak Willona. Namun gadis itu memilih pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Berjalan seorang diri sebenarnya dia sedikit gengsi. Apalagi harus melewati lapangan basket yang kini ramai para siswa yang sedang bermain olahraga bola besar tersebut.

"Sial, kok rame banget sih?" Gadis itu mengupat. Pikirnya pasti lapangan basket tidak ramai jika jam-jam kosong seperti ini. Namun ini malah sebaliknya. Manalagi dia berjalan sendiri. Dan memudarlah seketika rasa percaya diri.

Gadis itu menghela napas. Mencoba berjalan dengan tenang. Sesekali ia menoleh ke arah lapangan. Rupanya anak kelas dua belas yang sedang bermain. Hal itu dapat ia simpulkan dari pakaian kaos basket yang berwarna abu-abu muda. Seragam basket yang khusus di sediakan sekolah untuk anak kelas 12.

Gadis itu menunduk. Menyembunyikan wajah cantiknya dengan rambutnya yang terherai panjang. Cara tersebut ia gunakan untuk menghindari penglihatan dari kakak kelas yang sedang bermain basket.

Bruk...

"Aw."

Pekikan itu membuat para pemain basket menoleh kearahnya.

"Eh, itu bolanya kena ke orang tuh," ucap salah satu pemain basket yang suara nampak tak asing.

"Lo gapapa?"

Gadis yang memegangi kepalanya itu reflek mendongak, mendengar suara bazz cowok yang khawatir padanya.

"Elo?!"

                                  TBC



Sorry ngegantung nih guys.

Author tahu kok kalo digantungin itu berat. 🤣🤣

Maaf ya kalo kalian gak tau lirik lagu di atas. Sebenarnya author mau kasih vidionya. Tapi entah mengapa WP aku eror. Setiap nambahin vidio dari youtube pasti layar mulmed jadi putih. Bukan cuma itu, kadang mau liat thrailer vidio cerita orang juga layar mulmednya jadi putih. Entah ponselku yang eror atau WP-nya. Wkwk jadi curhat deh saya ;)

Itu sebenarnya lagu duet antara Verrel bramansta dan Febby rastanti. Bagi kalian yang nonton cinta anak muda pasti tau dong nada lagi tersebut. (Korban sinetron 😂 *lepas sandal, kabur!)

Oh ya, bukan kalian yang mau berteman lewat akun media sosial lainnya boleh aja. Follow akun Ig ku @della_riana24

Di sana akan ku unggah qoutes-qoutes imajinasiku sendiri dari cerita yang aku buat di WP. Mungkin siapa tahu lain hari ada vidionya juga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top