4

Ayumi's pov

Aku tak bisa mempercayai ini, tubuh Kasen tergeletak tak bernyawa di depanku, darah berceceran dimana-mana, dan bau anyir telah tercium sangat kuat. Kenapa mereka mau mengikuti kemauan boneka itu, dia hanya ingin menjebak kita semua. Tanpa sadar, aku berteriak sekeras mungkin dan segera berlari ke luar dari tempat pembunuhan itu. Beruntung di dekat situ ada Kashuu-kun, Ichi-kun dan Kuri.

"I-itu a-ada mayat," ucapku ketakutan, siapa yang tidak ketakutan coba, kalau ada mayat tergeletak dengan darah berceceran dimana-mana tepat di depan matanya.

"Mayat? Dimana?" Tanya Kashuu-kun, kelihatan kaget mendengar apa yang kukatakan. Aku hanya menunjuk ke ruangan tadi, tak mengatakan apapun. Kashuu-kun pun mengangguk, kemudian memasuki ruangan tempat aku menemukan mayat Kasen tadi, di ikuti oleh Ichi-kun dan Kuri, aku hanya mengikuti mereka dari belakang.

No One's pov

Dan benar saja apa yang dikatakan Ayumi, terlihat tubuh Kasen yang tak bernyawa itu bersimbah darah. Sebelum mereka pulih dari kaget nya, suara Monokuma terdengar nyaring ke seluruh ruangan, tidak tapi ke seluruh kota.

"Seorang mayat telah di temukan, saatnya investigasi sebelum kalian melakukan kelas sidang,"

"Ke-kelas sidang? A-apa itu?" terdengar suara Ayano di pintu, dan benar saja Ayano, Riku, Yukino, Yamanbagiri dan Yagen telah berdiri disana dengan ekspresi yang berbeda-beda.

"Are?? Kalian tidak tahu apa itu kelas sidang?" Sekali lagi, Monokuma muncul secara tiba-tiba, "baiklah, aku akan jelaskan kepada kalian. Kelas sidang itu adalah apa yang akan kita lakukan kalau terjadi pembunuhan, untuk mengetahui pembunuhnya. Dan kalian harus benar," jelas Monokuma.

"Apa yang akan terjadi jika kami salah menebak?" Tanya Riku, Ayano hanya mengangguk mengiyakan.

"Apa yang akan terjadi?" Tanya Monokuma dengan aura mencekam, "tentu saja, kalian semua akan mati," lanjut Monokuma, mengeluarkan cakarnya, "baiklah, silahkan bersenang-senang," dengan itu, Boneka itu menghilang lagi, meninggalkan ke 15 orang disitu, terpaku dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Time skip~~

Kashuu's pov

Inikah tempat untuk melakukan kelas sidang? Tempat yang berada di bawah tanah, dan harus memakai lift untuk sampai ke sana. Dan di sana terdapat ruangan aneh yang isinya, sebuah tempat melingkar dan ada sebuah kursi yang menurutku sih untuk Monokuma, dan apa itu? Apakah itu foto Kasen? Tapi kenapa di silang dengan .....darah?

Kami semua di suruh untuk berdiri melingkari tempat tersebut dan memulai kelas sidang.

"Silahkan mulai kelas sidangnya, upupupupu~ aku akan biarkan kalian berargumen sepuas hati, dan kalian harus menemukan pembunuhnya." Sekali lagi, Monokuma tertawa dengan tawa khasnya.

Aku berusaha memikirkan apa yang harus dibicarakan untuk saat ini. Ah, iya, senjata pembunuhan, mungkin itu yang harus di bicarakan untuk memulai kelas sidang ini.

"Mungkin kita harus membicarakan senjata pembunuhan yang di pakai pelaku," ucapku, menarik perhatian 14 orang lainnya. "apa ada yang pernah melihat sesuatu mencurigakan? Dan Yagen, bisakah kau mengatakan tentang luka yang ada di tubuh korban?"

"Tentu saja." Yagen mengangguk, lalu membuka suara, "menurut analisaku, luka pada tubuh kasen itu di sebabkan oleh benda tajam, seperti pisau dan sebagainya, atau mungkin benda yang bisa menyebabkan luka seperti benda tajam,"

"Hee? benda tajam?" Tanya Ayano dengan ekspresi ketakutan yang terlihat jelas di wajahnya.

'Senjata apa?'

"Apakah pedang yang di temukan Tsuru-san tadi bisa di jadikan sebagai barang bukti?" Ookurikara menatapku datar, sepertinya dia tidak takut. Bisa saja dia yang membunuh Kasen... kan?

"Hei, Ookurikara-kun. Kenapa kau tidak terlihat takut dengan ancaman Monokuma? Apakah kau pembunuhnya?"

"Tentu saja bukan. Kenapa kau membuat kesimpulan seperti itu?" Balas Ookurikara dengan wajah datar.

"Tentu saja bukan dia, Kashuu-kun. Kuri-chan selalu bermain denganku, iya kan Kuri-chan?" Riku menatap ke arahku dengan polos, tapi matanya menyiratkan ketakutan. Ookurikara hanya mengangguk mengiyakan.

Aku kembali tenggelam dalam pikiranku yang berisi tentang dugaan-dugaan. 'Pedang? Yang sering latihan memakai pedang hanyalah Tsurumaru, Ichigo, Kasen, dan beberapa orang lainnya. Ichigo? Dia terlalu baik untuk menjadi pembunuh. Kasen? Bisa saja dia bunuh diri. Tapi, jika semua orang ketakutan dan ingin keluar dari sini, makan tidak mungkin bunuh diri. Dan Tsurumaru? Nah, mungkin dia.'

"Tsurumaru-san? Apa kau tau tentang senjata itu? Yang pandai memakai pedang dengan pedang hanyalah kau, Ichigo-san dan Kasen. Dan kau suka dengan kejutan, bisa saja kau memberikan Kasen kejutan dengan cara membunuhnya."

Tsurumaru terlihat terkejut dan tidak terima. "Bukan aku. Aku seharian bersama dengan Mitsubou dan Kara-chan. Dan, kalau aku yang membunuhnya, aku akan mengabaikan dan menghilangkan senjata pembunuhannya, bukan malah mengambilnya."

Dia benar. Kalau dia yang membunuh, maka senjata itu akan di buang olehnya. Aku mulai kehabisan akal. Kenapa sedari tadi Ichigo diam...?

"Ichigo-san, kenapa dari tadi kau tidak mengeluarkan pendapat?" Ichigo hanya terdiam.

"Mungkin dia sedang berpikir, iya kan, Ichi-kun?" Sambar Ayumi sebelum Ichigo sempat menjawab. Ichigo masih terdiam, kali ini Ichigo menundukkan kepalanya.

"Hei! Jawab!" Tidak ada jawaban.

"Hei! Jawab! Jangan diam saja!" Masih tidak ada jawaban.

"HEI! JAWAB!" Bentakku pada Ichigo yang menundukkan kepalanya. Perlahan kepala Ichigo terangkat dan Ichigo menatap kami semua dengan senyuman yang membuat semua orang terkejut. Ya, Ichigo memang sering tersenyum, tapi kali ini berbeda, senyuman itu tidak menyiratkan sebuah kebahagiaan atau sebagainya, tetapi menyiratkan sebuah keputus asaan yang besar.

"Hehehehe..... HAHAHAHAHA.... Kalian benar-benar putus asa, sampai-sampai kalian mau mendengarkan perintah beruang busuk ini dan siapa pun yang mengendalikannya. Apa sebegitu menakutkannya kah perintah beruang ini? Sampai kalian kehilangan pikiran danberniat membunuh teman sendiri?" Well, Ichigo sekarang bukan seperti dirinya yang biasa. Tatapannya mengkeruh, senyuman putus asa itu kembali menghiasi wajahnya.

'A-apa maksudnya?'

"A-apa maksudmu, Ichi-kun?" Tanya Ayumi dengan ketakutan yang tersirat di matanya.

"Haa? Tidak mengerti? Apa kepalamu di penuhi dengan husbu atau apalah itu, sehingga kau tidak memahami apa yang ku maksud? Tck tck tck... Padahal disini kau di minta untuk tanggap dan waspada jika ingin keluar dengan selamat. Atau kau berpikir kalau semua orang disini itu baik dan tidak akan membunuh satu sama lain? Itu semua omong kosong, Ayumi."

Terlihat Ayumi yang kaget dan membulatkan matanya, dan sedetik kemudian air matanya jatuh dengan deras. Sepertinya kata-kata Ichigo benar-benar memukulnya.

"Sudah. Cukup. Sebenarnya apa alasanmu membunuh Kasen?"

"Alasannya mudah. Dia ingin membunuh kita semua untuk bisa keluar dari sini."

"Bagaimana caranya?" Tanya Yukino, mulai kesal.

"Dengan meracuni makanan kalian." Jawab Ichigo singkat, di iringi ekspresi kaget dari semua orang.

"Upupupu~ ayo sekarang saatnya voting. Kita kehabisan waktu." Sela Monokuma.

Setelah beberapa saat semuanya terdiam. Akhirnya semua dengan berat hari memilih Ichigo.

"Upupupu~ kalian benar. Yang membunuh Kasen Kanesada dalah Ichigo Hitofuri. Upuupup~" Monokuma mengambil palu dari belakangnya dan memukul tombol di depannya dengan palu tersebut.

No One's POV

Ichigo Hitofuri has been found guilty. It's time for our despairing punishment.

Dengan itu, Ichigo di tarik paksa oleh sebuah mesin ke ruang eksekusi. Eksekusi yang brutal dan mengerikan. Ayumi menatap Ichigo yang di eksekusi dengan tatapan kosong, air matanya sudah tidak mau keluar lagi. Beberapa saat kemudian, eksekusi selesai. Mayat Ichigo sudah di bawa pergi oleh Monokuma. Semuanya berusaha membujuk Ayumi untuk meninggalkan tempat itu. Namun, sebelum mereka pergi, sepucuk surat terbang ke arah mereka dan jatuh. Kashuu mengambilnya dan membacanya, membuat Ayumi dan yang lainnya termasuk Kashuu menangis.

"Untuk semuanya,

Maaf, aku telah berbohong pada kalian dan membuat kalian jadi saling menuduh. Aku minta maaf kalau aku telah membuat kalian marah dan mungkin benci padaku. Aku juga ingin minta maaf pada Kasen-san. Aku tidak bermaksud begitu. Aku juga ingin hidup dengan tentram. Semoga kalian mau memaafkanku.

Untuk Ayumi-chan,

Aku minta maaf, kalau tadi aku membentakmu. Membuatmu menangis. Aku memang bukan lelaki sejati karena sudah membuat seorang gadis manis sepertimu menangis. Kalau boleh jujur, aku menyukaimu, tidak, aku mencintaimu. Aku mencintaimu bukan karena fisikmu, tapi karena pribadimu yang membuat banyak orang tersenyum, dan itu membuatku tertarik. Aku tau kalau kau mungkin tidak mau memaafkanku. Tapi inilah isi hatiku, sisanya terserah padamu kalau kau ingin menerimanya atau tidak.

Aku meminta Monokuma membuat surat ini, sebelum aku di eksekusi. Kuharap kalian mau memaafkanku. Semoga kita bertemu lagi, walaupun itu hampir tidak mungkin. Sayonara.

With love,

Ichigo Hitofuri"

***

NakayamaAyumi

Work lama
Cuma pindah tempat aja
Wkwkwk
(2)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top