22

Haiii..pasti bingung kenapa part-nya gak ada. Bukan watty atau sinyal kalian kok tapi emang aku tarik.

Ku mau kasih peringatan dikit ya.

KALO ADA NOTIFE CERITA INI BACA ABIS BERBUKA. OKE!!

Ingat ya. Jangan di langgar!!! Buat siapa aja!!!

Gini aku tuh bukan orang yang gak mau terima kritik dan saran or baperr atau senggol bacok. Bukannn.... Oh aku terbuka bangettt. Kalo ada yang salah Monggo di benerin, aku malah terima kasih banget deh.

Tapiiii... Kalo udah di kata "bisa bikin batal, puasa gak dpet pahala atau BLA BLA bla... Karena kebetulan bulan puasa.

Sumpah ya aku tuh jengkel (Aelah, puasa" aku jengkel 😖). Gini ya. Kalo.yang udah ngikutin cerita aku dari dulu tau kok gmn... Aku usahakan gak ngasih porsi yang berlebihan yang bikin mabok coz itu bumbu aja, karena aku fokus ke jalan ceritanya bukan adegan ranjang atau apa.

Jadi. Ingat kalo ada notife ini sebelum magrib jangan di buka ya 😁😁.
Ok sekian cerocosan unfaedah aku. Maaf ya jadi nyampah di sini Eike 😄😄.

Yang belum baca sok atuh. Karena di tempat aku dah buka puasa hahaha😝😝

❄❄❄

Aska tak menyangka Nala nekad melakukan tindakan bodoh itu. Tindakan yang bisa dikatakan bunuh diri. Andai dirinya tadi terlambat sedikit saja kemungkinan perempuan tersebut benar-benar mati. Betapa takutnya Aska ketika panggilannya tak diindahkan oleh Nala. Bukannya kembali malah terus berjalan masuk dalam laut.

Setelah berjalan-jalan mengitari resort, Aska kembali ke pondoknya dan mencari Nala namun tak ia temukan. Ia pikir perempuan itu di kamar mandi tapi saat dibukanya pintu tersebut tak ada sosoknya. Ia keluar ke teras samping pondoknya  lagi saat itulah ia matanya melihat Nala berjalan terus menyambut gulungan ombak. Ia tak akan salah mengenali perawakan istrinya. Aska memanggil-manggil perempuan itu namun tak terdengar oleh Nala karena jarak cukup jauh. Untuk kali ini ia mengutuk letak cottage yang menjorok ke pantai. Ia harus memutar lalu turun baru bisa ke tempat Nala. Ia terus memacu kakinya untuk berlari lebih cepat ketika puncak kepala Nala tak terlihat.

Ia berenang mendekati tubuh Nala yang mulai melemah menariknya ke permukaan. Dengan gesit ia berenang ke tepian, mengangkat tubuh lunglai itu lalu meletakkan ditempat datar dan aman. Mata yang biasanya memandang dirinya dengan pemujaan terpejam rapat. Orang-orang mengerubungi dirinya lalu Aska meminta tolong untuk memanggil petugas medis juga selimut agar Nala tak terserang hipotermia. Ia mencoba memanggil nama istrinya namun bibir itu tak bergerak. Ia mendekatkan telinganya untuk merasakan embusan napas Nala, ada meskipun terputus-putus. Saat akan mengecek nadinya para petugas medis datang dan ia menyingkirkan agar mereka leluasa melakukan pertolongan pada wanita itu.

Meskipun dirinya marah pada kelakuan konyol istrinya tapi rasa khawatir, cemas dan takut lebih mendominasi. Sebenarnya apa yang membuat Nala berubah jadi seperti itu? Apa karena ucapannya tempo hari? Biasanya perempuan tersebut tak terpengaruh dengan kata-kata kasarnya bahkan dibawah tekanan sekalipun. Apa dia sudah keterlaluan pada Nala? Tapi yang mana? Ia saja lupa apa yang ia ucapkan selain itu kata-kata yang keluar dari bibirnya hanya omong kosong.

Melihat Nala tidur dengan wajah pucat membuat Aska merasakan sesuatu yang aneh. Ia bukan jenis pria yang gampang jatuh cinta atau mudah memiliki perasaan, akan tetapi saat menatap istrinya seperti itu tak urung sesuatu itu mencubit hatinya. Tidak mungkin ia memiliki rasa pada Nala, kan? Ia hanya terbawa suasana saja tidak lebih. Syukur dokter mengatakan wanita itu tidak apa-apa hanya perlu menginap hari ini saja besok sudah boleh pulang.

Perasaan lega menderanya. Petugas medis yang berjaga sungguh cekatan dan profesional di bidangnya juga klinik ini mempunyai peralatan medis cukup lengkap. Eru benar-benar total dalam memfasilitasi resortnya, pantas saja banyak dilirik pengunjung meskipun biayanya sedikit mahal. Teringat itu, ia mengambil ponselnya lalu menuliskan pesan pada Eru jika pertemuan besok terpaksa ia undur dan memberitahukan alasannya. Jika dikantor mereka partner bisnis profesional, namun di luar mereka bisa dibilang berteman.

Gerakan di ranjang pasien menarik perhatiannya dari layar handphonenya. Ia mendekat kemudian duduk di kursi samping kasur. Ia tatap lekat wajah itu, raut yang terkadang memerah ketika Aska menggodanya. Kelopak mata Nala perlahan terbuka kemudian berkedip beberapa kali menyesuaikan cahaya yang dipantulkan oleh lampu sebelum terbuka benar matanya.

"La,"panggilnya begitu mata Nala terbuka benar.

Telinganya mendengar tetapi ia abaikan, matanya  enggan melihat pada pria di sampingnya. Laki-laki tanpa perasaan dan harusnya ia tahu jika Aska tak mungkin membalas cintanya. Inilah akibat yang ia terima jika terlalu suka ketika tak berbalas sakitnya terasa.

"La, kamu mendengarku?" Ulang Aska. Kekhawatirannya perlahan menghilang saat mata itu terbuka.

"Aku mau pulang," jawab Nala sembari menolehkan kepala ke samping kanan menatap Aska singkat dengan sendu lalu kembali memandangi langit-langit kamar.

"Kata dokter besok baru bisa pulang. Beruntung air yang masuk ke tubuhmu nggak banyak dan petugas medis bergerak cepat jadi nggak berakibat fatal," sahut Aska memberitahu ucapan dokter yang memeriksanya.

Wanita itu mengangguk pelan. Besok atau sekarang sama saja baginya tak ada yang berbeda. Kenapa dirinya harus selamat? Bahkan untuk matipun ia dipersulit.

"Sebenarnya kamu kenapa sampai nekad melakukan tindakan bodoh itu. Gara-gara kelakuan mu aku harus membatalkan jadwal pertemuan dengan kolegaku," gerutu Aska. Ia tak pandai berkata manis alhasil ucapan kasar yang terlontar.

Nala pejamkan mata lalu menghela napas mengurai kesedihan yang ia rasakan dalam dada. "Kenapa nggak Kakak biarkan saja dengan begitu pertemuan itu nggak akan batal," tuturnya lirih.

Pria itu berdecak sebal mendengar kata-kata yang Nala lontarkan. Ia berdiri di ujung brankar dengan tangan terlipat di dadanya. "Kamu kira aku segila itu lihat istri bunuh diri diam saja? Gila kamu."

"Kenapa nggak? Harusnya Kak Aska biarkan saja aku tenggelam, jadi aku tak berhutang nyawa sama Kakak."

Aska berdecak lagi. "Sudahlah. Bangun-bangun ngomong nggak jelas."

Setelahnya Aska keluar dari kamar rawat Nala. Pintu tertutup saat itulah air matanya meluruh deras tanpa dapat ia cegah.

❄❄❄

Satu Minggu sehabis kepulangan mereka. Aska merasakan perubahan pada diri istrinya. Nala lebih banyak diam, bibirnya dipaksakan untuk tersenyum saat menyambutnya pulang. Tak ada celotehnya saat mereka berdua di kamar, tak tampak senyuman tidak jelas saat membalas komentar penggemarnya di dunia maya.

Sampai sekarang ia masih bertanya-tanya apa yang membuat Nala seperti itu namun ia enggan bertanya. Apa karena ia tak membalas cinta perempuan itu? Apakah wanita itu sedang patah hati?

"Kak, boleh nggak aku ke tempat Leta?" Tanya Nala dari atas ranjang sedangkan Aska di sofa menghadap layar laptop di meja.

Dahi itu berlipat dalam tapi tak mengalihkan perhatian dari layar berisi huruf-huruf kecil. "Buat apa?"

"Kangen mereka. Bolehkan?" Ulangnya lagi.

"Nggak. Kalau mau suruh mereka ke sini biar aku belikan tiket pesawatnya," tolak Aska. Yang benar saja, jika Nala pergi dirinya bisa gila.

Mulut itu mencebik karena tak diberi izin. Apa dirinya sedang dikurung tak boleh keluar rumah?

"Mereka kan kerja, Kak, mana bisa yang ada dipecat mereka, kasihan. Boleh ya? Nggak lama seminggu aja," rayu Nala.

Perempuan tersebut mendekat, tiba-tiba ia meraih wajah Aska dengan dua tangan agar menoleh padanya lalu Nala mencium bibir Aska. Pria itu tampak terkejut dengan tindakan istrinya. Pasalnya selama ini Nala pasif lebih didominasi olehnya. Tak ingin membuang kesempatan, Aska membalas ciuman itu dengan panas. Tangannya tak tinggal diam bekerja sama baiknya dengan bibirnya yang terus mengeksploitasi birai Nala. Aska mengurai ciuman itu saat mereka kehabisan udara dalam paru-parunya.

"Bo--bolehkan?" Tanya Nala yang terputus-putus menetralkan napasnya.

"Tiga hari" jawab Aska yang juga menetralkan pernapasannya. "Kapan?"

Senyum ceria tersungging di bibirnya  Nala menambah keayuan wajahnya. "Makasih, Kak. Besok?"

"Ok. Besok aku antar."

❄❄❄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top