2
Ngutip kata-kata di televisi😀😀....
Ada yang ingat Global inc?😂😂...kalau jomblowers yang bener Batikk doa'in cepet dapet jodoh...kalau yang udah jadi mamud moga di sayang suami 😂😂
Happy reading sista 😘😘
❄❄❄
"Ayah memanggilku?" Aska masuk ke dalam ruang kerja Gunawan yang berisi lemari kaca besar berisi buku-buku penting di belakang kursi yang ayahnya duduki, satu set sofa di samping kiri ruangan. Aska kemudian duduk di seberang ayahnya.
"Ya, ada yang perlu Ayah bicarakan. Ini soal kebocoran desain interior yang harusnya mulai bisa kita garap minggu. Pras bilang Ivan yang mengambil alih pekerjaan itu dan kemungkinan besar dia menjualnya pada pesaing. Besok Ayah minta datanglah ke Global inc. sampaikan permintaan maaf Ayah karena sudah menuduh mereka melakukan kelalaian sehingga desain itu bocor."
"Baik, Yah. Apa masih ada lagi?" tanya Aska sebelum dirinya keluar dari ruangan ayahnya. Ia sudah lelah karena pekerjaannya semakin menumpuk bahkan dirinya menolak ajakan kawan-kawannya ke club' langganan mereka.
Gunawan menghela napas panjang dan mengembuskan secara perlahan. "Ayah ingin kamu segera menikah setelah itu kepemimpinan perusahaan bisa Ayah berikan padamu," ujarnya cepat. Ia tidak mungkin memilih Ivan yang tak becus sama sekali dalam mengendalikan perusahaan yang sudah ia bangun secara susah payah.
"Kenapa harus Aska, Yah? Bukankah ada Ivan?"
"Ayah tidak percaya pada kemampuan anak itu, lihat saja baru menangani satu proyek sudah bocor kemana-mana, bisa hancur perusahaan Ayah."
Aska tahu itu, Ivan bukan type orang yang mau bekerja keras, yang pria itu tahu apa yang ia inginkan harus dia dapatkan meskipun harus merugikan keluarga.
"Kalau untuk perusahaan Aska bersedia, Yah, tapi menikah...Aska belum ingin menikah."
"Bukankah lebih baik menikah daripada setiap malam kamu habiskan dengan perempuan yang berbeda-beda, lagipula kamu tidak perlu keluyuran untuk mencari perempuan yang bisa kamu tiduri," ujar Gunawan. Dia tahu bagaimana sepak terjang Aska di luar rumahnya. Pria yang umurnya sudah cukup matang di hadapannya itu benar-benar penakluk wanita di ranjang. Tidak perlu Aska yang menggoda cukup dengan menatapnya saja wanita-wanita itu datang dengan sendirinya. Bahkan reputasi Ivan tak dapat mengunggulinya. Karena itu ia sengaja menyenggol sisi kebutuhan Aska.
Aska bergeming mendengar permintaan ayahnya. Memang tahun ini umurnya tahun ini memasuki angka 33, secara seksual dan materi dirinya sudah pantas menikah tapi ia tidak berencana menikah dalam waktu dekat. "Aska akan pikir nanti, Ayah. Kalau sudah tidak ada lagi, Aska, pamit."
Anggukan Gunawan cukup jelas jika tak ada lagi yang perlu mereka bicarakan. Setelah menutup pintu di belakangnya, Aska merogoh kantong celananya mengambil ponselnya kemudian menelepon kawannya.
"Lu di mana?"
"...."
"Gue ke sana."
❄❄❄
Ingar bingar musik memenuhi ruang remang-remang itu, lampu kelap-kelip silih berganti. Pria wanita bergoyang mengikuti irama musik yang DJ mainkan, asap rokok, minuman keras pun menemani. Namun berbeda di sebuah ruangan yang di khususkan untuk kalangan menengah ke atas itu terlihat lebih tenang dengan lampu lebih terang, sofa nyaman dan empuk tentu saja tak lupa wanita cantik menemani.
Aska sudah terbiasa menerima pandangan lapar wanita-wanita untuknya, di mata mereka dirinya seolah-olah makanan yang sangat nikmat jika dilahap. Jika orang-orang bilang dirinya memiliki semacam hormon feromon yang tanpa dirinya bersusah payah lawan jenis tertarik padanya. Entahlah Aska tak ingin ambil pusing dengan hal itu.
Saat ia membuka pintu private room, dirinya sudah di suguhi tontonan layak sensor dari Dani dan Frans, dua manusia bejat yang tak tahu malu. Bahkan kedatangannya saja tak membuat mereka menghentikan kegiatannya. Kesal dengan kelakuan mereka, Aska mengambil kaleng minuman kemudian menendangnya ke pojokkan barulah mereka sadar.
"Sialan!" Dani merapikan kemejanya yang kancing sudah terbuka dan keluar dari belitan ikat pinggang. "Pergilah!" perintah Dani pada teman kencannya tidak lupa menyelipkan uang di dada wanita itu.
"Jijik gue lihat kalian, sewa hotel kan bisa jangan di sini," gerutunya saat gadis-gadis tadi keluar dari ruangan.
"Males, lagian gue nggak niat cuma pengen make out aja," sahut Frans dari sebelahnya. Membenarkan pakaiannya yang sudah tidak keruan. "Ngapain kesini? Bukannya lu mau tidur," sambung Frans lagi. Pasalnya sewaktu dia mengajak Aska, pria itu menolak dan ingin tidur lebih awal.
"Bokap nyuruh nikah."
Dua temannya yang tadi mengangguk-angguk mengerti seketika menatapnya horor, tidak percaya dengan pendengarannya. Mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap Aska kembali
"Serius lu?" pekik Dani refleks berdiri dari duduknya.
"Gue nggak salah dengar, As?" sambung Frans tak percaya, "lu kalau becanda yang bener aja."
Aska menatap kedua temannya dengan biasa saja, reaksi mereka berlebihan menurutnya. "Biasa aja nggak usah lebay. Emang tampang gue kelihatannya gimana?"
Dani yang sudah duduk lagi masih terus melihatnya dengan tatapan tak percaya. Aska yang terkenal playboy akan menikah dan setia pada satu wanita? Dani tak bisa membayangkan hal itu dan bergidik ngeri.
"Terus lu udah punya calon?"
Aska mengedikkan bahunya. "Nggak."
"Lalu?" timpal Dani.
"Gue belum bilang apa-apa." Aska menghisap rokoknya lalu mengembuskan asapnya membentuk kepulan-kepulan kecil di udara. "Imbalan yang diminta untuk penyerahan pimpinan perusahaan ke gue."
Dani menyandarkan punggungnya dengan gelas berisi minuman ditangannya, kaki kanannya berada di atas paha kirinya, ia goyang-goyangkan cairan itu sebelum menegaknya. "Kok lu bukan Ivan? Sorry, ya gue nggak bermaksud apa-apa, kita kan tahu lu kan cuma anak angkat bokap lu kalau Ivan sih pantes."
"Gue anak kandungnya, Dan. Test DNA dan surat wasiat nyokap gue juga foto pernikahan mereka bukti kalau gue anaknya Gunawan Artha Jaya," jawab Aska tenang. Seringai kecil menghiasi bibirnya melihat reaksi dua kawannya. Dalam waktu kurang dari satu jam Aska memberi mereka kabar yang cukup mengejutkan. "Ceritanya nanti aja, gue cabut."
Aska melenggang pergi tak menghiraukan panggilan temannya untuk meminta penjelasan darinya. Masa bodoh minuman yang belum ia bayar sekali-kali ia menumpang kan tidak masalah.
❄❄❄
Sebaris pesan tidak lebih dari satu kata yang ia terima dari nomor ponsel ayahnya juga tiket pesawat dengan penerbangan besok pagi.
Pulanglah!
Sebatas itu pesan untuknya dari orang yang selalu ia rindukan. Dalam bait-bait doa nya tak pernah lupa ia selipkan untaian doa untuk orangtuanya juga kakak-kaknya agar suatu hari mengingat, mungkin pesan ini jawaban dari doa nya.
Mungkin ada satu hal penting hingga ayahnya mengirimkan pesan padanya agar dirinya pulang. Meskipun ayahnya dingin padanya bahkan terkesan tak peduli padanya tapi pria itu tak pernah berkata keras padanya, oleh karena itu ia lebih menurut pada Gunawan ketimbang ibunya.
Nala pergi ke ruangan managernya untuk meminta jatah liburnya yang belum ia ambil sama sekali. Ia mengetuk pintu bercat putih itu, setelah mendengar perintah dari dalam ia baru membukanya.
Zidan mengangkat wajahnya saat Nala masuk dan duduk di depannya. "Ada apa?"
"Maaf, Pak, saya minta ijin mungkin beberapa hari saya tidak masuk, orangtua saya meminta saya pulang."
"Mulai kapan?"
"Besok, Pak."
Zidan manggut-manggut mengerti, ia membuat catatan di buku absen bagian nama Nala. "Tiga hari."
Nala tersenyum lega dan lebar, ia menggangguk dengan cepat dan berdiri. "Terimakasih, Pak dan saya permisi dulu," ucap Nala dengan gembira karena ijin cutinya disetujui.
Zidan geleng-geleng kepala melihat kelakuan Nala temannya itu. Jika di tempat kerja mereka bersikap profesional baru di luar jam kerja mereka teman akrab. Zidan mengenal Nala saat mereka sama-sama menjalani ospek, tidak hanya Nala ia juga mengenal Leta dan temannya lainnya yang sama-sama bekerja di tempat ini.
"Dari mana dicariin nggak ada?" tanya Akhmal saat Nala berdiri di sampingnya membantu mencetak nasi lalu membungkus dengan kertas.
"Ruang Pak Zidan minta ijin libur, gue mau pulang kampung," jawabnya, tangannya begitu lincah menyendokkan nasi dalam cetakan lalu menekan-nekan sampai padat baru meletakkan di atas kertas dan membungkusnya.
"Jangan lupa oleh-olehnya ya," pinta Akhmal dan diberi kode jempol.
Rasanya Nala sudah tidak sabar ingin bertemu keluarganya. Terbayang di pelupuk matanya sambutan hangat ibu, ayah dan kakak-kaknya. Senyumnya terus mengembang tanpa tahu yang menantinya di sana.
❄❄❄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top