12
Gue lu end hehe..jadi mulai part ini g ada gue lu ya 😂...meski suka kangen sama gue lu...pake yang lebih sopan aja deh.
Part 1-11 nanti panggil lu gue pasti di benerin. Cuzz sista-sista baca atau adakah jejaka yang baca juga😂..kalo ada coba dong komen. Asli Jaka jangan jadi²an 😁
Oh ya...Eike mo promoin anak ke-3 si Mon, ntuh si Kunti nyusul abang² di bukuin so yang mau kekepin si Kunti tapi bukan Kuntilanak cuz dah buruan order ye.
❄❄❄
Pada akhirnya Aska mengizinkan dirinya berangkat kerja dengan syarat kepulangannya dipercepat satu minggu itupun setelah dirinya mendebat terus sampai suaminya mengalah, paling tidak ia masih mempunyai waktu tiga minggu lagi. Huft! Satu minggu berharganya hilang karena keegoisan suaminya. Dan, yang menjadi pertanyaannya mengapa tiba-tiba pria itu berada di kota ini? Apa mungkin ada urusan penting? Karena tidak mungkin kan Aska menyusul dirinya, memang siapa dia sampai-sampai pria sepertinya mendatanginya? Sungguh khayalan tingkat dewa yang bodoh.
Aska mengantarnya dengan menyewa taksi online ke kosnya lebih dahulu lalu pergi ke tempat kerjanya. Untung ia tidak terlambat kasihan temannya harus bekerja sendiri. Tadinya ia sudah takut telat karena Aska tidak melepasnya sebelum pria itu mencapai keinginannya.
Benar pepatah lama mengatakan, air tenang jangan sangka tak berbuaya. Ungkapan itu cocok dengan kepribadian Aska yang tenang namun menyimpan gairah yang menggebu-gebu, ambisi yang tinggi dan keinginan kuat untuk memegang kendali.
Keheranannya belum juga sirna dari pikirannya padahal ia tahu bagaimana Aska. Dingin di luar panas bagai bara api di dalam, dan akan semakin membesar api itu jika tiupan angin berhembus dengan tepat. Seperti itulah suaminya, semakin ia pasrah Aska tak akan melepasnya meskipun tanpa ada cinta di dalamnya karena hasrat lebih berkuasa.
Pria bisa bercinta dengan siapa saja meskipun tanpa cinta asal gairah seksual nya tersalurkan berbeda halnya dengan wanita, mereka akan bercinta dengan dasar cinta ya walaupun beberapa dari mereka tak mempersoalkan hal itu. Seperti itulah hubungan Aska dan Nala saat ini. Namun apa yang bisa dilakukannya? Tak ada. Jalani saja dan berharap Aska memiliki sedikit cinta untuknya, tapi apakah itu mungkin? Nala sendiri tak tahu.
"La, semalam aku meneleponmu tapi yang angkat suamimu. Jadi gimana ceritanya dia ada di sini? Dan kenapa kamu bohong soal saudaramu?" tuntut Leta, wanita bersandar di lemari locker dengan bersendekap menatapnya.
Hah. Tak mungkin ia berbohong jika Leta sudah berbicara langsung dengan Aska. Sebetulnya ia tak ingin berdusta hanya ia belum siap saja bilang kalau ia menginap di hotel walaupun dengan suaminya sendiri. Lagipula apa yang teman-temannya pikiran jika ia berterus terang, saat mereka menunggunya ia malah memadu kasih di kamar hotel meskipun tak ada rencana.
"Aku juga kaget, Ta. Mana tahu dia mau kemari, WhatsApp nya aja baru masuk kemarin malam waktu kita makan itu tapi aku tahunya waktu di kamar. Terus ingat nggak waktu Yesi bilang ada cowok yang ngeliatin ke kita terus? Kamu juga lihat kan?" tanya Nala cepat dan Leta mengangguk. "Yesi nggak bohong dan dia...."
"Jangan bilang itu suamimu," tebak Leta tepat. Anggukan pelan kepala Nala cukup menjawab tebakannya. Mata melotot dan mulut terbuka lebar adalah reaksi yang Leta tunjukkan membuat Nala memutar bola matanya ke atas. "Astaga, Laaa....itu namanya rejeki nomplok. Kalau aku sih nggak bakalan nolak mana seksi gitu. Ampun aku nggak peduli biar saudara-saudara perempuanmu benci bodoh amat," seru Leta dengan kegembiraan penuh, sedangkan Nala meringis saja.
Leta tak tahu saja bagaimana Aska, arogan, bossy, dan ya bisa dikatakan mesum. Aska akan melepasnya jika ia sudah hampir tertidur lelah, bila seperti itu terus bisa dipastikan dalam waktu dekat ia segera hamil apalagi suaminya tidak memakai pengaman dan itu tak bagus untuk keadaan sekarang. Apa ia perlu mengkonsumsi pil KB untuk menunda kehamilan? Aska pasti juga tak ingin cepat-cepat mempunyai momongan.
"La!"
"Hah?..apa?"
Leta berdecak sebal. "Melamun saja pasti nggak mendengar omonganku. Sudah ayo ke depan waktunya bekerja, nanti kita teruskan ngobrolnya," ajaknya lalu kedua alis perempuan itu naik turun dan senyum jahil menghiasi bibirnya. "Semalam berapa kali, La, banyak bener tandanya di lehermu,"goda Leta lagi.
Muka Nala memerah mendengar ucapan Leta, ini semua karena ulah pria itu suka sekali membuat bekas di lehernya padahal ia sudah berusaha menutupi dengan rambutnya yang ia kuncir dua. Leta benar-benar jeli matanya. Nala memilih berlalu dari hadapan Leta, berjalan mendahului temannya itu yang masih saja menggodanya.
Hari itu berlalu dengan seperti biasanya, tak ada keributan dari pelanggan. Ia mengerang lega saat tubuhnya ia dudukkan di kursi empuk di depan locker barang. Ia perlu pijat sepertinya badannya capek dan ia ingin tidur dengan tenang. Nala berharap Aska sudah pulang ke Jakarta, pasalnya pria tersebut tak mengatakan apa-apa waktu ia turun tadi dari taksi on-line.
❄❄❄
Nala keluar dari pintu samping tempat kerjanya setelah adzan magrib, mobil dan motor berlalu lalang dengan kepadatan yang cukup rapat. Maklum saja jam-jam pulang kerja atau orang-orang yang keluar ingin sekedar jalan-jalan. Nala berjalan sampai di depan jalan raya menunggu mobil angkutan yang lewat daerah kostnya. Matanya menatap taman kota di seberang jalan dan tertumbuk pada sebuah keluarga kecil dengan dua orang anak laki-laki dan perempuan. Terlihat bahagia dengan tawa menghiasi wajah keempat manusia itu.
Hatinya berdesir menyaksikan pemandangan itu. Andai ia dapat mengulang waktu dan memohon pada Tuhan agar dirinya terlahir dalam keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan cinta di dalamnya meskipun tidak bergelimang harta ia rela. Ingin sekali ia merasakan hangatnya pelukan dari seorang ayah dan ibunya, senyum hangat menyambut dirinya saat pulang ke rumah. Ia rindu kasih sayang, ia haus akan cinta yang entah darimana akan ia dapatkan. Ia menginginkan dukungan dari keluarganya namun itu hanya harapan semu, bahkan kini hidupnya pun dalam genggaman orang lain.
Setetes air mata mengalir lewat ujung matanya, buliran itu turun dengan cepat dan deras, isak tangisnya tak dapat ia kontrol pandangannya buram karena air mata. Tubuhnya bergetar hebat menangisi hidupnya yang malang, andai ia bisa mendebat takdirnya ia akan mengubah coretan yang telah Tuhan gariskan, sayangnya ia hanya manusia biasa yang hanya bisa menjalani ketentuannya.
Tuhan jika aku terlahir hanya untuk disakiti dan diingkari, aku mohon ambil nyawaku. Jangan biarkan ruh ini bertahan lama dalam tubuhnya.
Pandangan aneh orang-orang tak ia hiraukan, yang ingin Nala lakukan hanya menangis sepuasnya sampai rasa marah, kesal, dan sedihnya hilang sampai tak bersisa. Ia berdiri dengan kepala tertunduk dan sesegukan bahkan hawa dingin tak ia rasakan sampai kehangatan menyelimuti dirinya. Dalam dekapan hanga tubuh dengan wangi cologne yang ia kenali, Nala menumpahkan tangisnya yang semakin kencang, ia memukuli tubuh depan laki-laki yang memeluknya.
Memukul dengan kuat sampai kepalan tangan panas dan memerah, kekuatan pukulan itu melemah menyisakan suara rintihan pilu dari bibir Nala. Biarlah kali ini ia mengalah pada kelemahan mungkin dengan begitu ia menemukan kekuatan.
"Sstt...tenanglah. Kamu nggak sendiri ada aku di sampingmu. Ada aku yang akan mengabulkan keinginanmu, bersabarlah," bujuk Aska. Saat ia menghampiri Nala dari samping, istrinya tak menyadari kehadirannya dan fokus pada gambar kebersamaan sebuah keluarga kecil di taman seberang. Aska seperti paham dengan apa yang Nala rasakan.
Nala bukannya diam malah menangis dengan kencang, tangannya melingkar ke pinggang Aska dan wajahnya menempel di dada suaminya. Tidak peduli jika setelah ini ia akan menerima hardikan darinya asal perasaan menyesakkan dalam dirinya berkurang. Kata-kata Aska pun tak bisa menembus pikirannya.
"Sstt...jangan menangis lagi," rayunya lagi. Tangan Aska mengusap halus punggung Nala naik turun berharap istrinya tenang.
'Tunggulah sebentar lagi' janji Aska dalam hatinya.
❄❄❄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top