Kesempatan
16 suka
al_zaidan.f Thanks you my friend.💃
__________________
denta_ileana_akleema 😬😬😬😬😬
al_zaidan.f
@denta_ileana_akleema kenapa?
ulfha_u
@denta_ileana_akleema kenapa?
denta_ileana_akleema
@al_zaidan.f siapa cewek yang di belakang kamu itu? Kenapa dia rangkul-rangkul kamu!
al_zaidan.f
@denta_ileana_akleema Itu Alyssa, teman satu kelas. Biasa saja, nggak ada yang perlu dicemburui, Love.
denta_ileana_akleema
@al_zaidan.f sekarang teman, lama-lama bisa demen!😑
safridahnm jangan perasaan ilea dong al
al_zaidan.f
@denta_ileana_akleema astaga, Love. Kamu ini kenapa sih, pikirannya belakangan ini negatif terus sama aku? Dia teman aku!
denta_ileana_akleema
@al_zaidan.f Halah! Ngeles mulu!
al_zaidan.f
@denta_ileana_akleema aku telepon sekarang!
al_zaidan.f
@safridahnm ini lagi! Maksudnya apa coba?😑
denta_ileana_akleema
@ulfha_u tahu tuh, Fha! Tanya saja sama Kak Al!😑
ulfha_u
@denta_ileana_akleema hahaha sabar ya, jangan cemburu dong.
dilla_fadddd Masa kuliah itu adalah masa perbanyak teman Al. Ya kan😋😋😋
al_zaidan.f
@dilla_fadddd iya.
Setelah berkomentar di postingan terbaru Al, perasaan Ilea berantakan. Cemburu, kesal, jengkel, dan jengah. Campur aduk tak keruan, ingin marah, tetapi hanya bisa tertahan.
"Ilya, makan malam, Nak!" pekik Vina dari lantai bawah.
Mendengar panggilan mamanya, Ilea pun bergegas ke ruang makan.
Setelah beberapa hari Al kembali ke Paris, hubungan mereka diwarnai cekcok karena Ilea terus-terusan curiga. Padahal Al sudah berusaha menjelaskan tuduhan-tuduhan itu. Ditambah Ilea melihat postingan terbarunya.
Saat makan malam, ponsel Ilea berdering terus-menerus, tetapi tak dihiraukan.
"Ada telepon, nggak kamu angkat?" ujar Vina lalu menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya.
"Males ah, Ma. Paling Kak Al," jawab Ilea.
Ardian dan Vina saling memandang, mereka paham, tetapi tak mau ambil pusing karena itu urusan pribadi putrinya.
Namun, ponsel Ilea terus bersuara sampai mengganggu makan malam mereka. Ardian mengambil ponsel Ilea, saat ingin menerima telepon itu, dengan cepat Ilea menghentikannya, "Pa, jangan!"
Ardian tak jadi menggeser tombol hijau dan bertanya, "Kenapa?"
"Nggak apa-apa," jawab Ilea meminta ponselnya. Ardian mengedikkan bahu, dia membiarkan Ilea menyelesaikan urusan pribadinya. Ilea pun sedikit menjauh dari mereka. Di sofa ruang tengah, Ilea akhirnya menerima telepon Al.
"Halo," jawab Ilea ketus.
"Kenapa baru diangkat?"
"Lagi makan!" jawab Ilea singkat dan ada perasaan jengkel.
"Oh, maaf mengganggu kamu. Kalau kamu cemburu melihat wanita dekat denganku, apa aku juga nggak boleh cemburu melihat postingan teman cowok kamu itu?"
Deg!
Jantung Ilea seperti ingin terlepas dari tempatnya.
"Mak-mak-sud, kamu apa?" tanya Ilea gelagapan.
"Love, aku diam bukan berarti nggak tahu apa pun yang terjadi sama kamu di sana. Aku tahu, mungkin ada pria lain suka sama kamu dan terobsesi memiliki kamu. Namun, aku selalu berpikir positif karena aku percaya sama kamu, Love. Aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa cuma aku yang kamu cintai, jadi berapa pun cowok yang berusaha mengalihkan duniamu dariku, itu hanyalah godaan semata."
"Maksud kamu apa, sih?" Ilea masih berusaha terlihat bodoh tak mengerti maksud Al, padahal dia paham.
"Ali."
Tut tut tut tut
Panggilan berakhir, mata Ilea berkaca-kaca. Tubuhnya lemas lalu dia menjatuhkan pantatnya begitu saja di sofa. Ilea menggenggam ponselnya di depan dada, tiba-tiba saja jantungnya berpacu cepat.
"Apa dia tahu?" gumam Ilea dengan air mata sudah mengaliri pipinya. Pandangannya mengabur, pikirannya melayang-layang tak tentu.
Bergegas Ilea berlari ke lantai dua, tak memedulikan panggilan Ardian dan Vina. Sampainya di kamar, dia langsung menelepon Ali. Tak butuh waktu lama, panggilannya terjawab.
"Halo, Dear."
"Ali, kayaknya Kaka Al sudah tahu antara kita," ucap Ilea tanpa menjawab sapaan Ali.
"Bagus dong," sahut Ali santai dari seberang.
"Kok lo gitu sih, Li? Gue serius, lagi nggak bercanda!"
"Dia tahu dari siapa?"
"Nggak tahu, tapi tadi pas dia telepon bilang 'Kalau kamu cemburu melihat wanita dekat denganku, apa aku juga nggak boleh cemburu melihat postingan teman cowok kamu itu?' begitu, Li," cerita Ilea menggebu-gebu dengan pikiran kalut.
"Apa dia stalking Instagram gue?" ucap Ali was-was.
"Nggak tahu. Gimana ini, Li?" Terdengar dari ponsel Ali, suara Ilea parau.
"Lo tenang dulu, ya? Sabar, gue pasti bantu lo menjelaskan sama dia kalau misalkan terjadi apa-apa sama kalian. Gue akan tanggung jawab."
"Bukan itu, Li. Gue ... takut ...." Ilea sudah menangis, lehernya seperti tercekam hingga susah bernapas.
"Dear, tenang dulu. Apa gue perlu ke situ sekarang?"
"Li ...." Ilea menangis sesenggukan, dia kalang kabut dan takut terjadi sesuatu dengan hubungannya.
"Ssst, tunggu, ya? 10 menit gue sampai rumah lo."
Panggilan Ali terputus, pikiran Ilea sudah tak keruan. Banyak hal yang dia khawatirkan. Dia melorotkan tubuhnya di lantai kamar, memeluk lutut dan menelungkupkan wajahnya, menangis mengeluarkan sesak di dada.
Beberapa menit dalam posisi itu, ketukan pintu mengusiknya. Ilea mendongakkan kepala, dia menghapus air matanya lantas beranjak membukakan pintu. Vina berdiri di depan kamarnya.
"Ada Ali di bawah, katanya mau pinjam buku catatan kamu, ada PR yang dia nggak bisa kerjakan," ujar Vina melihat wajah sendu putrinya.
Ini bukan saatnya Vina bertanya, dia akan memberikan Ilea waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya.
"Iya, Ma. Tunggu, aku ambil buku catatanku dulu," ucap Ilea masuk ke kamar mengambil tasnya. Padahal dia tahu, Ali sekadar beralasan supaya bisa bertemu dengannya malam ini.
Setelah mencangklong tas sekolahnya, Ilea ke luar kamar berjalan lebih dulu menuruni tangga diikuti Vina.
"Mama buatkan kalian minum." Vina mengelus kepala Ilea saat mereka sampai di tangga terakhir.
"Iya, Ma. Makasih," ucap Ilea lalu melangkah ke ruang tamu.
Di sana sudah ada Ali yang menunggunya duduk santai bersandar di sofa. Ilea mendaratkan pantatnya di sebelah Ali.
"Nih!" Ali memberinya cokelat kepada Ilea.
"Buat?" Dahi Ilea mengerut, tetapi tangan menerima cokelat itu.
"Dalam penelitian, cokelat itu bisa menenangkan hati orang yang lagi sedih. Makanya gue bawain ini."
Bibir Ilea tersungging, menyerupai bulan sabit.
"Makasih," ucapnya.
Vina datang membawa nampan berisi stoples camilan dan dua cangkir teh hangat. Dia menurunkan di meja.
"Ini, buat teman belajar," ujar Vina.
"Terima kasih, Tan."
"Sama-sama, Li." Vina sudah hafal dengannya, karena belakangan ini Ali sering berkunjung ke rumah mereka.
"Tante tinggal, ya?" pamit Vina menunjuk ke dalam.
"Iya, Tan." Ali mengangguk dan tersenyum lebar.
Selepas Vina masuk, Ali menatap Ilea yang sedari tadi menunduk sedih.
"Kenapa sih?" tanya Ali mengelus kepala Ilea.
"Gue kepikiran omongannya Kak Al," ucap Ilea.
Ali menarik napasnya dalam, dia sebenarnya sakit hati kalau bibir Ilea menyebut namanya.
"Gue sudah di sini, masih saja lo kepikiran dia," dengus Ali memalingkan wajahnya ke arah lain.
Dia ngambek, karena menyadari Ali marah, Ilea jahil mencolek pinggangnya sampai tubuh Ali menggelinjang.
"Dear," ucap Ali lembut memperingatkan. Namun, Ilea tak menghiraukannya, dengan senyum jahil dia masih mencolek-colek pinggang Ali.
"Siapa suruh ngambek!" ujar Ilea.
"Oh, nantangin?" Ali menggelitiki Ilea, sampai tawa gadis itu lepas menggelegar di ruang tamu.
Kesedihan Ilea terobati adanya Ali. Lantas bagaimana dengan Al?
***
Jauh hari setelah memergoki akun Ali yang menge-tag postingannya di akun Ilea, Al diam-diam me-stalking-nya. Dari beberapa postingan Ali itu, Al menarik kesimpulan bahwa dia menyukai kekasihnya. Cemburu? Pasti! Namun, Al masih menahannya, dia diam menunggu kejujuran Ilea.
Karena suntuk, pulang kuliah tak ada kegiatan, Al ke apartemen Adel. Setelah makan malam, mereka bersantai di ruang tengah. Suami Adel pengusaha properti, jarang di apartemen, sering kali Adel ditinggal ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk mengurusi bisnisnya. Adel di apartemen hanya berdua dengan putri semata wayangnya---usia 12 tahun---kala sang suami sibuk di luar rumah. Sang putri setelah makan malam langsung ke kamar untuk belajar. Tinggallah Al dan Adel di ruangan itu.
"Tan, salah nggak sih, kalau aku cemburu?"
"Sama?"
"Teman sekelasnya Ilya."
"Cemburu kenapa?"
"Kayaknya dia suka sama Ilya deh."
"Ilya bagaimana?"
"Entah, aku nggak tahu."
"Yakin dari mana kalau cowok itu suka sama pacarmu?"
"Dari postingan Instagram-nya. Coba Tante lihat ini." Al me-stalking Instagram Ali dan memperlihatkan pada Adel.
2 suka
arga_ali.w Warning!⚠
Tidak pacaran, tapi menjaga komitmen. Tidak jomblo, tapi punya seseorang yang spesial.
_________________
dilla_fadddd Pake telornya double yah li. Makanya spesial 😅😅😅😅
arga_ali.w
@dilla_fadddd 🙌
"Sama ...." Al mengeluarkan secarik kertas dari saku celanya. Dia berikan pada Adel.
"Apa ini?" tanya Adel mengerutkan dahi dan membuka kertas itu.
"Aku menemukan itu ...." Al mulai bercerita.
Flashback
Saat kesempatan tiga hari di Indonesia, setiap malam Al apel ke rumah Ilea. Malam itu hujan lumayan lebat, Al membantu Ilea mengerjakan PR-nya di ruang tengah. Mereka lesehan di karpet, beberapa buku dan alat tulis berceceran di meja kaca.
"Aku pusing banget, Beb. Udah, ya?" keluh Ilea manja.
"Ayo, kurang dua soal lagi, Love." Al membujuk Ilea.
"Aaaaaa, kamu saja yang ngerjain. Aku sudah pusing." Begitulah Ilea jika ada Al, manja dan selalu pengin dimanja.
"Huh, dasar!" Akhirnya dua soal matematika, Al yang mengerjakan.
Di luar hujan semakin lebat, suasana cocok untuk bermalas-malasan. Ilea berbaring dan paha Al sebagai bantalannya. Sembari menunggu Al menyelesaikan PR-nya, yang mendapatkan PR malah asyik tiduran, memejamkan mata sembari memeluk pinggang Al. Karena sedikit kesulitan mendapatkan rumus, Al membolak-balikan kertas di buku Ilea mencari catatan rumus tersebut. Tak sengaja Al menemukan secarik kertas yang pernah Ali berikan pada Ilea. Al menyimpan kertas itu, dia diam tak ingin meributkan hal sepele.
Flashback off
"Begitulah, Tan." Setelah Al selesai bercerita.
"Jangan asal, cari tahu dulu kebenarannya. Siapa tahu ini bukan kertas dari dia, bisa kan, orang iseng?" Adel selalu berusaha menggiring pemikiran Al untuk selalu positif.
"Kadang aku merasa cape begini terus, Tan."
"Cape? Karena sikap Ilea ... atau kamu bosan? Cape sama bosan bedanya tipis!" tegas Adel.
"Cape, Tan. Bukan bosan! Cape selalu mengalah dan kayaknya aku yang selalu mengerti dia. Kapan aku dimengerti? Baru tadi aku posting foto bareng sama temen-temen, cuma gara-gara lihat Alyssa dia sudah ngambek."
"Dia cemburu karena lihat kamu dekat cewek lain."
"Terus apa aku nggak boleh cemburu lihat dia deket cowok lain? Apalagi postingan si cowok sampai begitu? Apa aku nggak boleh berpikir macam-macam?"
"Terus kamu penginnya bagaimana?"
"Rasanya aku pengin mengakhiri hubungan ini."
"Yakin? Jangan karena emosi sesaat kamu putuskan hal bodoh ini, Al."
Diam! Sejenak Al berpikir ulang dengan kata-katanya.
"Jangan mengakhiri hubungan hanya karena sebuah kesalahan. Namun, lihat perjuangan yang telah kalian tempuh. Apa sebanding dengan kesalahannya?" ujar Adel mengelus kepala Al lembut.
Al menarik napasnya dalam lalu mengembuskan kasar.
Notif Instagram masuk, bergegas Al membukanya. Matanya membulat membaca postingan terbaru Ilea.
"Lihat ini, Tan." Al memperlihatkan postingan Ilea pada Adel.
8 suka
denta_ileana_akleema Sebenarnya wanita tidak terlalu butuh banyak kata cinta, cukup tidak pergi dan selalu menemani di saat masa-masa sulit, itu sudah lebih dari cukup.
_______________
arga_ali.w Gue kan sudah nemenin Lo terus, kurang? Hahahaha
dilla_fadddd Tapi wanita juga harus paham, jgn hanya mau menuntut, kalau hatinya sendiri tak cukup 1 cinta 😏😏😏
al_zaidan.f Kalau itu mau kamu, sepertinya aku tidak bisa.🙏
Setelah mengisi komentar dan tak ada jawaban, Al mengacak rambutnya frustrasi. Adel mengelus punggungnya, memberi perhatian supaya keponakannya tenang.
"Tante lihat sendiri bagaimana si Ali itu ngomentari fotonya!" ujar Al meluapkan amarahnya.
"Iya, Tante lihat juga, tapi kan Ilya nggak balas komentar dia, Al. Bisa saja dia cuma bercanda. Boleh kamu cemburu, tapi jangan gelap mata. Jangan jadi cowok bodoh kamu!" sentak Adel.
Karena sesak di dadanya sudah penuh, Al memeluk Adel menangis menumpahkan emosinya. Adel dengan sabar menemani Al dan mengelus punggungnya.
"Kamu tenang dulu, jernihkan pikiranmu," ujar Adel memberi kesempatan Al menangis memuntahkan perasaannya yang sudah meluap.
***
Pagi hari bangun tidur, Ilea membuka ponselnya. Tak ada pesan dari Al pagi ini, cuma Ali yang menyambutnya dengan chat.
Pagi, Dear. Jangan lupa tersenyum.😊😘
Tak ada niat Ilea membalas pesan Ali, dia lalu membuka Instagram-nya. Dia membaca komentar dari Al, pikirannya semakin tak tenang. Bergegas Ilea mengirimkannya pesan.
Apa maksud komentar kamu, Beb?
Tak ada jawaban, Ilea melirik jam di dinding kamarnya, jarum panjang menunjukkan angka 10, jarum pendek menunjukan hampir ke angka 5. Mungkin Al sudah tidur, karena di Paris saat ini masih tengah malam.
"Kenapa kita jadi begini, sih, Beb?" gumam Ilea lalu pergi ke kamar mandi membersihkan diri.
###########
Pikir saja sendiri, Ly. Pusing aku!😑
Terima kasih atas vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top