Bersamamu Aku Bahagia
Setelah urusannya selesai, Minggu adalah waktu yang cocok untuk Al mengajak Ilea jalan-jalan. Seharian ini akan Al luangkan waktunya untuk Ilea sebelum dia besok kembali ke Paris. Pulau Bidadari adalah tujuan mereka.
Meskipun masih pagi, tetapi terik matahari sudah menyengat kulit. Al mengemudikan sedan hitam yang bagian atapnya terbuka. Dia tak takut kulitnya yang putih berubah agak cokelatan gelap, Al menyetir mobil hanya mengenakan singlet hitam memamerkan ototnya yang kukuh, berkacamata hitam, dan wajah tampak serius menatap jalan, Ilea yang tak tahan langsung mengabadikan momen itu. Sekali cekrekan, Ilea mendapatkan candid foto Al. Lantas dia memosting di Instagram-nya.
19 suka
denta_ileana_akleema Orang cuek itu punya rasa sayang yang luar biasa untuk orang yang dia sayang. Punya kesetiaan yang tinggi, rasa rela berkorban yang kuat, dan punya kesabaran tiada batas. Orang cuek itu bisa buat orang lain jatuh cinta dengan sendirinya dan berlaku seadanya. Baby, tetaplah seperti ini dan jangan berubah. Dekapanmu selalu kurasa. Love you Baby @al_zaidan.f 😘
_________________________
al_zaidan.f Aku sangat, sangat, sangat mencintaimu, Love.😘
dilla_fadddd Ya ya ya yah 😂😂😂😂
ghiaputri30 Tetap lahh bersama Al ,Ilea 😊
diieandra__29 Kusukaaa kalo kek gini 😍😍
rinaaratnareal Arghh..kok sweet bangettt😍😮,,jadi irii @denta_ileana_akleema 😅😉
Dentingan di ponsel mengganggu konsentrasi Al, lalu dia memperlambat laju mobil dan mengecek ponselnya. Bibirnya tersenyum lalu dia mengisi di kolom komentar postingan Ilea. Berbondong-bondong followers Ilea pun ikut berkomentar.
"Kamu nggak bosen apa, selalu bilang cinta sama aku?" ujar Ilea setelah membaca komentar Al.
"Nggak akan pernah bosen aku mengucapkan cinta sama kamu, Love. Kamu sudah bosen mendengarnya?"
"Nggak, aku nggak akan bosan, Beb. Malah aku bersyukur punya pacar yang berani terang-terangan di muka umum bilang cinta sama pasangannya. Itu tandanya, kamu membatasi cewek lain untuk dekat-dekat sama kamu. Kamu memberi warning buat mereka." Ilea menyandarkan kepalanya di lengan kekar Al. Kecupan singkat mendarat di kepala Ilea, perasaannya tenang dan damai.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya mereka sampai di Taman Impian Jaya Ancol. Untuk sampai di Pulau Bidadari, mereka akan menyeberang menaiki speed boat selama sekitar 30 menit dari dermaga Marina. Al sudah mempersiapkan perjalanan ini mengambil paket liburan lengkap, dari pergi dan nanti pulang menggunakan speed boat, sudah masuk dalam paket. Mereka tinggal menikmati fasilitas yang tersedia di dalam paket tersebut. Termasuk urusan makan dan penginapan terapung.
Sampainya di Pulau Bidadari, Al membuka pintu hotel apung tempat mereka istirahat siang ini dan meletakkan barang bawaan sebelum melanjutkan bersenang-senang di pulau itu. Dalam satu ruangan terdapat dua tempat tidur, kamar mandi dalam, AC, dan fasilitas lainnya sebagai pendukung kenyamanan pengunjung.
"Kamu mau makan?" tanya Al meletakkan tasnya di kursi.
"Entar ah, aku mau menikmati tempat ini dulu!" Ilea menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.
Melihat tingkah kekanak-kanakan Ilea, Al tersenyum lebar. Dia mendekat, lalu berlutut di samping tempat tidur Ilea. Al mengelus-elus kepala Ilea lembut, yang dielus merasa nyaman. Mata memicing merasakan kelembutan perlakuan Al, bibirnya tersenyum merasa beruntung mempunyai pacar pengertian.
Ilea membuka matanya, menoleh ke samping dan tersenyum sangat manis kepada Al. "Beb, kalau nanti aku lulus SMA, boleh kuliah di Paris? Biar kita bisa sama-sama terus."
"Emangnya kamu mau ambil jurusan apa? Kedokteran? Lihat darah banyak saja lemes," ledek Al mencubit gemas pipi chubby Ilea.
"Musik."
"Musik? Di Indonesia juga banyak universitas jurusan musik yang bagus."
"Tapi, aku pengin selalu deket sama kamu, Beb." Ilea manja, mengubah posisi menjadi miring dan tangan Al digunakan sebagai bantalan pipinya.
"Sabar, Love. Kita saat ini sedang berjuang, berkorban demi masa depan yang lebih baik. Walaupun kita pacaran, aku nggak mau hubungan ini menghambat karierku maupun kariermu. Kita harus bisa saling mendukung, aku nggak akan melarang kamu bermain musik apalagi menyuruhmu berhenti di bidang yang lama kamu tekuni."
"Jadi kamu pengin, ya, kita selalu jauhan begini?" Bibir Ilea cemberut.
"Bukan begitu, Love. Kamu nggak kasihan sama Om Ardian dan Tante Vina? Kalau kamu jauh sama mereka, pasti mereka kesepian. Kasihan, kan? Jangan cuma karena pengin dekat sama aku, kamu biarkan orang tuamu kesepian dan hidup berselimut kecemasan." Al yang selalu berpikir panjang dan bersikap dewasa supaya bisa membimbing Ilea.
"Iya sih."
"Kuliah saja di Indonesia, kalau bisa yang di daerah Jakarta. Biar kamu bisa bareng terus sama orang tuamu. Nanti kalau kita sudah menikah, pastinya akan selalu bersama. Hanya waktu saja yang belum mengizinkan. Sabar, ya?" Al mengecup kening Ilea.
Setelah Al melepas kecupannya, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dia bangkit dan duduk di tepi ranjang menghadap Al yang masih setia berlutut di bawah.
"Beb, aku mau bicara sesuatu sama kamu."
"Bicaralah."
Meski ragu, akhirnya Ilea berucap, "Sebelum kamu pulang, aku mimpi buruk tentang kita."
Al mengerutkan dahi. "Mimpi apa?"
Takut Al akan marah, Ilea mengalungkan tangannya di leher Al.
"Aku mimpi kamu mutusin aku di halte pertama kita ketemu."
"Alasannya aku mutusin kamu?"
Deg!
Jantung Ilea seperti lepas dari tempatnya, ingin jujur, tetapi dia takut.
Karena ketahuan aku jalan sama Ali, kata Ilea hanya bisa diucap dalam hati. "Nggak jelas, seingatku mimpinya begitu. Nggak tahu alasannya kenapa. Gara-gara mimpi itu aku bangun kesiangan." Ilea mengeluh manja sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hahahahaha." Al tertawa lalu berkata, "mimpi itu bunga tidur, Love. Jangan dipikirkan, aku nggak akan ninggalin kamu, karena aku sangat mencintaimu. Nggak tahu kenapa bisa sedalam ini aku cinta kamu dan anehnya baru kamu yang aku cintai sampai seperti ini. Aku kayak merasa setengah jantungku adalah milikmu."
Hati Ilea menghangat, tetapi ada rasa bersalah yang menggelayuti. Apakah bisa dia membalas cinta Al yang sedalam itu? Padahal dia menyadari jika hatinya telah terbagi dua dan ada orang lain yang menantinya.
"I love you." Lagi-lagi Al mengucapkan kata cinta.
"I love you too." Meski Ilea membalas ucapan cintanya, tetapi perasaannya tak setulus dulu. Ada sedikit rasa yang mengganjal dan mengganggu. Apa karena hatinya ada Ali? Entahlah!
"Kamu bobo dulu, nanti kalau sudah nggak terlalu panas, kita keluar ke pantai."
"Iya." Ilea berbaring nyaman di tempat tidur dengan seprai, sarung bantal dan guling bewarna putih.
Sembari menjaga Ilea tidur, Al menyelesaikan tugas yang diberikan kampus padanya sebelum dia pulang ke Indonesia kemarin.
***
Batin Ali bergelut, berkecamuk tak tentu. Pikirannya melayang-layang tak pasti. Galau, sehari hanya bisa mondar-mandir di rumah tanpa tahu mau melakukan apa. Seperti anak ayam kehilangan induknya, Ali bingung. Mau menghubungi Ilea, takut Al yang membaca pesannya. Meskipun Ali sangat mengharapkan Ilea, tetapi dia tidak ingin melihat hubungan mereka berantakan karenanya. Jika sampai terjadi, pastilah Ilea akan sangat sedih dan menyalahkan dia.
"Ya Allah, kenapa seperti ini rasanya? Jika Kamu menguji kesabaranku, bisakah tidak dengan mencintai pacar orang?" Ali bergumam sendiri saat di balkon kamarnya.
Duduk di kursi kayu sambil menikmati es jeruk, Ali membuka aplikasi Instagram-nya. Setelah melihat postingan terbaru Ilea, semakin galau hati Ali. Dia pun memosting foto dan membumbui caption galau. Karena malas membaca komentar, Ali menonaktifkan kolom komentarnya.
12 suka
arga_ali.w Yang bukan prioritas mah bisa apa, mau nge-chat saja, takut yang balas pacarnya.😑
____________
Setelah itu dia menghela napas panjang, supaya sedikit mengurangi rasa sesak di dadanya.
"Bersenang-senanglah dulu sama dia, Dear. Nanti kalau dia sudah kembali, akan banyak waktu kita buat bersenang-senang." Ali masuk ke kamar, daripada memikirkan yang tidak-tidak, akhirnya dia tidur.
***
Swastamita indah di senja hari, Al dan Ilea masih menikmati pantai di Pulau Bidadari. Tawa lepas Ilea melebur segala pikiran negatif, dia hanyut dalam kebahagiaan yang Al ciptakan.
Saat ingin diajak kembali ke penginapan, Ilea masih enggan meninggalkan pantai yang membebaskannya hari ini.
"Ya sudah kalau nggak mau pulang. Aku tinggal." Al berlari kecil.
"Baby!" pekik Ilea setengah merengek seperti anak kecil saat Al berlari, berpura-pura ingin meninggalkannya.
Tak acuh Al berlari kecil di bibir pantai membiarkan kakinya sesekali terhempas air laut. Ilea mengejar dan langsung menubruk punggung Al lalu naik. Dengan sigap Al menahan pantat Ilea agar tidak jatuh dari gendongannya. Al memperlambat langkahnya, Ilea mengalungkan tangannya di lehernya.
"Beb, jangan pernah berubah, jadilah cintaku yang seperti sekarang untuk nanti, besok, dan seterusnya," pinta Ilea bernada pelan, tetapi sangat jelas di telinga Al.
Kaki Al berhenti melangkah, bibirnya tersenyum lebar, dia turunkan Ilea dari gendongannya, lantas Al memutar tubuhnya menghadap Ilea. Semburat oranye semakin kuat saat matahari seperti tertelan cakrawala. Al menangkup pipi Ilea dan berucap, "Perasaanku nggak akan pernah berubah walaupun ragaku berubah, kulit menjadi keriput dan rambut memutih. Cintaku akan tetap besar seperti saat ini ke kamu."
"Janji kamu bakalan selalu setia?" Ilea menaikkan kelingkingnya.
"Janji." Al menautkan kelingkingnya dengan kelingking Ilea. "Aku akan bersanding sama kamu sampai kita nanti tua dan pada akhirnya terpisah karena kematian." Al menarik dagu Ilea dan mengecupnya sangat lembut.
Tanpa Ilea sadari, tangan Al memotret dari samping saat mereka hanyut dalam ciuman manis di tengah tenggelamnya matahari ke peraduan. Al melepas ciumannya, dia tersenyum sangat manis dan dibalas Ilea dengan senyum tak kalah manisnya.
"Aku mencintaimu, akan terus seperti itu," ujar Al lantas memeluk Ilea.
Dekapan Al begitu nyaman untuk Ilea, sampai-sampai dia memejamkan mata dan membalas pelukan Al sangat erat, seolah dia enggan kehilangan pria yang mencintainya.
"Sudah malam, celana kamu basah, balik ke penginapan, mandi terus kita makan, habis itu nyeberang balik ke Jakarta," ujar Al meregangkan pelukan mereka.
"Huum." Ilea mengangguk.
Al merangkul Ilea berjalan ke penginapan. Sampainya di sana, Al lebih dulu mempersilakan Ilea membersikan diri, sedangkan dia menunggu sambil memosting foto yang tadi diabadikannya. Senyum mengembang di bibir Al saat hasil jepretannya bagus, padahal tanpa direncanakan dan spontanitas, tetapi memuaskan.
"Hasil siluet yang sempurna," gumam Al sambil menuliskan caption di postingannya.
35 suka
al_zaidan.f Satu ciuman membuat rontok kangenku padamu @denta_ileana_akleema.
______________________
denta_ileana_akleema Baby😘
al_zaidan.f
@denta_ileana_akleema 😘
safridahnm cieeee udah ketemu nih
ghiaputri30 Aduhh 🙈🙈🙈
diieandra__29 Duhhhh jadi envii 😁😍❤
rinaaratnareal Amazing😍
zahrakiila Cieee😊😊
Pintu kamar mandi terbuka, Ilea keluar sudah rapi dengan penampilan kasual, mengenakan celana panjang dan kaus.
"Mandi gih!" titah Ilea sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Siap!" Al berdiri lalu masuk ke kamar mandi.
Ilea langsung mengecek ponselnya, betapa terkejutnya dia melihat postingan terbaru Al. Dia memberi komentar, dengan cepat Al membalasnya.
"Dasar! Ke kamar mandi saja ponsel dibawa," gerutu Ilea menyisir rambutnya di depan cermin.
Selesai menikmati makan malam di bibir pantai, mereka langsung menyeberang. Tengah malam barulah mereka sampai di Jakarta, Al langsung mengantar Ilea ke rumahnya.
***
Paginya, suara mobil Al terdengar masuk ke pelataran rumah Ilea. Sebelum berangkat ke Paris siang nanti, Al menyempatkan diri mengantar Ilea ke sekolah.
"Ciyeeeee, ada yang jemput," goda Vina saat mereka sedang sarapan di ruang tamu. Ardian hanya tersenyum melihat wajah Ilea yang merah karena malu.
"Apaan sih, Ma," sangkal Ilea menyenggol Vina.
Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu setelah mendengar bel rumah bunyi. Tak lama, dia kembali diikuti Al di belakangnya.
"Selamat pagi, Om, Tan," sapa Al ramah.
"Pagi, Al," jawab mereka bersamaan.
Al menyalami Vina dan Ardian bergantian. Karena sudah terbiasa, Al lalu duduk di samping Ilea menunggunya selesai sarapan.
"Sarapan, Al," ujar Ardian.
"Iya, Om. Makasih. Tadi sudah sarapan di rumah," tolak Al karena memang benar dia sudah sarapan.
"Bunda sama Ayah sehat?" tanya Vina.
"Alhamdulillah, sehat, Tan."
"Sudah lama kami nggak ketemu," tambah Vina lalu menyuapkan sepotong roti bakar ke mulutnya.
"Iya, Tan. Mungkin karena kesibukan yang belum bisa ditinggalkan, makanya belum bisa kumpul lagi seperti dulu."
"Iya juga, sih." Vina memahami keadaannya.
"Bagaimana liburan kalian kemarin?" Ardian menatap Al dan Ilea sembari mengelap bibirnya dengan tisu.
"Alhamdulillah, seneng banget, Pa. Ternyata di kota sendiri punya tempat wisata bagus. Nggak perlu ke luar kota, sehari saja sudah puas," ujar Ilea antusias, senyum tak pudar dari bibirnya.
Semua ikut bahagia melihat keceriaan gadis itu. Al mengelus rambutnya lembut.
Selesai sarapan dan berpamitan dengan orang tuanya, Ilea berangkat sekolah diantar Al. Di perjalanan, banyak yang Ilea ceritakan, Al menjadi pendengar setia. Tak terasa mobil berhenti di depan gerbang SMA Marsudirini.
"Yaaaah, sudah sampai," desah Ilea yang sepertinya sangat berat turun dari mobil Al.
Kepalanya merunduk, sangat lembut Al mengangkat dagu Ilea.
"Love, jangan membuatku berat. Aku pergi cuma sementara kok, bukan mau ninggalin kamu. Aku pergi untuk menimba ilmu, tolong jangan pasang wajah seperti itu," mohon Al.
Mata Ilea berkaca-kaca, tak kuasa dia menahan kesedihannya, lalu Ilea memeluk Al sangat erat dan memecahkan tangisnya. Hati Al pun ikut sedih, dia bisa merasakan kesedihan Ilea.
"Love." Al berucap sangat lembut, ingin meregangkan pelukannya, tetapi Ilea mendekap sangat erat.
Suara isakan terdengar jelas, Al mendekap Ilea dan mengelus punggungnya. Sekitar lima menit, Al membiarkan Ilea meluapkan tangisan dalam pelukannya.
"Cepat pulang," rengek Ilea bersuara parau.
"Iya." Al menegakkan tubuh Ilea dan menyeka air matanya menggunakan telapak tangan. "Sekitar tiga minggu, aku pulang lagi. Kamu jangan sedih begini dong. Apa sih, yang kamu takutin? Hem?" Al menghapus sisa air mata di pipi Ilea.
"Nggak tahu, pokoknya aku pengin deket terus sama kamu."
Al menghela napasnya dalam, dia membawa Ilea kembali dalam pelukannya. Tangan Ilea spontan melingkar di pinggang Al. Sangat lembut, Al megelus rambut Ilea.
"Kamu harus fokus belajar, untuk saat ini jangan mikir macam-macam. Pikirkan yang pokok dulu, jodoh di tangan Tuhan. Bagaimanapun nanti akhir cerita kita, itu yang terbaik. Setiap orang pasti akan merasakan kehilangan."
"Kenapa kamu ngomongnya begitu?"
"Biar kamu nggak takut kehilangan aku."
Dengan cepat Ilea melepas pelukan Al dan menatap kedua mata itu dalam-dalam. Tatapan tajam, tetapi meneduhkan hatinya, ketulusan dan cinta yang besar terukir dari sorotan itu.
"Sekarang kamu masuk, ya?" Al mengelus pipi Ilea dan mengecup keningnya. "I love you," ucap Al menautkan kening mereka.
"I love you too, Beb." Memberanikan diri, Ilea lebih dulu mencium bibir Al, sampai mereka saling memagut.
Sudah merasa cukup, Al lebih dulu melepas ciumannya. Dia mengelap bibir Ilea yang basah karena saliva mereka tercampur.
"Sudah ah, nanti kamu telat masuknya. Belajar yang bener, jangan aneh-aneh," pesan Al.
"Iya, Beb." Ilea membuka pintu mobil, rasanya sangat berat saat ingin turun.
"Apa lagi? Uang saku?" tanya Al diiringi candaannya.
Ilea menoleh, dia tersenyum sangat manis.
"Mana?" Tangan terulur ke hadapan Al.
Sangat manis Al mengecup telapak tangan Ilea.
"Sudah."
"Aaaaaa," rengek manja Ilea.
"Iya-iya." Al merogoh saku celana belakangnya, dia mengeluarkan dompet dan mengambil selembar uang seratus ribu. "Jangan boros!" pesan Al.
"Hehehehe, makasih, Beb." Ilea mengecup pipi Al.
"Masuk sana!"
"Iya, safe flight, ya?"
"Iya, Love."
"Dadah." Ilea melambaikan tangannya seraya menjauh dari mobil Al. Dari dalam mobil, Al membalas lambaian tangan Ilea.
Setelah tubuh gadis mungil itu tak terlihat lagi, Al menjalankan mobilnya. Dia harus bersiap-siap ke bandara.
Sampainya di kelas, mata Ilea terlihat sembap. Wajahnya lusuh seperti kain yang tidak disetrika. Ali yang melihatnya bisa menebak, pasti dia sedih karena ditinggal Al. Untuk memberikannya waktu, Ali membiarkan Ilea.
Ilea duduk di kursinya, masih ada waktu 10 menit sebelum bel masuk. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas dan membuka aplikasi Instagram. Ilea memosting foto lamanya bersama Al.
16 suka
denta_ileana_akleema I'm not a girl weak, but he is the one who always spoiled me. Safe flight, Baby. I will be waiting for you, I love you.😘💕
_________________
ghiaputri30 Uchhhh cocweet nya ,safe flight kak Al .😊
dilla_fadddd Rahasia kitaaa. Gue masih nunggu akhirnya itu btw @denta_ileana_akleema
rinaaratnareal Ciee yang bahagia , sang pujaan hatibya datang..ciee..ciee @denta_ileana_akleema@al_zaidan.f
denta_ileana_akleema
@rinaaratnareal hahahaha, iya dong.
denta_ileana_akleema
@ghiaputri30 💃
denta_ileana_akleema
@dilla_fadddd 😬
dilla_fadddd Gue nyemil pop corn dulu yakk smbil liatin wkwkwk @denta_ileana_akleema
al_zaidan.f Thank you, Love. Jaga diri baik-baik. Love you.😘
denta_ileana_akleema
@al_zaidan.f love you too, Baby.😘
Bel masuk pun terdengar, segera Ilea memasukkan ponselnya ke tas dan mengeluarkan buku pelajaran.
#############
Mantap habis!👍👏
Terima kasih untuk vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top