2. Because I heart you

Se-hun terdiam dengan perasaan kesal dan marah disaat yang bersamaan tapi tidak ada yang bisa dilakukannya selain berdiri tepat di sebuah taman bermain yang sepi dan duduk diatas ayunan besi. Dia sedang menunggu seseorang.

Setelah latihannya selesai karena besok ada acara mini konser yang digelar di sebuah gedung olahraga ternama di Seoul, Se-hun langsung mangkir dari studio dan menyusul Somi yang memang sedang menikmati makan malam dengan teman-temannya yang terdiri dari tiga laki-laki dan empat wanita termasuk Somi.

Tidak usah ditanya darimana Se-hun mengetahui dimana Somi berada. Tentu saja berbekal dr GPS yang ada pada ponsel Somi dan pelacak yang ada pada gelangnya. Sementara itu, gelang yang sudah dimodifikasi Se-hun oleh pakar perhiasan saat membelinya dilengkapi mode untuk merekam suara. Otomatis, obrolan Somi bisa terdengar oleh Se-hun.

Lantas apa yang membuat Se-hun kesal dan marah sampai menelepon Somi untuk segera bertemu dengannya sekarang di sebuah taman bermain yang sepi dari jangkauan khayalak umum? Karena Se-hun tidak terima dengan jawaban yang Somi berikan kepada salah satu seniornya mengenai status dirinya. Gadis itu dengan lugas menjawab tidak punya kekasih dan masih seorang diri.

"Oppa..."

Terdengar suara Somi memanggilnya dalam nafas yang terengah-engah. Sepertinya gadis itu berlari untuk mencapainya kesini. Wajahnya tampak cemas dan menatap Se-hun dengan penuh penilaian.

"Apa kau baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba ingin bertemu denganku? Kau sakit atau apa?" tanya Somi sambil melangkah ke arah Se-hun dan mengangkat tangannya pada kening Sehun.

Se-hun menepis tangan Somi yang ada di kening lalu menggenggamnya sambil menatapnya tajam. "Aku tidak sakit. Aku baik-baik saja."

Somi menatapnya bingung. "Ada apa? Tidak biasanya kau memanggilku tiba-tiba. Apa kau akan pergi selama beberapa hari setelah tampil untuk mini konser besok?"

"Bukan seperti itu! Diamlah!" seru Se-hun kesal.

Dia tersentak kaget saat melihat Somi tertegun melihatnya yang tiba-tiba berteriak padanya. Menyadari kesalahannya, Se-hun menggeram pelan karena rasa kesalnya sudah mencapai batas dan itu tidak disukainya.

"Apa... aku membuat kesalahan sampai kau marah seperti ini?" tanya Somi lirih.

Se-hun menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dalam dengusan kasar. "Kau pergi dengan siapa saja tadi?"

"Aku sudah bilang pergi dengan Eun-Mi dan merayakan ulang tahun Woobin-sunbae tadi," jawab Somi.

"Siapa saja disana? Aku yakin kau tidak hanya bertiga saja, kan?" dengus Se-hun tajam.

Somi mengerjap tidak mengerti lalu menghela nafas lelah. "Bisa kau jelaskan saja apa yang mau kau sampaikan tanpa harus melampiaskan kekesalanmu seperti ini? Aku semakin tidak mengerti."

"Aku yang tidak mengerti maksudmu. Kenapa kau bilang kalau kau tidak mempunyai kekasih kepada laki-laki sialan yang kau panggil dengan Sunbae itu?" balas Se-hun dengan nada tinggi.

Somi menatap Se-hun heran. Dia tidak langsung menjawab tapi memperhatikan Se-hun dengan tatapan penuh tanya.

"Kau... mengikutiku?" tanya Somi dalam nada hati-hati.

Se-hun tertawa hambar dan masih menatapnya dengan tatapan tajam "Tidak usah berkelit. Aku bertanya dan kau menjawab. Katakan padaku alasannya kenapa kau menjawab seperti itu? Apa kau ingin didekati oleh pria lain? Apakah seperti ini sikapmu jika tidak bersamaku?!"

Kekesalan yang menguasai dirinya membuatnya mengeluarkan perkataan yang menyakitkan bahkan terdengar seperti itu oleh dirinya sendiri. Terlihat dari perubahan air muka Somi yang kaget dan menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Apakah penilaianmu seperti itu terhadapku atas apa yang sudah kulakukan untukmu?" tanya Somi dengan suara bergetar.

"Jangan membalikkan pertanyaanku, Somi. Jawab saja! Apa alasanmu?!" balas Se-hun gemas.

"Memangnya aku harus menjawab apa jika orang bertanya padaku dengan pertanyaan seperti itu? Mengatakan pada semua orang bahwa aku adalah kekasih dari Oh Se-Hun, salah satu anggota group EXO yang terkenal itu. Begitu?" seru Somi langsung.

"Kenapa tidak?" balas Se-hun emosi.

"Dengan konsekuensi aku akan ditertawakan orang karena aku adalah fangirl yang sudah tergila-gila sampai berhalusinasi dan terlalu banyak berpikir secara delusional? Itu maumu?!" sahut Somi getir.

"Bukan seperti itu!" seru Se-hun yang semakin geram.

"Bukan seperti itu katamu? Lantas, bagaimana dengan dirimu yang selalu menjawab pertanyaan yang sama dari para wartawan atau para fansmu soal statusmu? Bukankah kau juga bilang kau tidak memiliki hubungan spesial dan kau hanya tertarik pada sebuah pertemanan?! Lalu apa bedanya dengan jawabanku pada temanku? Apa aku salah? Dan apa karena itu kau kesal padaku dan melampiaskan amarahmu dengan mengajakku kesini?!" desis Somi tajam.

Bungkam. Se-hun tidak bisa membalas ucapan Somi yang membuat kepalanya semakin penat. Tidak percaya pada diri sendiri yang sampai mempermasalahkan hal seperti ini pada Somi, satu-satunya alasan dirinya untuk merasa bahagia.

"Jika kau cemburu, aku maklum karena selama menjalin hubungan denganmu, perasaan seperti itu sudah menjadi nama tengahku. Itu manusiawi dan itu wajar. Kau tidak perlu sungkan mengakuinya karena aku tidak akan marah dan dengan senang hati aku menjelaskannya padamu," tambah Somi yang membuat Se-hun kembali menatapnya.

Napasnya terasa berat saat melihat ekspresi Somi yang tampak begitu sedih. Tatapan yang pernah diberikan Somi padanya tentang menyerah. Tatapan yang menandakan bahwa Somi sudah lelah untuk berjuang bersamanya. Kini, kepanikan mulai menyergap dengan rasa tidak rela. Bukan seperti ini yang kuinginkan, batinnya mengerang tapi dia hanya bisa bungkam.

"Aku sangat mencintaimu, Oppa. Sampai saat ini, aku masih tidak bisa menahan diri untuk berteriak pada semua orang bahwa kau adalah milikku dan berseru untuk menyuruh mereka berhenti memuji atau menyukaimu. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mampu. Aku hanya bisa mencintaimu dalam diam, mengagumimu dari kejauhan. Tidak ada yang tahu. Mungkin juga tidak ada yang peduli apa yang kurasakan selama ini. Karena bagiku, selama kita saling mencintai, itu saja sudah cukup, bukan? Tapi kenapa kau masih mempertanyakan kesetiaanku selama satu tahun lima bulan delapan hari dan tiga belas jam hubungan ini?" lanjut Somi dengan nada yang semakin bergetar dan mata yang berkaca-kaca.

Masih bungkam, Se-hun tidak sanggup membalas karena ucapan Somi membuat hatinya terluka. Dia juga merasakan kesakitan yang sama dengan mencintai dan merindukannya dalam diam. Dia menginginkan Somi. Hanya Somi yang menjadi sumber semangatnya saat ini.

'Dan kau belum menjawab pertanyaanku, darimana kau tahu tentang apa yang kukatakan pada Sunbae dimana aku sangat yakin jika hanya kelompok kami yang ada di kedai itu dan tidak ada tamu lain disana," tanya Somi kemudian.

Tidak ada yang bisa dilakukan Se-hun selain memberitahukan apa yang sudah dilakukannya pada Somi tentang memasang navigator pada ponsel dan pelacak di gelang yang dilengkapi perekam suara. Gadis itu mendengarkan dengan seksama dan tampak begitu tenang. Sama sekali tidak menyela dan itu membuat Se-hun tidak nyaman.

"Kau tahu, Oppa? Aku merasa apa yang sudah kulakukan adalah sia-sia," ucap Somi setelah Se-hun selesai menjelaskan.

"Apa maksudmu?" tanya Se-hun bingung.

"Dasar dari sebuah hubungan adalah kepercayaan dan itu adalah pondasi kuat agar hubungan tetap utuh. Bagaimana mungkin kau melakukan hal itu padaku sedangkan aku tidak tahu apa-apa tentangmu? Aku yang setiap harinya menunggu kabar darimu dengan harapan agar kau baik-baik saja. Meski seringkali keraguan itu datang, tapi aku berusaha untuk percaya?" balas Somi seiring dengan airmata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

"A-Aku berusaha untuk jujur padamu dan tidak ingin sesuatu terjadi padamu," sahut Se-hun panik karena melihat Somi menangis.

Dia hendak melangkah mendekat tapi Somi segera menggeleng sambil mundur untuk menjauh.

"Bukan kejujuran seperti itu, Oppa. Kau bisa bertanya langsung padaku dengan baik-baik. Kau bisa meneleponku yang sudah pasti akan kuangkat, berbeda dengan dirimu yang tidak pernah mengangkat teleponmu dan aku yang selalu menyesuaikan waktuku dengan waktumu hanya untuk menerima telepon atau membalas pesan," ucap Somi sambil terisak pelan.

"Aku..."

"Kau memperlakukanku seperti kriminal," tambah Somi yang membuat Se-hun menggeram pelan.

"Tidak seperti itu, Somi! Aku..."

"Aku tidak bisa seperti ini terus menerus, Oppa!" sela Somi cepat dan itu membuat kepanikan Se-hun semakin parah.

Satu kalimat itu menghantam keras dinding hatinya dan sukses membuat Se-hun lemas. Degup jantungnya seolah berhenti berdetak sepersekian detik sambil membalas tatapan pilu Somi disana.

"Aku tidak pernah menuntut apapun darimu, bahkan tidak pernah berani. Hanya melihatmu dari kejauhan saja aku sudah senang, tapi ternyata hal itu tidak ada bedanya dengan orang lain yang mengagumimu. Kita juga tidak memiliki pondasi yang kuat untuk melanjutkan hubungan ini. Percayalah, hatiku bahkan jauh lebih sakit saat mengatakan hal ini tapi harus ada yang bisa memutuskan. Aku..."

"CUKUP!" seru Se-hun sambil mengangkat tangan agar menyuruh Somi diam. Dia tidak sanggup untuk mendengar lebih banyak karena sudah menangkap maksud dari Somi.

Setiap kali pertengkaran terjadi, setiap kali itulah gadisnya menyerah. Di setiap kali itu juga dia berusaha untuk mengambil hati Somi kembali. Tapi tidak untuk sekarang. Cukup adalah cukup.

Seberapa jauh jarak yang membentang dinatara mereka, Se-hun tidak pernah membenci jarak itu, karena dari itulah membuatnya rindu. Tapi, jika terus mengejar jarak, pada akhirnya lelah juga, batinnya.

Dia yang mengejar waktu untuk supaya bisa melihat gadisnya dari kejauhan, berusaha untuk pulang lebih awal hanya untuk memastikan gadisnya dalam keadaan baik-baik saja, dan yang sudah kelelahan dalam bekerja tapi mengambil waktu untuk berkomunikasi tentang kabar dan keseharian gadisnya. Di setiap akhir harinya, dia akan mengecek rekaman GPS yang tersimpan dalam ponsel pribadi untuk melihat apakah gadis itu bahagia atau mendapatkan masalah.

Mengingat kesemuanya itu, Se-hun hanya mampu tersenyum hambar karena mendapat balasan menyerah dari gadisnya. Hal ini membuatnya perlu melakukan sesuatu yang mungkin menjadi sosok kejam di mata Somi saat ini.

Pertengkaran itu berakhir dengan Se-hun yang pergi meninggalkan Somi begitu saja dan mengisi hari-harinya dengan berlatih lebih keras dan menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas untuk mini konser yang dibuat oleh agensinya.

Sampai pada saat mini konser itu berlangsung, meski tidak melihat keberadaan Somi tapi Se-hun yakin jika gadis itu hadir di salah satu bangku penonton, maka dengan sengaja dia memberikan tontonan kepada para penonton yang hadir dengan mencium kening salah satu idol wanita yang sempat dirumorkan dengannya dan sesumbar bahwa dirinya memiliki hubungan spesial dengan Idol itu selama ini.

Tepat saat kegaduhan terjadi di bangku penonton, ada yang berseru dan berteriak senang, Se-hun menyoroti sosok Somi yang berdiri diantara kerumunan yang tidak jauh dari panggung dan menangkap ekspresi sedih dan terlihat kecewa disana. Memberikan senyuman tipis padanya, Somi berbalik dan pergi meninggalkan konser itu.

Itu adalah terakhir kalinya Se-hun melihat Somi.


Updated by minca.
Allo manteman, minca kembali utk bantu update cerita krn Ibu Peri lagi pergi dan susah sinyal 😊

Nanti minca update lagi ya 🙏

Sat, 22 Jun, 24 (12.18)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top