1. Because I miss you
Banyak yang bilang jika menjadi seorang Idol sangat menyenangkan dan hampir semuanya berlomba-lomba untuk terjun ke dalam dunia hiburan. Bisa ke luar negeri, disukai banyak orang, menjadi terkenal, dan popularitas yang tinggi juga memberikan jaminan untuk mendapat hidup yang jauh lebih baik.
Tidak ada yang salah dengan semua itu. Tadinya, itu adalah hal yang menyenangkan, tapi saat ini, Se-Hun tidak tahu apakah menjadi idol semenyenangkan itu? Sebab menjadi seorang Idol adlah ketidaksengajaan yang terjadi dalam hidupnya.
Semua berawal dari dirinya yang sedang menikmati makan siang bersama seorang teman dan dihampiri oleh seseorang yang mengaku sebagai pencari bakat dari agency ternama di kota itu.
Dididik sebagai anak yang selalu mendengarkan nasihat orangtua, tentu saja, Se-Hun tidak mempercayai orang asing itu begitu saja. Dia sampai harus bersembunyi agar orang itu tidak terus mendekati sampai akhirnya dia menyerah untuk keluar dari persembunyiannya dan mendengarkan penjelasan orang itu.
Singkat cerita, sampailah kehidupannya di hari ini, seorang Idol dari salah satu grup ternama dan menjadi visual sekaligus yang termuda di grup itu. Kehidupannya berubah drastis, kebebasannya terbatas, bahkan apa yang dilakukannya selalu menarik perhatian meski hanya mampir ke toko kecil untuk membeli sebotol minuman.
Dalam hal bepergian disaat dirinya sedang tidak bekerja, dia harus memakai topi dan masker untuk menutupi dirinya agar tidak dikenali. Selalu seperti itu. Sedangkan dirinya selalu risih dengan setiap perhatian yang tertuju padanya dan masih gugup setiap kali naik ke atas panggung. Memberi ekspresi dingin adalah caranya untuk menyembunyikan rasa gugup itu.
Saat sedang lelah, Se-Hun seringkali merindukan kebebasannya, termasuk hubungannya dengan Somi. Dia ingin mengajak kekasihnya berkencan layaknya pasangan pada umumnya, menikmati makan malam di restoran favorit, atau berpegangan tangan sambil berjalan di pusat kota. Namun, itu tidak mungkin dan Se-Hun berusaha untuk menjaga Somi dari incaran pencari berita atau fans yang akan mengambil kebebasannya dengan menyembunyikan hubungan itu.
Meski begitu, Somi termasuk kekasih yang begitu pengertian dan tidak menuntut apapun darinya. Satu-satunya alasan yang membuat Se-Hun bahagia adalah memiliki Somi yang mencintainya. Itu saja. Orang yang membuatnya merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama dimana gadis itu tidak histeris atau melihatnya sebagai seorang Idol. Somi bersikap biasa saja dan cukup sopan saat mereka bertemu di satu kesempatan. Itulah yang membuatnya menyukai Somi, bahkan sangat mencintainya.
Dan mencintainya dari kejauhan adalah satu-satunya alasan yang membuat dirinya bahagia.
Seperti saat ini, saat dimana sorot mata Se-Hun tertuju pada seorang gadis yang sedang mengobrol dengan teman-temannya sehabis jam kuliahnya. Tampak Somi yang sedang menukar buku catatan dan berdiskusi di sana.
Kebersamaan mereka di Tokyo adalah terakhir kali Se-Hun bisa memeluk Somi. Kesibukannya dengan pemotretan, latihan, jadwal konser yang menunggu, dan hal-hal lainnya cukup menyita perhatian hingga dirinya hampir mengabaikan keberadaan Somi yang membutuhkan perhatiannya. Se-Hun sudah kelelahan sampai lupa untuk sekedar memberi kabar.
"Kau tidak ingin turun dan memberi salam kepadanya?" terdengar pertanyaan dari Baekhyun yang tampak jenuh dan gemas disana.
"Tidak mungkin, sebab kita hanya memiliki waktu yang singkat untuk jam istirahat sebelum kembali bekerja dan aku tidak ingin mengganggunya," jawab Se-Hun cemberut.
"Meski singkat, kupikir dengan memberi tegur sapa akan memberi pengaruh yang besar. Kau merindukannya, dan kupikir dia juga begitu," sahut Baekhyun heran.
Dari semua anggota grup, hanya Baekhyun dan DO yang bisa dipercayai Se=Hun untuk menceritakan tentang hubungannya dengan Somi. Maka dari itu, Baekhyun bisa menemaninya untuk melihat Somi dengan DO yang memberi alasan kepada yang lainnya.
"Aku tidak ingin memberi harapan palsu padanya. Jika aku muncul, dia akan berharap lebih sedangkan aku hanya bisa memberinya waktu tidak lebih dari lima menit," balas Se-Hun getir.
Baekhyun memutar bola matanya saat mendengar balasan itu. "Bukankah kita sudah berdiam seperti orang tolol lebih dari sepuluh menit di sini?"
"Aku hanya tidak ingin membuatnya kecewa, Hyeong," sahut Se-Hun cepat.
"Pemikiran seperti itu salah besar! Bagi wanita, meski hanya satu menit pun adalah berharga. Bahkan, kau bisa meluangkan waktu untuk melihatnya dari kejauhan seperti ini hampir setiap hari. Aku dan DO sudah bosan memberi alasan kepada yang lainnya untuk menutupi rahasiamu yang tiba-tiba menghilang di setiap jam istirahat!" desis Baekhyun gemas.
"Aku hanya ingin membuatnya senang dengan memberinya waktu seharian," ucap Se-Hun dengan suara bergumam.
"Teruslah berpikir seperti itu sampai akhirnya kau menyesali telah membuang waktu," celetuk Baekhyun ketus.
Kening Se-Hun berkerut saat tidak mendapati Somi di depan gerbang kampus. Mengobrol dengan Baekhyun membuat perhatiannya teralihkan dan dia mulai cemas dengan tidak adanya Somi yang seharusnya menunggu mobil jemputan disana.
"Lihat, kau terlihat semakin bodoh saat tidak mendapati gadismu di tempat yang seharusnya," ejek Baekhyun.
"Ini semua karena kau yang mengajakku mengobrol," decak Se-Hun sambil mengeluarkan ponsel untuk mencari keberadaan Somi lewat ponselnya.
Belum sempat membuka ponsel, Se-Hun tersentak saat ada yang mengetuk kaca jendela mobilnya. Tidak hanya dirinya, Baekhyun juga. Keduanya panik jika terpergok oleh pencari berita dan mengakibatkan rumor yang tidak benar dan mendapat teguran dari pihak manajemen.
Menoleh dan mengerjap selama beberapa saat untuk mengawasi orang yang mengetuk jendela, sebab orang itu masih berdiri sehingga dirinya tidak bisa melihat siapa yang mendekati mereka.
"Kita pergi saja dari sini," desak Baekhyun cemas.
"Tunggu sebentar," gumam Se-Hun dan segera menekan tombol untuk menurunkan jendela yang disambut seruan panik Baekhyun.
"Apa kau gila? Jangan..."
Seruan panik Baekhyun terhenti saat melihat orang yang mendekati mereka sudah membungkuk dan memperlihatkan Somi yang memberikan senyuman lebar pada mereka.
"Annyeong," sapanya. "Apa aku bisa masuk sebentar ke kursi belakang?"
Masih kaget, Se-Hun segera melakukan yang diminta Somi dan gadis itu langsung beringsut masuk ke dalam dan duduk disitu.
"Kenapa kau bisa menghampiri kami?" tanya Se-Hun akhirnya. Masih tidak percaya jika Somi mengetahui keberadaannya.
Somi menyapa Baekhyun dengan ramah sambil membungkuk perlahan, lalu kembali pada Se-Hun untuk menatapnya penuh arti.
"Aku hanya ingin memberikan ini untuk kalian," ujar Somi sambil menyodorkan dua gelas minuman bubble tea dan dua porsi topokki dalam sebuah kantung kertas.
"Kau tahu sekali jika kami belum makan, terima kasih," seru Baekhyun girang sambil menerima kantung itu.
Hal itu membuat Se-Hun tertegun dan menatap Somi penuh arti. Dia tidak tahu harus membalas apa karena melihat Somi sedekat itu saja sudah membuatnya senang.
Somi tersenyum saja dan menganggukkan kepala dengan sorot mata penuh pengertian seolah menyadari kebingungan Se-Hun saat ini.
"Aku mengenali mobil manajermu yang kau pinjam untuk menguntitku setiap siang, Oppa. Tadinya aku tidak yakin sampai akhirnya aku mengenali topi dan maskermu itu," cerita Somi sambil mengambil segelas bubble tea dan menusukkan sedotan untuk diberikan pada Se-Hun.
Baekhyun mengabaikan keduanya dengan sibuk membuka topokki dan menikmatinya sambil memekik pelan karena begitu nikmat, disamping itu, dia kelaparan.
"Kau bisa meneleponku jika sudah tahu aku berada disini," ucap Se-Hun kemudian.
"Kupikir itu akan membuatmu panik, jadi aku memutuskan untuk menghampirimu karena cukup menyenangkan bisa melihat wajahmu walau singkat," balas Somi yang langsung disambut seruan Baekhyun dengan 'apa kubilang' pada Se-Hun.
"Gadis ini jauh lebih cerdas dari yang kubayangkan. Jika memungkinkan, bawakan makanan dan minuman seperti ini karena kami tersiksa dan kelaparan jika menemai kekasih dungumu itu dalam menguntitmu seperti ini," celetuk Baekhyun yang langsung mendapat decakan sebal dari Se-Hun.
"Maafkan kami, Sunbaenim. Terima kasih sudah menemaninya, tapi bisakah kau menolomgku untuk mengingatkannya agar tidak lupa untuk makan? Dia menjadi lebih kurus," ucap Somi dengan ekspresi sungguh-sungguh.
"Serahkan padaku, kau tidak perlu cemas," balas Baekhyun dengan mulut penuh. Dia masih sibuk dengan topokki-nya.
"Somi," panggil Se-Hun sambil meraih satu tangan Somi untuk digenggamnya dan tidak mempedulikan delikan tajam dari Baekhyun yang melihat semuanya itu.
"Kau tidak usah cemas, Oppa. Aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk melihatku. Kau tidak perlu sampai setiap hari seperti ini dan tidak perlu menyembunyikan hal ini dariku. Aku sudah cukup- senang mengetahui kau yang datang untuk melihatku dari kejauhan," ujar Somi meyakinkan.
Se-Hun melirik pada Baekhyun yang kini menatapnya dengan ekspresi 'apa kubilang' disana dan kembali menatap Somi dengan hangat.
"Maafkan aku yang selalu sibuk dan tidak memiliki waktu untuk bersamamu," ucap Se-Hun lirih.
"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf," sahut Somi cepat. "Kau yang seperti ini sudah menjadi pembuktian bahwa kau peduli padaku dan aku senang mengetahui hal ini."
Lagi, Baekhyun kembali memberikan ekspresi 'apa kubilang' pada Se-Hun, kali ini dengan dua alis terangkat menantang. Se-Hun mulai merasa risih dan menoleh pada Baekhyun dengan ekspresi dingin.
"Hyeong, bisakah kau melihat ke jendela?" tanya Se-Hun yang terdengar seperti perintah.
Somi mengerutkan kening sambil melihat keluar jendela dan kembali pada Se-Hun tapi napasnya tertahan saat Se-Hun tiba-tiba mencium bibirnya dengan hangat dan dalam.
Baekhyun berdecak pelan tapi tatapannya sudah mengarah keluar jendela sambil menggerutu karena Se-Hun yang sudah dengan kurang ajarnya membuatnya terjebak dalam suasana romantis yang tidak diperlukan dan harus dilihatnya secara langsung. Seandainya saja dia bisa keluar dari mobil itu.
Sementara itu, Se-Hun masih asik melumat bibir manis Somi dan sesekali meliukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Somi dengan terampil.
"Enggghhh, Oppa," ucap Somi gugup karena merasa tidak nyaman ada Baekhyun disitu.
Ciuman itu diakhiri Se-Hun dengan gigitan pelan pada bibir bawah Somi lalu menatapnya dengan tatapan sayu. "Aku merindukanmu."
Somi menatapnya dalam. "Aku juga."
"Ya Tuhan, aku tidak percaya harus mendengar dan melihat semua ini," erang Baekhyun dengan nada kesal dan masih menatap keluar jendela.
"Jaga dirimu. Aku harus kembali ke studio," ucap Se-Hun kemudian, mengabaikan keluhan Baekhyun sepenuhnya.
Somi mengangguk paham. "Hati-hati. Sehabis ini aku akan pergi dengan Eun-Mi ke toko buku untuk membuat tugas kuliah kami."
"Tugas kuliah? Sampai jam berapa?" tanya Se-Hun dengan alis bertautan.
"Mungkin sampai sore karena kami ada acara di kedai langganan kami untuk merayakan ulang tahun dari Woobin-Sunbae," jawab Somi sambil membuka ponsel dan melanjutkan. "Aku harus pergi sekarang, jemputanku sudah tiba."
"Tunggu dulu! Siapa Woobin-Sunbae yang kau maksud?" cegah Se-Hun saat melihat Somi hendak membuka pintu.
"Dia adalah asisten dosen yang mengajar kami," jawab Somi langsung.
"Bagaimana bisa asisten dosen mengajak mahasiswinya untuk merayakan ulangtahun?" tanya Se-Hun lagi.
"Karena dia cukup baik dan sangat membantu kami untuk mengerjakan tugas kuliah kami," jawab Somi lagi.
"Tapi kenapa kau harus ikut? Apa tidak bisa kau pulang saja? Bukankah pulang malam itu tidak diperbolehkan oleh ibumu? Dan apa...."
Cup!
Somi mencium pipi Se-Hun dengan hangat lalu tersenyum. "Aku bisa menjaga diriku sendiri, Oppa. Kau tenang saja. Secara fisik aku memang tidak bersamamu tapi secara hati, aku pastikan hanya kau saja yang memilikinya. Sama sepertimu."
Se-Hun bisa merasakan kehangatan yang menjalar dalam hatinya. Bahkan, dia tidak mempedulikan ekspresi Baekhyun yang meringis pelan mendengar perkataan Somi barusan. Se-Hun berani bertaruh jika Baekhyun tidak akan mau menemani dirinya lagi karena harus menjadi saksi bisu interaksi mereka saat ini.
"Aku pergi dulu. Kau hati-hati yah," ujar Somi riang, lalu menoleh ke arah Baekhyun sambil tersenyum. "Terima kasih, Sunbaenim. Tolong bantu ingatkan dia untuk makan."
Setelah itu, Somi pun keluar dari mobilnya dan berlari kecil untuk menuju ke sebuah mobil sedan yang berhenti tepat di depan gerbang kampus, kemudian masuk ke dalamnya.
"Aku tidak percaya jika adik kecil sepertimu sudah beranjak dewasa dan melakukan adegan tidak senonoh di depan seniormu sendiri," gumam Baekhyun dengan sorot mata menerawang seolah mengingat adegan ciuman Se-Hun tadi.
Se-Hun hanya mendengus dan menyalakan mesin mobilnya. Dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana dia bisa kabur lebih cepat nanti sore untuk bisa mengikuti Somi dan melihat siapa pria sialan yang bernama Woobin itu.
Se-Hun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan mengabaikan Baekhyun yang semakin kesal. Se-Hun hanya diam saja sambil menyeruput Bubble Tea pemberian Somi tadi. Rasanya sangat enak. Gadis itu benar-benar tahu apa yang menjadi kesukaannya.
"Cemburu itu bisa membuat gagal jantung dan hipertensi akut. Jadi, tolong turunkan kecepatanmu karena aku masih belum mau mati. Aku masih muda dan ingin merasakan ciuman juga," desis Baekhyun tajam.
Se-Hun hanya memutar bola mata dan melirik sinis. "Suapi aku makan, Hyeong! Kau tadi sudah berjanji pada Somi untuk menyuruhku makan. Jadi, suapi aku selagi aku menyetir."
Baekhyun memberikan ekspresi jijik. "Yang benar saja! Kau berkata seolah aku ini adalah kekasihmu! Menggelikan! Aku bilang akan membantu mengingatkanmu, tidak harus sampai menyuapi."
"Suapi aku atau aku akan semakin ngebut," ancam Se-Hun.
"Sial! Kau selalu saja berhasil untuk mengancamku! Baiklah! Aku suapi! Untung saja aku menyayangimu," gerutu Baekhyun sambil membuka topokki dan mulai menyuapi Se-Hun dengan kesal.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Kayaknya aku tega banget sama Baekhyun disini. 🙈🤪
Tapi dia gemes banget, pas haluin dia mati gaya di mobil kek gitu tuh jadi ngakak sendiri. 🤣
Semoga cukup menghibur kalian.
07.03.24 (06.50)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top