Chapter 9
Warning!
Gaje,Ooc,typo. Yang gak suka gak usah baca!
Happy reading minna-san!
.
.
.
.
Kalut, itu yang dirasakan Tenten sekarang. Tenten memang pernah bertemu dengan Toneri beberapa kali, namun ia tak menyangka bahwa hari ini ia bertemu lagi dengannya.
Tenten mengubah posisinya beberapa kali, dari miring, terlentang sampai tengkurap. Namun rasa kantuk tak juga mampir kematanya, ia mendengus samar.
"Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang kau mencariku?" ujarnya monoton.
Setelah menghela nafas beberapa kali Tenten memutuskan untuk tidur dan melupakan pertemuan tadi.
Bibirnya mengukir senyum manis saat memandang pigura yang terpajang cantik di meja riasnya.
"Oyasumi okaa-san, otou-san" setelah mengucapkan kalimat tersebut Tenten pun menyalami alam mimpinya.
Tok tok tok!
Baru juga beberapa menit ia terlelap, namun karena suara ketukan pintu Tenten kembali terbangun.
Tok tok tok
Ketukan itu terdengar lagi, rasa malas menghampiri dirinya. Kini Tenten beranjak bangun dan mengecek siapa orang yang berani mengganggu tidur cantiknya.
Ceklek!
Tenten mengernyit saat melihat Sasuke yang ada didepannya.
"Maaf jika mengganggu tidurmu, bisa kita bicara sebentar?" ucap Sasuke pelan. Tenten hanya mengangguk, meski dalam hatinya bingung.
Mereka beranjak menuju ruang keluarga, kemudian duduk di sofa yang berseberangan.
Tenten masih diam setelah duduk, ia menunggu sang otou-san memulai pembicaraan.
"Kau harus kembali ke Kyoto" ucap Sasuke tegas dan mantap.
Tenten merasa ada yang aneh, mengapa Sasuke memintanya kembali ke Kyoto secara tiba-tiba?
"Tapi otou-san, proyek ku belum selesai" balasnya kalem, meski dihatinya penasaran setengah mati.
Sasuke membuka kelopak matanya yang sempat tertutup, ia memandang Tenten dengan wajah dinginnya.
"Aku yang akan menyelesaikannya" ucap Sasuke dingin. Tenten berjengit saat ditatap tajam oleh Sasuke.
"Tapi otou-san, kenapa tiba-tiba?"tanya Tenten heran.
"Kau tak perlu tau alasannya"
"Tapi ot-"
"Tidak ada penolakan, besok kau harus pulang ke Kyoto" ucap Sasuke dingin, setelah mengatakan kalimat tersebut Sasuke pergi meninggalkan Tenten yang terpaku karena sikap Sasuke yang mendadk berubah padanya.
Meringis pelan, kemudian iapun mengikuti jejak Sasuke. Tenten berjalan dengan tak fokus karena masih menerka-nerka apa yang membuat Sasuke berubah.
"Tak baik berjalan dengan pandangan kosong begitu" ucap seseorang menyentak Tenten yang tak fokus.
"Ji-san!" ucap Tenten senang, ia menerjang Kiba dengan pelukan. Seketika ia lupa pada masalahnya dengan Sasuke tadi.
"Ji-san kenapa tidak bilang ingin berkunjung?" ujar Tenten sambil mempeotkan bibirnya.
Kiba terkekeh saat melihat keponakannya yang merajuk, ia mengusap kepala Tenten sayang.
"Mm, kejutan mungkin" jawab Kiba santai, kemudian Kiba dihadiah sebuah cubitan diperut karena jawabannya tak memuaskan.
"Oh ya, apa Hanabi ikut?" tanya Tenten sambil tersenyum manis.
'Tidak"
"kenapa paman tidak mengajaknya huh!" ucapnya kesal.
"Kau akan pulang ke Kyoto, nanti kita pergi bersama setelah sampai disana" balas Kiba dengan senyuman.
"Eh? Paman ikut? Kukira paman akan menemani otou-san disini" ucap Tenten pelan.
Kiba mengernyit heran, untuk apa dia menemani Sasuke disini. Lalu siapa yang akan mengurus rumah sakitnya nanti huh?
"Sudah malam, sebaiknya kau tidur" ujar Kiba pelan dan tentu di angguki oleh Tenten.
*****
Toneri dan Sasori masih bergelut dengan pikiran mereka masing-masing, makan malam telah usai dari dua jam yang lalu. Namun mereka belum juga beranjak dari cafe.
Mereka terdiam setelah membicarakan masalah Toneri. Awalnya Sasori ingin diam saja, namun ia geram setelah melihat sahabatnya yang terus melamun akibat kejadian dikantor tadi.
"Besok aku kembali ke Rusia" ucap Toneri pelan. Sasori menatapnya dengan pandangan tanya yang kentara.
"Aku hanya sebentar disini senpai, sampai urusanku selesai jadi aku harus kembali besok" ujar Toneri menjelaskan.
Sasori mengangguk maffum, ia sudah tahu dari curhat singkat Toneri ( baca Sasori yang memaksanya curhat ).
"Kau yakin? Masalah mu belum selesai kan?" tanya Sasori heran, ia menaikan sebelah alisnya.
"Tapi dia tidak mau mendengarkanku" jawab Toneri dengan nada yang hampir putus asa.
"Setidaknya kau cobalah lagi, atau kau akan menyesal selamanya" Sasori berusaha membujuk, meski sepertinya gagal.
"Itu sedikit berlebihan senpai, tapi aku akan mencobanya kembali" balas Toneri sekenanya.
"Bukan akan, tapi harus" ucap Sasori mengingatkan.
"Hai hai"
Hening.
"Sebaiknya kita pulang sekarang, sudah larut" ujar Sasori tiba-tiba.
"Kau benar, tapi aku merasa kalau kita baru saja sampai disini" balas Toneri santai.
"Ganti kata kita itu. Kau tahu? Aku merasa jijik, itu terdengar seperti pasangan guy " ucap Sasori jengkel, pelipisnya berkedut tanda ia kesal.
"Benarkah? Tapi aku rasa tidak begitu. Senpai saja yang terlalu sensitif" balas Toneri sambil menyeringai tampan.
Sasori mengatupkan bibirnya, kemudian beranjak Bangun diikuti Toneri dibelakangnya.
Jika saja ia menjelaskan semuanya lebih dulu, pasti Tenten takkan membencinya seperti ini. Jika saja.
Hahhh.. Semuanya lebih rumit dari yang di bayangkan nya.
"Hei" ucap Sasori pelan sambil menepuk bahu Toneri. Ia hawatir karena melihat sahabatnya kembali melamun.
Toneri tersentak, lalu tersenyum tipis.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir" ucapnya tanpa beban.
Sasori mendengus samar kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Mereka sedang berada diparkiran dan menuju mobil masing-masing.
"Sampai jumpa besok" ucap Sasori pelan sambil lalu.
Toneri termenung sesaat kemudian membalas salam Sasori dengan senyuman.
"Sampai jumpa" balasnya lirih, hampir menyerupai bisikan.
****
Mansion Uchiha
Tenten tengah berkemas, ia memasukkan pakaiannya kedalam koper meski tidak banyak.
Kegiatan berkemasnya terhenti ketika smartphone nya berbunyi, tanda pesan masuk. Tenten segera membuka pesannya dan ia sedikit tersenyum karena melihat nama sang pengirim.
Midorima-san
Semenjak rapat yang dihadirinya tempo hari, Tenten menjadi lebih akrab dengan pewaris Midorima Hospital.
Terbukti dari mereka yang sering bertukar pesan atau e-mail, hubungan mereka memang masih teman namun salah satu dari mereka mengharapkan yang lain.
Tenten kini kembali melanjutkan kegiatannya, tak berapa lama ia selesai.
Kini ia keluar kamar, Tenten sempat berpapasan dengan Sasuke. Namun Sasuke seolah tak melihatnya, karena Sasuke hanya diam sambil lalu.
Tenten tak mengerti dengan perubahan sikap Sasuke padanya, mereka tinggal terpisah selama tiga tahun. Jadi sulit untuk memahami sikap Sasuke yang sekarang.
"Hei kok cemberut begitu? Senyum dong.. Nanti cantiknya hilang" ujar Kiba tiba-tiba, ia mengerutkan dahinya ketika melihat wajah murung Tenten. Namun Tenten hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan langkahnya sambil membawa koper.
Ia tahu mengapa ponakannya bersikap begitu, kemudian Kiba mengumpat dalam hati pada sahabatnya yang satu itu.
"Kita berangkat sekarang" ucap Tenten datar. Pandangannya lurus kedepan tak menghiraukan gerutuan Kiba yang berada dibelakangnya.
Saat sampai di garasi Kiba langsung mengeluarkan mobilnya, ia hanya membawa segelintir pakaian jadi tak perlu repot membawa koper.
Mereka berangkat hanya berdua, Tenten sudah memberi tahu Karin bahwa ia akan kembali ke Kyoto. Tenten masih mengingat nya. Ia sampai tak bisa berbicara, karena Karin yang selalu mendominasi pembicaraan mereka.
Flashback
Tenten menggenggam smartphone nya dengan perasaan ragu, bagaimana cara untuk memberitahu sahabat merahnya.
Tenten mondar-mandir di depan meja kerjanya, setelah berpikir keras Tenten memantapkan hatinya.
Tenten mendeal kontak sahabat merahnya, nada sambung terdengar tak berapa lama sebelum suara datar yang menyapa gendang telinganya.
"Moshi-moshi?" nada suaranya datar pelan dan sopan.
Tenten termenung sesaat, tidak mungkin kan Itu suara Karin?
"Ah ya, bisa aku bicara dengan Karin?" tanya Tenten sedikit ragu. Ada jeda diseberang sana sebelum sang sahabat menjawabnya.
"Ya? Tenten ada apa? Tumben kay menelponku malam-malam begini"
"Begini, ada hal penting yang ingin kukatakan padamu" ucap Tenten pelan.
"Apa itu?"
"Besok aku kembali ke Kyoto, ini memang mendadak. Maaf baru memberi tahu mu sekarang. Tapi kuharap kau tak marah padaku" ujarnya penuh sesal.
Diseberang sana Karin mengernyit, kemudian seulas senyum hadir di parasnya yang cantik.
"Tak apa, jadi?"
"Kau boleh menjalani profesi mu sebagai dokter sesungguhnya maksudku benar-benar dokter. Aku akan mencari sekretaris baru jika sampai di Kyoto nanti"
"Kau yakin?" tanya Karin meyakinkan.
"Ya, terima kasih untuk semuanya Karin. Maaf bila aku sering merepotkanmu"
"Kau ini bicara apa? Aku ini Sahabatmu, tak perlu berterima kasih begitu. Aku jadi terharu bodoh!" tukas Karin kesal.
"Hehe, aku tidak tahu bahwa kau bisa terharu" ucapnya sambil terkekeh.
"Aku juga manusia sialan!" dengusnya kesal.
"Baik-baik, hanya itu yang ingin aku sampai kan" kata Tenten lirih.
"Baiklah, jam berapa kau berangkat?" tanya Karin pelan.
"Jam 8 pagi" jawab Tenten Singkat.
"Baiklah, hati-hati dijalan. Maaf aku tak bisa mengantarmu. Besok aku ada pasien yang harus di operasi" ucap Karin penuh sesal.
"Tak apa, lagi pula aku tak berangkat keluar negeri kan? Tak masalah bagiku" ada tawa kecil meski samar dalam nada bicaranya.
"Hmm,...." Karin mengguman, ia tak tahu harus mambahas apalagi.
"Apa tadi itu Tetsuya?" tanya Tenten penasaran, diseberang sana Karin mengernyit heran.
"Yya, kenapa memangnya?"
"Tidak, aku hanya bertanya, Ku tutup telfone nya"
"Silahkan"
Sambunganpun berakhir.
Flashback off
Tenten menoleh kearah Kiba, Pamannya itu terlihat sangat fokus. Ia mengalihkan pandangan nya keluar jendela. Perbatasan Tokyo-Kyoto sudah terlihat, meski masih samar.
Tenten menghela nafas lelah, ia memutuskan untuk tidur sekarang.
Tak berapa lama, ia menuju kealam mimpi..
Bersambung....
Hai minna...
Oh ya, minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin.
Maaf, jika saya punya salah sama kalian.
Selamat hari raya idul fitri 1438H
Salam manis
Nisadiyanisa 260617
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top