Chapter 7

Warning!
Gaje, Ooc, typo dan EYED masih berantakan yang gak suka gak usah baca?!

Happy reading minna?!

.
.
.

Apartemen Kiba yang biasanya sepi kini mendadak ramai gara-gara kehadiran para sahabatnya yang baru pulang dari luar negeri akibat ancaman Sasuke.

Kini lima lelaki yang usianya hampir setengah abad itu duduk melingkar dan saling menatap satu sama lain.

"Jadi, apa maksudmu mengumpulkan kami disini Sasuke?" tanya Naruto penasaran, sedang yang lain minus Sasuke hanya diam melihat jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh Sasuke.

"Aku ingin kalian membantuku" jawab Sasuke santai, sedang yang lain memandangnya heran kecuali Kiba yang sudah diberi tahu walau hanya sedikit.

"Dalam hal?"

"Apapun" jawab Sasuke sambil menatap Shikamaru pemuda bersurai nanas yang bertanya padanya tadi,  ya Nara Shikamaru sahabatnya dari Junior high.

"Dia kembali dan mengancam akan mengambil mereka
dari kita" ujar Sasuke lirih.

"Kau serius?!" ucap Naruto setengah terkejut.

"Untuk apa aku bercanda huh?!" balas Sasuke kesal, alisnya menukik dan memandang Naruto tajam.

"Bagaimana bisa, bukankah dia berada di Rusia?" tanya Naruto lirih, semua pandangan mata kini tertuju padanya. Rasa gugup hadir saat para sahabatnya menatap dengan tatapan ingin memangsa targetnya.

"Kenapa kalian menatap ku begitu?" tanya Naruto gugup, peluh sebiji jagung keluar dari dahinya.

"Kau berkata bahwa dia ada di Rusia?" tanya Kiba dengan nada ditekan.

"Dan kau tidak memberitahu kami?" ucap Sasuke dingin dan berbahaya.

Ditatap secara tajam oleh Kiba dan Sasuke membuat nyali Naruto menciut, oh ayolah bukan dirinya takut pada mereka namun hanya sedikit karena mereka saat mengamuk itu menyeramkan. Apalagi ini menyangkut keponakan tersayang mereka!

"Bisa kau jelaskan Naruto?" pinta Shikamaru santai.

"Baiklah ak-"

"Jelaskan semuanya!" ucap Sasuke dingin.

Naruto meliriknya dari ekor mata, Uchiha sialan! Batinnya.
Naruto mengatur nafasnya sejenak sebelum memulai.

"Sekitar satu minggu yang lalu saat aku berjalan-jalan bersama Matsuri di kawasan Vladivostok, aku bertemu dengannya kami berpapasan secara tak sengaja, aku berfikir dia tidak mengenaliku karena  dia melewatiku begitu saja" ungkap Naruto jujur.

"lalu?" tanya Kiba penasaran.

"Hmm, aku bertemu lagi dengannya keesokan harinya ditempat yang berbeda. Setelah ku selidiki ternyata selama ini dia tinggal disana, dia juga membangun beberapa perusahaan tapi aku tidak tau kalau dia benar-benar kembali ke Jepang" Naruto lega karena sudah menjawab pertanyaan Sasuke.

"Bagaimanapun Jepang adalah negara kelahirannya, meskipun dia tinggal di Rusia pasti suatu saat dia juga akan kembali" ujar Shikamaru dengan bertopang dagu, dahinya mengernyit bingung.

"Lalu kapan dia mengancammu Sasuke?" tanya Shikamaru.

"Hn, Saat aku sedang menunggu Tenten di Cafe. Bocah itu mengancam akan mengambil Tenten dan anak kalian" jawab Sasuke jujur, memang benar ia bertemu dengan dia saat Sasuke menunggu Tenten untuk membicarakan tentang perjodohan itu.

"Mengambilnya huh? Lakukan saja kalau bisa" setelah mengatakannya sebuah seringai terbit di wajah pria Sabaku. Laki-laki bersurai merah itu menatap para sahabatnya yang terdiam, mungkin merencakan sesuatu pikirnya.

"Tunggu, bukankah saat itu kau bilang dia berada di Berlin?" tanya Kiba pada Sasuke.

"Ya waktu itu aku melihatnya di Berlin, namun kupikir dia hanya datang untuk berkunjung karena setelah hari itu aku tak melihatnya lagi" jawab Sasuke tenang.

"Kapan?" tanya Naruto penasaran, Sasuke menautkan alisnya.

"Sebelum aku memutuskan untuk pulang"ujarnya lirih.

"Tepatnya satu bulan yang lalu" sambungnya kemudian.

Para sahabatnya mengangguk setelah mendengar jawabannya, lain dengan pria Sabaku yang tampak tengah berpikir.

"Aku merasa ada yang aneh sekarang" ujar Seiji tiba-tiba.

"Maksudmu?" tanya Naruto tak mengerti.

"Sasuke dan kau melihatnya di tempat yang berbeda kurasa aku juga melihatnya" jawab Seiji pelan namun masih terdengar.

"Benarkah? Kau melihatnya dimana?" tanya Naruto lagi.

"Aku melihatnya di Turki, saat aku sedang menjalankan proyek baruku. Dua minggu yang lalu" jawabnya yakin, Seiji tidak akan salah mengenali orang karena tak ada warga Turki yang memiliki warna rambut keabu-abuan seperti dia.

"Sepertinya akan ada pertunjukan yang menarik" ucap Kiba santai.

"Kita lihat saja, apa yang bisa dilakukan oleh bocah ingusan itu hm mendokusai na" ujarnya dengan nada malas, para sahabatnya melirik kearahnya.

"Apa kau sudah punya rencana Shika?" tanya Naruto pada Shikamaru.

"Aku sudah bilang kan? Kita lihat saja dulu. Jangan sampai kita gegabah dan malah terjebak kedalam rencananya"

"Kau benar juga" ucap Naruto sambil manggut-manggut.

"Well, saat ini kita hanya akan mengawasinya. Jika dia mulai bergerak kita harus mencegah setuju?" ucap Sabaku Seiji.

"Yah, aku setuju" balas Kiba yang disetujui yang lainnya.

****

Tenten tengah menikmati makan siangnya dengan tenang, rapat yang dibahasnya tadi seolah menguras banyak energinya.

Tenten melihat sahabat sekaligus sekretarisnya dengan sebelah alis terangkat, pasalnya Tenten  tak pernah melihat senyum teduh Karin. Tenten berpikir, apa yang bisa membuat Karin tersenyum begitu?

Karin sadar bahwa sedari tadi Tenten memperhatikannya, namun ia hanya diam dan membalas beberapa pesan  masuk dari kekasihnya Kuroko Tetsuya.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Karin heran.

"Tidak, aku hanya penasaran dengan siapa kau berkirim pesan?" balas Tenten  sambil bertanya balik.

"Oh, dengan Tetsuya" jawab Karin singkat.

"Tetsuya?" tanya Tenten  bingung, ia seperti pernah mendengar nama itu.

"Ya"

"Aku seperti pernah mendengar nama itu" dahi Tenten berkerut saat mengatakannya.

"Tentu saja kau penah mendengar namanya" ucap Karin santai, ia memandang Tenten dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Memangnya  dia siapa?" tanya Tenten penasaran.

"Kekasihku" jawab Karin santai, Tenten  mendenguskan tawa.

"Kau punya kekasih?" tanya Tenten tak percaya.

"Kau meragukanku?" jawab Karin sedikit mencebik.

"Bukan itu maksudku" Tenten menyangkal ucapanya.

"Ya aku tau, dia adalah salah satu lulusan terbaik di senior high kita dulu" ujar Karin, pandangannya setengah menerawang mengingat-ingat masa lalu.

"Jangan katakan dulu Karin, aku merasa seperti orang tua yang sudah renta sekarang" ucap Tenten sambil memandang sebal kearah Karin.

"Ck, baiklah" matanya memutar malas, namun ada sedikit perasaan hangat menyerap dihatinya. Dia kembali batin Karin bahagia.

"Lulusan terbaik?" tanya Tenten pada dirinya sendiri.

Karin mengernyit melihat itu, apakah dia lupa? Tanyanya dalam hati.

"Kau tidak ingat?" tanya Karin hati-hati, ia tidak mau Tenten tersinggung karena pertanyaannya.

"Hm, seingatku aku yang pertama, lalu ada iblis sialan dan-"

"Kuroko Tetsuya" ucap Karin menyela, Karin bukan ingin membela kekasihnya namun ia berkata sebenarnya.

"Hmm, baiklah mungkin aku memang lupa tentangnya" gumam Tenten setengah berbisik.

"Hmm, tapi kau tidak lupa pada Midorima-san" ucap Karin setengah menerawang.

Tenten nengernyit saat mendengar ucapan Karin, Midorima Shintaro ia memang mengingat pria itu. Ia teman sekelasnya di Junior high namun hanya sebentar, saat akan menuju semester dua pria itu pindah ke Tokyo tempat yang mereka pijaki sekarang.

"Jadi kau berhubungan dengannya? Sejak kapan?" tanya Tenten antusias, matanya berbinar jenaka. Ia sengaja mengalihkan pembicaraan, agar Karin tak membahas lebih lanjut tentang si Midorima ini.

"Sejak negara api menyerang" jawab Karin malas.

"Seriuslah sedikit" ucap Tenten sambil mencebikan bibirnya karena kesal.

"Aku tidak tau Uchiha-sama bisa secerewet ini,  kemana Uchiha-sama  yang dingin dan datar itu" ujar Karin datar, sedang Tenten  memutar bola matanya.

"Jangan alihkan pembicaraan Karin, kau menyebalkan!"

"Hn"

"Ck, kau ini!" ucap Tenten kesal.

Drrt drrt....

Tenten  menautkan alisnya, heran mengapa Karin tak mengangkat telfonnya.

"Angkat saja Karin, siapa tau dari Tetsuya?" ujar Tenten sambil menggoda dan sukses membuat pipi Karin merona.

"Diamlah panda!" setelah mengatakan itu Karin mengangkat telfonnya.

"Moshi-moshi Tetsuya?"

"..."

"Hai, aku makan siang dengan bosku" Tenten nengernyit saat Karin mengatakan bosku.

"..."

"Baiklah, apa kau mau menjemputku? Aku tidak membawa mobil" tanya Karin.

"..."

"Baiklah aku tunggu, hati-hati dijalan"

"..."

"Hmm" sambunganpun terputus, Karin menatap Tenten yang tengah menatapnya juga.
Karin menghela nafasnya pelan, sebelum berkata.

"Aku ada pasien Uchiha-sama, boleh aku kerumah sakit?" tanya Karin pada sahabat sekaligus bosnya itu.

Tenten merasa keberatan namun ia juga tak berhak menentang Karin, justru dirinya merasa bersalah karena menempatkan posisi yang sulit untuk sahabat merahnya.
Menghela nafasnya sejenak kemudian mengangguk.

"Baiklah, maaf membuatmu kerepotan dengan posisimu saat ini" ucap Tenten menyesal.

"Tidak apa, lagian aku senang bisa membantumu" ujar Karin sambil tersenyum tulus.

"Apa kau akan berangkat sekarang?" tanya Tenten sambil melihat jam tangannya.

"Nanti, aku harus menunggu Tetsuya datang menjemputku" jawab Karin santai sambil memandang Tenten geli.

"Jadi dia akan datang?" tanya Tenten sambil menaikan sebelah alisnya bingung.

"Hm, bukankah tadi kau mendengar sendiri bahwa aku tak membawa mobil mangkanya aku menyuruhnya untuk datang menjemput" ucap Karin meyakinkan.

"Kalau kau mau aku bisa mengantarmu"

"Tidak terima kasih, bukankah kau akan melihat proyek baru kita? Apa kau lupa Uchiha-sama?"

"Ya benar juga, aku harus mengeceknya"

"Siap-siap jadi panda beneran"

"Apaan sih! Kau harusnya membantuku, kau kan sekretarisku!"

"Tapi aku juga seorang dokter Uchiha-sama"

Merekapun terdiam tak ada hal yang harus dibahas dan mungkin mereka terlarut dalam pikiran masing-masing.

*****

Midorima nengernyit saat melihat Kuroko beranjak dari mejanya setelah pembicaraannya dengan seseorang di telephone tadi.

"Midorima-kun, aku harus menjemputnya sekarang aku duluan" ucap Kuroko sambil menganggukkan kepalanya.

"Kau tidak ada pasien?" tanya Midorima pelan, Kuroko menggeleng.

"Tidak ada pasien baru" jawab Kuroko pelan.

"Siftku sudah ganti dari 30 menit yang lalu" sambungnya kemudian. Kuroko berkata seadanya, pemuda biru itu lekas pergi untuk nenjemput kekasihnya.

Kini Midorima terdiam diruangannya sembari memikirkan gadis pujaannya, langkah awal ia berhasil memasuki kehidupan gadis yang disukainya. Saat ini ia pikir juga belum ada hambatan yang menghalang, seakan mendukungnya untuk segera memiliki gadis itu.

Mungkin ia tidak akan menyianyiakan kesempatan yang ada, satu rencana mampir di otaknya. Kemudian ia tersenyum saat mengingat rapat yang di jalaninya tadi.

"Ternyata masih butuh kesabaran untuk mendapatkanmu" gumamnya lirih.

Bersambung...

Hai minna, apa kabar bagaimana dengan chap ini? Apakah kalian suka? Atau tidak?

Maaf jika ceritanya jelek mohon kritik dan sarannya

Arigato untuk kalian yang memberi vote ataupun komen.

Terimakasih juga untuk sider karena  sudah mau membaca ceritaku yang gaje ini.

Sampai jumpa di chapter depan.

By Nisadiyanisa 220517sn

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top