Chapter 5


Hy minna☺

Sekedar pemberitahuan disini untuk mengetahui umur mereka agar kalian tahu dan silahkan berimajinasi sendiri ok😉😊

Tenten 20thn
Midorima Shintaro 21thn
Uzumaki Karin 21thn
Kuroko Tetsuya 23thn
Akasuna Sasori 25thn
Uchiha Sasuke 40thn

Untuk panggilan Kuroko aku rubah menjadi Tetsuya karena gak sreg aja gtu.

Oh ya, nanti ada chara tambahan, semoga kalian akan suka😉

Ok  sekian pemberitahuan dari ku, semoga kalian menyukai karyaku yang gaje ini😄

Warning!

Dilarang mengcopas cerita, yang gak suka gak usah baca ane gak maksa loh ya😉😊

Happy Reading minna!

.
.
.
.

"Kau melamun" Ujar Sasuke datar.

Tenten tersentak kemudian tersenyum untuk menutupi kebohongannya.

"Aku tidak melamun Otou-san" sanggahnya pelan.

"Dan sekarang kau berbohong padaku" ujarnya lagi, dengan raut dinginnya.

Tenten meringis kecil saat dirinya tidak bisa berbohong pada Otou-sannya.

Sasuke melihat ada perubahan dari sikap keponakannya, namun ia mencoba untuk bersabar menunggu.

Sekarang mereka tengah duduk di gazebo yang dikelilingi bunga mawar merah, letak gazebo berada di belakang mansion. Suasana sore disertai lambaian angin yang lembut membuat mereka larut dalam keheningan.

"Boleh aku bicara jujur Otou-san?" ucap Tenten saat perasaannya bilang bahwa ia harus mengatakannya.

"Hn" Sasuke bergumam untuk membalas, ia menaikan sebelah alisnya ketika melihat raut Tenten yang tampak gelisah.

"Aku sempat berfikir Otou-san akan menikah lagi" ujar Tenten lirih.

Sasuke tersedak kopinya saat mendengar ucapan dari keponakannya.

Tenten menepuk-nepuk punggung Sasuke pelan mencoba untuk meredakan batuknya, ia menatap hawatir pada Sasuke.

"Otou-san baik-baik saja?" tanya Tenten hawatir, dahinya berkerut dalam.

"Hn, aku baik-baik saja, tak perlu hawatir" jawab Sasuke pelan.

Tenten menganggukan kepalanya, lalu suasana kembali hening.

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Sasuke penasaran.

"Entahlah, cuma itu yang terlintas dibenakku saat melihat Otou-san dengan Sabaku-san tadi siang" jawab Tenten pelan, ia menyesap tehnya sedikit untuk menghilangkan rasa haus yang tiba-tiba melandanya.

Sasuke tersenyum simpul mendengarnya, kemudian ia menoleh kearah Tenten mungkin sedikit bertanya tak apa pikirnya.

"Memangnya kenapa kalau aku menikah lagi?"

"Aku tidak mau punya ibu baru Otou-san" jawab Tenten pelan, pandangannya menyendu saat mengatakan kalimat tersebut.

Hati Sasuke seperti teriris melihat orang yang disayanginya bersedih karena ulahnya.
Ia meminta maaf untuk anikinya disurga sana karena telah membuat putrinya bersedih.

'Kau bodoh Sasuke' umpatnya dalam hati.

"Hm, jangan berpikir begitu. Kau tenang saja, aku takkan menikah lagi" ujarnya menenangkan, ia menyesali ucapannya yang sempat terlontar tadi.

"Otou-san serius?" tanya Tenten terkejut, ada binar senang dimatanya indahnya.

"Hn, kau meragukan Uchiha?" jawab Sasuke kalem, ia tersenyum tipis saat melihat wajah cemberut Tenten.

"Aku juga seorang Uchiha Otou-san" ujarnya setengah mencebik.

Sasuke tertawa pelan saat mendengarnya, ia bersyukur raut sedih hilang dari wajah Tenten yang cantik.

"Lalu alasnnya?"

Sasuke mengernyitkan alis tak mengerti dan Tenten paham dengan hal itu.

"Alasan Otou-san tidak mau menikah" ujar Tenten pelan.

Sasuke menganggukan kepalanya mengerti, seulas senyum tipis hadir dibibirnya.

"Aku sangat mencintai bibimu dan takkan ada yang bisa menggantikan posisinya dihatiku, sampai kapanpun"

Tenten tidak tahu apakah ia merasa senang atau merasa tidak enak saat mendengarnya, namun bolehkah ia egois untuk sekarang?

"Kalau Otou-san mau menikah lagi silahkan, Otou-san juga berhak untuk bahagia" ucapnya pelan disertai senyum miris.

"Kebahagiaanku adalah melihatmu bahagia, bagiku itu sudah cukup" jawab Sasuke lembut, kemudian ia meraih Tenten dalam sebuah pelukan.

Mereka larut dalam kehangatan yang mereka ciptakan.

******

Setelah kepulangan mereka dari cafe Midorima tampak diam dan enggan berbicara, walaupun dengan sahabatnya sendiri.

Tetsuya heran dengan sikap Midorima yang mendadak berubah sejak makan siang tadi, mungkin karena melihat orang yang disukainya duduk dengan pria lain Tetsuya tidak tahu.

'Ah.. Sepertinya dia cemburu' batin Tetsuya sambil tersenyum simpul.

Drrrt drrrt

Getaran ponsel membuat lamunan dua orang itu buyar seketika, Tetsuya tersenyum tipis sambil mengangguk pada Midorima karena tidak enak. Lantas dengan segera ia mengangkat telfon tersebut.

"Moshi-moshi?" sapanya sopan dengan suaranya yang datar, namun lembut disaat bersamaan.

"...."

"Aku sedang di rumah sakit dengan Midorima-kun" jawabnya pelan.

"...."

"Baiklah tunggu aku disana, jangan kemana-mana" ucap Tetsuya dengan dahi berkerut.

"....."

"Hm, hati-hati" pesannya dengan nada lembut.

Klik!

Sambunganpun terputus.

Midorima memandangnya penuh tanya, ia hanya membalas dengan senyuman.

"Ada hal yang harus kuselesaikan Midorima-kun" ucapnya sambil tersenyum tipis.

Tetsuya beranjak pergi setelah pamit pada Midorima.

Midorima hanya menganggukan kepalanya mengerti, dirinya juga akan beranjak setelah ini karena pekerjaanya sudah selesai.

*****

Sasori memandang jauh keluar jendela, ia masih tak habis pikir mengapa ada gadis yang menolaknya langsung dihadapannya.
Selama ini dialah yang menolak kehadiran para gadis tersebut, kecuali gadisnya.

"Baa-san tak habis pikir, mengapa kau menolak perjodohan tersebut padahal baa-san yakin kaa-sanmu sangat menginginkan kau bahagia bersama pilihannya" ujar Karura menyentak lamunan Sasori.

"Baa-san tau sendiri, dia juga menolak perjodohan tersebut bukan hanya aku" jawab Sasori dengan tenang.

"Tapi kalau kau menerimanya, pasti perjodohan itu akan tetap berlanjut Sasori" ucap baa-sannya setengah kesal.

"Aku tak bisa memaksanya baa-san, dia tidak menyukaiku" balasnya datar.

"Tapi apa salahnya mencoba Saso?"

"Sudahlah, jangan memaksaku aku mohon baa-san" ucapnya dengan nada lirih.

Karura menatap ponakannya lembut ia tahu Sasori pasti terluka dengan sikapnya, namun salahkah ia jika ingin melihat orang yang ia sayangi bahagia?
Baginya Sasori seperti anaknya setelah kepergian Misaki kakaknya ia merawat Sasori seperti merawat anak-anaknya.

"Baiklah kalau begitu, baa-san akan menerima keputusan apapun darimu, yang terpenting kau bahagia dengan pilihanmu" setelah mengatakan kalimat tersebut Karura pergi meninggalkan Sasori yang masih termenung  dengan pikirannya.

Sasori masih tak habis pikir dengan baa-sannya, bukan hanya dia yang menolak tapi gadis itu juga. Bahkan yang pertama tidak menyetujui perjodohan tersebut adalah si gadis, namun mengapa baa-sannya tidak mau menerima keputusan?

"Jangan terlalu dipikirkan sobat, kau akan cepat tua jika kerutan itu hadir terus didahimu"

Sasori tersentak mendengarnya, ia tersenyum tipis kearah sahabatnya.

"Kenapa kau belum pulang hidan?"

Hidan memandang Sasori aneh, alisnya terangkat sedikit kemudian mendengus samar.

"Harusnya aku yang bertanya begitu" ujarnya sambil duduk di sofa yang terletak tak jauh dari jendela.

"Pulang bersama?" tanya Sasori yang disetujui Hidan.

"Mungkin kita harus mampir untuk bersenang-senang?"

"Terserah kau saja"

Merekapun tertawa bersama dan beranjak meninggalkan kantor.

******

Karin menggerutu saat tengah berjalan di koridor, ia merutuki pekerjaanya yang menumpuk hari ini. Ia menghela nafasnya lelah, sekarang ia duduk di loby menunggu seseorang  yang akan menjemputnya sampai datang.

Sambil menunggu ia membuka beberapa akun sosmednya dan terkejut dengan status yang dibuat oleh kekasihnya, ia takkan mengira jika sang kekasih yang biasa berekspresi datar akan memosting status tentang dirinya walaupun sang kekasih tak menyebutkan namanya namun tetap saja membuatnya tersipu malu.

Tak berapa lama seseorang yang ditunggunya tiba, ia tersenyum tipis saat melihat orang yang menjemputnya. Dengan segera Karin keluar menghampiri orang tersebut, ia tidak mau membuatnya menunggu.

"Apa aku terlambat?" tanyanya dengan senyuman, sorot matanya terlihat hawatir.

"Tidak kok, tenang saja" jawab Karin pelan.

"Ayo masuk"

"Hmm, kenapa bawa mobil?"

"Biar lebih romantis?" jawab sang pria polos, Karin yang mendengarnya tertawa pelan.

"Kuharap tak ada orang yang akan memarahiku karena mobilnya kau ambil" ujar Karin setengah bercanda.

"Aku jamin, tak ada orang yang akan memarahimu cantik" Karin merona mendengarnya, ia mengalihkan pandangannya ke sekitar tak ingin melihat wajah pujaan hatinya.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Karin.

"Ok, cepatlah masuk" ujarnya sambil tersenyum simpul.

Merekapun beranjak meninggalkan gedung Uchiha corp menuju Midorima Hospital.

"Sampai kapan kau akan menjadi sekretarisnya?" tanya pemuda tersebut tiba-tiba.

Karin tak langsung menjawab, ia pun bingung harus menjawab apa.

"Karin?" panggilnya pelan setelah tak mendapat jawaban dari Karin.

"Aku tidak tau" jawab Karin pelan, memang jawaban itulah yang tepat untuk sekarang karena ia belum punya jawaban yang pasti.

"Tetsuya" panggil Karin pelan pada kekasihnya, Tetsuya menoleh dan menatap Karin sebentar lalu matanya kembali fokus pada jalanan.

"Ada apa?"

"Aku lapar, bisa kita mampir ke cafe dulu?"ucap Karin setengah berbisik karena malu.

Tetsuya tersenyum tipis kemudian mengangguk samar, perjalanan mereka diliputi oleh keheningan.
Karin yang terlarut dalam pikirannya sedangkan Tetsuya fokus mengemudikan mobilnya.

*****

Midorima termenung menatap senja sore hari, ia masih memikirkan gadis yang disukainya.

Batinya masih bertanya-tanya, apa hubungannya dengan pria berambut merah tersebut?

Lalu apakah Tenten akan mengingat dirinya?

Hatinya bimbang, namun keputusannya sudah bulat ia akan menemui gadisnya. Sudah cukup ia bersembunyi, sekaranglah waktunya keluar dari sangkar.

Bersambung....

Nisadiyanisa 080517sn

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top