Chapter 4

Dilarang mengcopas cerita, yang gak suka gak usah baca!

Warning!
Gaje,Ooc, EYED,typo masih bertebaran.

Happy Reading minna!😊

.
.
.
.

Tenten sudah sampai di cafe yang telah ditentukan oleh Sasuke, matanya memandang keseluruh sudut cafe untuk menemukan sang ayah.

Tenten melangkah sambil tersenyum, namun mendadak senyum itu hilang saat melihat Otou-sannya bersama seseorang.
Dalam hati ia bertanya-tanya siapa wanita yang duduk bersama Sasuke.

Berbagai pikiran buruk memenuhi otaknya, apakah dia kekasih Otou-san? Atau dia istri baru Otou-san? Batin Tenten gelisah.
Ia tidak mau punya ibu baru namun  bila wanita itu kekasih Sasuke mungkin dia akan melakukan sesuatu padanya agar meninggalkan ayahnya.

'Tou-san hanya milikku, ya milikku seorang' ucapnya dalam hati sambil menyeringai.

Tap

Langkah Tenten terhenti didepan meja yang ditempati Otou-sannya. Ia tersenyum kearah mereka namun canggung.

"Apa aku terlambat Otou-san?" tanya Tenten ragu.

"Tidak, duduklah" jawab Sasuke sambil tersenyum tipis.

Karura melihat aura Sasuke berbeda saat kedatangan Tenten,
Karura mengernyitkan dahinya gadis itu memanggil Sasuke Otou-san? Bukankah seharusnya Ojii-san? Mereka juga terlihat seperti pasangan ayah dan anak bukan paman dengan keponakan batin Karura bingung. 
Ia menduga bahwa Sasuke sangat menyayangi gadis itu.
Karura tersenyum kecil kearah mereka.

"Perkenalkan dirimu" ujar Sasuke pada Tenten yang ditanggapi sebuah anggukan.

"Uchiha Tenten, salam kenal" ucap Tenten sambil tersenyum tipis.

"Sabaku Karura, salam kenal Ten-chan" balas Karura, senyum manis terukir dibibirnya.

Tenten meringis saat Karura memanggilnya begitu, menjijikan pikirnya.

"Mau pesan sesuatu?" tanya Tenten pada Sasuke dan Karura, karena meja yang mereka tempati belum ada hidangan apapun kecuali black coffe yang di pesan Sasuke.

"Kau baik sekali, tidak sepeti pamanmu" ucap Karura setengah mencibir.

Sasuke tersedak kopinya, lalu memberi deathglare pada Karura yang tersenyum mengejek padanya.

Tenten melihat keakraban mereka dengan tatapan datar, lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Tak berapa lama, pelayan pun datang sambil membawa menu.
Setelah memesan, mereka larut dalam pikiran masing-masing.

Tenten teringat dengan kata-kata Karin tadi pagi, Sabaku Karura wanita yang ada di depannya apakah sama dengan orang yang membuat janji dengannya?

"Hm, Sabaku-san?" ucap Tenten ragu, Karura menoleh dan tersenyum kecil kearahnya.

"Ya?"

"Tadi pagi sekretaris pribadi saya bilang bahwa kemarin anda datang ke kantor, apa benar?" tanya Tenten.

"Jadi dia sekretaris mu? Kupikir dia sekretaris Sasuke, Soal aku datang ke Uchiha Corp memang benar" jawab Karura kalem.

Tenten mengangguk pelan, mungkin Karin salah paham pikirnya.

"Oh ya, jangan memanggilku seperti itu. Panggil saja Obaa-san, tapi kalau kau mau panggil aku Okaa-san juga boleh" ucapnya sedikit bercanda.

Tenten tampak tidak suka dengan wanita yang ada didepannya ini, ia mencoba untuk bersabar.

'Tenang Tenten, ini hanya sebentar takkan lama' batinya.

"Saya fikir Obaa-san lebih baik" jawab Tenten datar.

Senyum Karura yang sempat hadir hilang begitu saja saat melihat raut datar Tenten.

"Obaa-san?" panggil seseorang membuat pandangan mereka tertuju pada orang tersebut.

"Ne Saso-chan kenapa terlambat?" ujar Karura pada orang tersebut.

"Gomen, tadi aku sedang rapat dengan klien dan tidak bisa ditinggal" ucap Sasori dengan nada penuh sesal.

Akasuna no Sasori pemuda tersebut, sang pewaris Akasuna Group.

Sasori mengalihkan pandangannya pada orang yang duduk bersama dengan baa-sannya.

Ia mengenali laki-laki itu, Uchiha Sasuke pebisnis hebat yang sudah merajai Jepang, ia juga hampir merajai Jerman. Proyek yang ditangani olehnya selalu sukses tanpa ada kegagalan.  Cabang usahanya pun ada dimana-mana bukan hanya Uchiha Corp.

Lalu pandangannya beralih pada seorang gadis yang tampak muda dari dirinya, Sasori mengira-ngira umur gadis tersebut mungkin dua puluh tahun batinnya.

Karura tersenyum kecil karena melihat keponakannya yang memandang Tenten tanpa berkedip, ia berharap semoga saja Sasori mau dijodohkan dengan keponakan Sasuke.

"Saso-chan, kenalkan dirimu" ucap Karura pada Sasori.

Sasori tersentak saat mendengar suara baa-sannya, pipinya bersemu merah saat melihat Karura menatapnya dengan kerlingan jahil.
Ia merutuki dirinya dalam hati, kenapa bisa dirinya lupa kalau disini ada sang bibi?

Sedang Sasuke menatapnya tajam, seperti mengatakan 'kubunuh kau' pada Sasori.

"Akasuna Sasori, salam kenal" ucapnya setelah melihat Karura menatapnya dengan tajam.

Pesanan pun datang dan mereka makan dengan khidmat.

******

Midorima berjalan dikoridor ditemani oleh Dr. Takao Kazunari sang partner sewaktu melakukan operasi tadi, mereka berpisah di persimpangan karena ruangan mereka berbeda.

"Midorima-kun" panggil seseorang.

Midorima tersentak kaget, ia hafal suara itu namun tetap saja kehadirannya selalu membuat semua orang terkejut seperti dirinya kini.

"Bisa tidak, kalau datang dengan cara biasa saja?"

"Aku sudah biasa Saja Midorima-kun, kau saja yang tak menyadarinya"

"Memang sejak kapan kau disana?"

Tetsuya mengernyitkan dahinya.
"Aku sedari tadi ada disampingmu Midorima-kun" jawab Tetsuya datar.


Kini giliran Midorima yang mengernyit, kemudian ia mendengus lawau samar.

"Masuklah" ucapnya pelan.

Mereka pun masuk keruangan Midorima dan duduk bersebelahan.

"Bagaimana operasinya?" tanya Tetsuya memecah keheningan yang mereka ciptakan tadi.

"Berjalan dengan lancar, seperti biasa" jawab Midorima seadanya.

Tetsuya menganggukkan kepalanya, kemudian ia bingung harus bicara atau tidak pada sahabat hijaunya ini.

Midorima yang sadar bahwa ada yang tidak beres dengan sahabatnya segera menoleh dan menatap kearah Tetsuya, benar saja tatapan matanya kosong. Ia memutuskan untuk menepuk bahu Tetsuya pelan, namun respon Tetsuya membuatnya sedikit curiga.

"Kau melamun" ujar Midorima datar, Tetsuya menyangkalnya dengan sebuah gelengan.

"Tidak Midorima-kun, aku tidak melamun" sanggah Tetsuya.

"Hm, lalu?" jawab Midorima tanpa minat.

Hening.

"Aku ingin bicara" ucap Tetsuya tiba-tiba.

"Sedari tadi kita bicara Kuroko" ucap Midorima ketus.

Tetsuya menatap Midorima datar, ia bingung harus mengatakannya atau tidak. Ia menghela nafasnya pelan, lalu memutuskan untuk mengatakannya.

"Aku bertemu dengannya tadi pagi" ujar Tetsuya pelan.

Midorima menautkan alisnya, berusaha untuk mencerna kata-kata Tetsuya.

Tetsuya mengerti dengan ekspresi yang tercetak di wajah Midorima.

"Uchiha-san" tambah Tetsuya kemudian.

Satu kata namun efeknya sangat besar bagi Midorima, ia kembali memandang kearah Tetsuya bermaksud meminta penjelasan.

"Aku bertemu dengannya tadi pagi" ucap Tetsuya mantap.

"Dimana?" tanya Midorima penasaran.

"Maji Burger" jawab Tetsuya pelan.

Midorima tercenung, bagaimana bisa dirinya tidak tahu?

"Dia terlihat dingin dan tak bersahabat, menurutku" ucap Tetsuya membuat Midorima kembali memandang kearahnya.

"Kau salah Kuroko, dia adalah gadis periang berbeda jauh dengan yang kau lihat" jawab Midorima tidak terima.

"Memang itu yang kulihat, dan penglihatanku masih normal Midorima-kun" ucap Tetsuya pelan.

"Bukankah Midorima-kun bilang bahwa Uchiha-san ada di Kyoto?" tanya Tetsuya bingung.

"Aku pun tidak tahu, mungkin dia hanya datang kemari untuk berkunjung" jawab Midorima sambil memijit pelipisnya.

"Mungkin" ucap Tetsuya pelan.

Keheningan kembali menyelimuti mereka, sampai suara dari salah satu perut  mereka berbunyi.

Kruyuk!

Midorima tersipu malu dengan suara yang dikeluarakan oleh perutnya, namun ia mencoba untuk biasa saja.

Tetsuya tersenyum simpul kearah sahabatnya, mungkin ide  makan siang bersama tak buruk juga. Dirinya juga belum makan siang, mengingat harus menyelesaikan tugasnya yang menumpuk hari ini.

"Makan siang bersama Midorima-kun?" ajak Tetsuya pelan dan di setujui dengan sebuah anggukan dari sahabatnya.

Mereka keluar menuju tempat makan, mungkin mengopi sebentar tak masalah untuk mereka.

Kini mereka sedang berada di dalam mobil Tetsuya, pemuda biru itu bersikeras untuk menyetir dan memakai mobilnya. Akhirnya Midorima mengalah, ia hanya tak ingin berdebat untuk sekarang ini.

Tak berapa lama mereka sampai di tujuannya, cafe itu terlihat sepi dari luar. Tempat ini adalah tempat ternyaman selain Maji Burger menurut Tetsuya.

Mereka masuk kedalam dan memilih tempat kosong untuk mereka duduki.
Pelayan pun datang sambil membawa menu.

"Mau pesan sesuatu?" ucapnya pelan sedikit ragu, pelayan itu berusaha untuk biasa saja saat melihat Midorima namun ia gagal dengan kehadiran rona merah dipipinya.

"Menu utama" jawab Midorima.

"Ada lagi?" tanya sang pelayan.

"Vanila milkshake, rainbow cake" jawab Tetsuya datar.

Pelayan itu menganggukan kepalanya, sambil mencatat.

"Coffe latte, brownies" ujar Midorima pelan.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar"

Pelayan pun pergi setelah mencatat pesanan mereka, Tanpa sadar Tetsuya memandang kearah barat.
Dimana ada seseorang yang mirip seperti gadis yang ditemuinya tadi pagi.

'Ah.. Gadis itu' ucapnya dalam hati.

Ia memandang kearah sahabatnya yang kebetulan sedang memandangnya juga.

"Ada apa Kuroko?" tanya Midorima datar.

"Dia disini" jawab Tetsuya singkat sambil menatap kearah objeknya tadi.

Midorima mengikuti arah pandang Tetsuya, hatinya berdesir saat melihat sang pujaan hati.
Awalnya ia menyangkal kata-kata Tetsuya tadi, namun ia percaya sekarang karena melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

'Akhirnya aku bisa melihat mu' ujar Midorima dalam hati.

Tanpa sadar, sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyum tipis. Senyuman itu menular kewajah Tetsuya yang biasanya datar.

Namun Midorima menautkan alisnya ketika melihat seorang pria yang duduk disamping gadis itu, batinya bertanya siapa pria itu. Rasa senang berganti menjadi rasa cemburu dengan sangat cepat, dadanya sesak saat melihat pemandangan itu.

******

Kini mereka sudah menyelesaikan makanan yang dipesan.
Sasuke menatap Tenten, ia ragu dengan hal yang akan di sampaikan olehnya.

Ia merutuki anikinya yang sudah tenang di surga, bagaimana bisa dirinya ditinggali amanah yang memberatkan hati dan pikirannya?

"Tenten" panggil Sasuke pelan.

"Ne Otou-san?" jawab Tenten sambil tersenyum tipis.

Sasori terpana melihat senyuman Tenten.

'Manis' pikirnya.

Sasuke berdehem pelan, sebelum memulai pembicaraan.

"Tenten, kau sudah dijodohkan dengan Sasori sedari kalian kecil" ujar Sasuke pada Tenten, Sasuke melihat keponakannya terkejut namun ia harus memberi tahu Tenten sekarang atau nanti sama saja baginya. Meskipun ia tak rela namun ini amanah yang ditinggalkan Itachi ayah kandung Tenten.

Tenten menatap tepat di mata onix pamannya, tak ada kebohongan disana. Kemudian ia menoleh kearah Sasori, pria itu terlihat tenang seakan sudah mengetahui hal ini.

"Jika aku tidak mau?" jawab Tenten datar.

Semua terkejut, kecuali Sasuke yang tersenyum kecil atas jawaban putrinya. Ya, Sasuke menganggap Tenten sebagai putrinya.

"Itu terserah padamu, jika kalian tidak bersedia tak apa. Namun dalam surat wasiat yang ditulis aniki kau dijodohkan dengan anak dari sahabatnya, itupun bula kalian tak keberatan" ujar Sasuke panjang lebar.

Karura tampak tidak terima dengan ucapan Sasuke, ia ingin Sasori menikah dengan Tenten seperti yang diinginkan oleh kakaknya juga mendiang Hana, ibu Tenten.

"Tapi Sasuk-"

"Aku tidak mau Otou-san" jawab Tenten mantap, memotong kalimat Karura yang belum selesai.

Sasori tertegun dengan jawaban Tenten, baru kali ini ada seorang gadis yang terang-terangan menolaknya.
Namun ia bersyukur, karena ia hanya mencintai gadisnya.

Sasuke tersenyum kecil pandangannya beralih pada Karura yang sedari tadi diam, kini wajah wanita itu memerah menahan kesal karena ucapannya terpotong.

"Sasori bagaimana denganmu?" tanya Sasuke.

Sasori tersentak, kemudian bibirnya mengulum senyum.

"Tidak Jii-san, aku juga menolaknya" jawab Sasori kalem.

"Kenapa?" tanya Sasuke penasaran, dahinya mengerut samar.

"Karena aku sudah mempunyai calon untuk menjadi istriku nanti" jawab Sasori dengan senyum simpul.

Karura mencoba untuk menolak, namun ia berpikir keponakannya sudah besar mungkin ia akan meraih kebahagiaannya nanti pikirnya.

"Baguslah kalau begitu, perjodohan dibatalkan" ucap Sasuke tegas.

Semua mengangguk setuju, nungkin mereka belum berjodoh.

Setelah pembicaraan selesai, mereka beranjak pulang kecuali Tenten yang kembali ke kantor. Ada beberapa berkas yang harus di selesaikannya.

Mereka tak menyadari ada seseorang yang menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.


Bersambung..

Hai minna?

Apa kabar?

Adakah yang suka dengan ffku ini?

Tolong tinggalkan jejaknya?!

Duh.. Gk nyangka ngetik ini cerita cuma tiga jam?

Aku berharap chap ini bagus, selamat sore dan sampai jumpa di chapter depan.

Sankyu😉😄

By Nisadiyanisa

050517J

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top