Chapter 3


Main Cast: Tenten
                    Midorima Shintaro

Other Cast: Uzumaki Karin
                      Akasuna Sasori
                      Kuroko Tetsuya
                      Uchiha Sasuke

Dilarang copy paste cerita!
Yang gak suka gak usah baca, silahkan tekan tombol back.

Happy Reading minna!😊

.
.
.
.

"Kau akan berangkat sekarang?" tanya Sasuke bingung karena Tenten belum sarapan dan hendak pergi begitu saja.

"Hai Otou-san, aku akan berangkat sekarang. Aku sudah terlambat" jawab Tenten sambil memandang jam tangannya dengan raut cemas.

Melihat ekspresi Tenten yang seperti itu Sasuke menaikan sebelah alisnya heran.

"Kenapa buru-buru?" tanyanya lagi.

"Aku ada rapat hari ini dan ada beberapa janji yang harus ku tepati" jawab Tenten setengah ragu.

"Hn, baiklah hati-hati dijalan" ucap Sasuke pelan.

"Hai, ittekemasu"

"Hn" Sasuke hanya bergumam dan Tenten sudah hafal dengan kebiasaan Otou-sannya itu.

Tenten melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju mobil sportnya. Kini ia menyetir mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Waktu menunjukan pukul 08:00 pagi, entah mengapa ia lupa memasang alarm dan akibatnya dia bangun kesiangan hari ini. Jika saja pamannya tidak membangunkannya ia tidak tahu akan berekspresi apa saat rapat dengan klien nanti?

"Kuso!" umpatnya pelan sambil memukul stir mobilnya saat melihat jalanan yang macet.

Matanya menatap kesegala arah, nihil  tak ada celah sedikitpun untuk memutar mobil.

"Kenapa harus hari ini sih macetnya, sial!" ia merutuk pelan.

Drtt drrrt drrttt

Tenten terkejut dengan dering ponselnya sendiri, ia mengernyitkan alisnya ketika melihat id penelfon.

"Moshi-moshi?"

"......"

"Ne Otou-san, aku masih dijalan"

"....."

"Tapi Otou-san ak-"

"....."

"Hai" jawab Tenten lemah.

"Tuut tuut" sambunganpun berakhir.

Tenten menghela nafasnya setelah mengangkat telfon, ia memijit keningnya yang mendadak pening.

Kini ia kembali mengendarai mobilnya, jalanan sudah agak lenggang dan tak semacet tadi.

Drrttt drrttt

Dering ponsel terdengar kembali, Tenten mencoba untuk mengabaikannya namun ponsel itu terus berdering.

"Ya?" jawab Tenten ragu, matanya masih fokus kearah jalanan.

"....."

"Kenapa kau tidak memberi tahuku Karin!" bentaknya marah, entah kenapa hari ini Tenten sangat emosi.

"....."

"Baiklah, maaf okay? Jelaskan padaku saat aku sampai di kantor nanti hm" Tenten mematikan sambungannya sepihak.

Krruyuk!

Tenten nenghela nafasnya lelah dan disaat seperti ini perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Tenten tersenyum masam saat mengingat bekal yang Ayame buat untuk dirinya ketinggalan di mansion.

Krruyuk

Perutnya kembali berbunyi, ia memutuskan untuk mampir di Majiba restoran cepat saji yang baru pertama kali didatanginya.
Setelah memarkirkan mobilnya dengan aman dan benar, Tenten segera masuk kedalam dan memesan sesuatu yang mungkin bisa menenangkan perutnya.

Tenten melihat daftar menu dengan perasaan ragu, jujur saja ia tak pernah makan di restoran cepat saji. Tenten berfikir apakah makanan itu layak atau tidak tapi cacing diperutnya terus berteriak minta diisi, akhirnya dia mengalah untuk menuruti permintaan si perut.

"Mau pesan apa nona?" tanya sang pelayan dengan nada lembut dan ramah.

"Chocolate milkshake dan burger" jawab Tenten singkat.

"Baiklah mohon tunggu sebentar" ujar pelayan sambil tersenyum.

Tak berapa lama pesananpun jadi, Tenten segera membayar makanannya dan mencari tempat duduk yang kosong.

Awalnya Tenten pikir restoran ini sepi, namun ia salah saat melihat beberapa orang yang mengisi meja disana.
Tenten pun larut dalam pikirannya sendiri hingga ia tak sadar ada seseorang yang duduk di depannya.

Tenten hampir saja tersedak karena kaget, ia tidak menyadari bahwa didepannya ada seorang pemuda.

"Ano, eto- gomen apakah anda merasa terganggu dengan kehadiran saya?" tanyanya dengan raut datar dan tak berekspresi.

Tenten menggelengkan kepalanya, karena dia memang tak terganggu dengan kehadiran pemuda tersebut.

"Kau berhak duduk disini, karena kau juga pembeli" ujar Tenten monoton.

Setelah mengatakan hal tersebut Tenten beranjak keluar dari restoran itu dan menuju kantor, tempat yang ia tuju sebelum mampir ke Majiba.

Pemuda tersebut melihat Tenten beranjak dari restoran dengan pandangan yang sulit diartikan.

*****

Karin melihat ponselnya dengan gelisah, beberapa kali ia mengecek e-mail yang belum dibalas oleh sahabatnya.

Beberapa kali juga ia mencoba untuk menelfon, namun panggilannya tidak di jawab.

Ia sudah menunggu selama satu jam disini dan sahabatnya belum datang juga.
Karin memutuskan untuk melihat keluar jendela sambil menunggu, memandang orang-orang yang tengah berlalu lalang.
Karin pun larut dalam pikirannya.

Setelah beberapa menit kemudian Tenten masuk keruangannya dengan wajah kusut seperti baju yang belum di setrika.

Tenten melihat Karin yang tengah memandang keluar jendela dengan pandangan kosong, seperti zombi pikirnya.

Tenten mendekat pada Karin dan menepuk bahunya pelan, namun tak berhasil membuat Karin tersadar dari lamunannya.

'Sebenarnya apa yang tengah dipikirkan olehnya' batin Tenten melihat Karin masih tak bergerak ataupun membalas sebagai respon.

"Karin"panggil Tenten pelan, ia heran karena Karin hanya diam.

"Karin" panggilnya lagi dengan sedikit penekanan dalam nadanya.

Karin tersentak dan langsung berbalik menatap sosok yang memanggilnya, ia terdiam sebentar sebelum memulai pembicaraan.

Sedang Tenten masih menunggu apa yang akan di jelaskan oleh sahabat merahnya ini.

"Begini, kemarin Nyonya Sabaku datang kemari dan ingin bertemu denganmu pada jam makan siang nanti" ujar Karin.

"Lalu?" tanya Tenten sambil menaikan sebelah alisnya.

"Tidak ada hanya itu" jawab Karin pelan.

"Apa ini menyangkut bisnis?"

"Kurasa bukan, karena kita tidak ada projek dengan Sabaku corp"

Tenten bingung, pasalnya dia sudah ada janji pada jam tersebut.

"Apa tidak bisa dibatalkan?" tanya Tenten sambil beranjak menduduki kursi kebesarannya.

"Itu terserah kau" jawab Karin singkat.

"Kanapa kau tidak membantu sama sekali" ucap Tenten setengah mencibir.

Karin merengut tak suka dan sebelum sempat membalas ia diberi isyarat untuk diam dari sahabatnya, Karin tidak tahu sejak kapan sahabatnya itu menghubungi seseorang?

"Moshi-moshi Otou-san?"

"Hn?" jawab Sasuke pelan.

"Aku tidak bisa datang sepertinnya, apa boleh?"

"Tidak bisa, kau harus datang dan pertemuannya dimajukan satu jam lagi kau datang ke cafe yang kusebutkan tadi pagi"

"Tapi Otou-san ak-"

"Tidak ada penolakan  dan jangan sampai terlambat" pesan Sasuke.

Klik

Sambunganpun terputus sepihak.

Tenten mengerang karena kesal, ia menatap Karin yang masih memandangnya dengan penuh tanya.

"Huufh..." Tenten membuang nafasnya pelan, ia terdiam sejenak.

Karin hanya melihat Tenten dengan raut datar tampaknya ia sudah tahu apa yang ada di pikiran sahabatnya itu.

"Karin, batalkan semua janji yang sudah dibuat" ujar Tenten setelah diam beberapa saat.

"Sudah ku duga" ucap Karin setengah berbisik.

"Apa maksudmu?" tanya Tenten dengan tatapan tak suka pada Karin.

"Tidak, lalu apa alasannya?" tanya Karin malas.

"Apapun itu terserah kau Karin, ak-" belum sempat kata-katanya selesai Karin menyela.

"Bagaimana bisa seperti itu! Aku ti-"

"Tidak ada yang tidak mungkin, aku atasan disini kau hanya perlu menuruti perintahku!" ucapnya dengan nada dingin dan menusuk.

Karin pun bungkam, memang apa yang dikatakan Tenten benar dia hanya bawahan disini pada akhirnya ia mengalah, jika ia membantah juga percuma. Sahabatnya sedang marah dan Karin sudah hafal jika ia mendebat lebih dari ini.

"Baiklah, aku akan bicara pada mereka" ujar Karin sambil berlalu.

Tenten mengecek dokumen yang ada di mejanya, ia membaca dengan teliti setiap isi dokumen yang ada.

Tiga puluh menit kemudian...

Tenten sudah selesai dengan pekerjaannya, sekarang ia beranjak untuk menemui
Otou-sannya.

Klik!

Baru saja Tenten akan membuka pintu Karin malah membukanya duluan dari arah luar.

Karin mengernyit setelah memandang Tenten dengan tatapan curiga.

"Kau mau kemana?" tanya Karin penuh selidik, Tenten memutar bola matanya bosan.

"Aku mau makan siang bareng Otou-san" jawab Tenten tanpa minat.

Karin mengangguk sambil bergumam.

"Minggirlah, kau menghalangi jalanku" ujar Tenten tiba-tiba.

Refleks Karin minggir dari pintu, memberi jalan untuk sahabatnya.

Tenten pun berangkat, ia tidak mau Otou-sannya menunggu dirinya dengan raut wajah yang ditekuk.

******

Cafe Blackbrown 10:00am.

Sasuke Uchiha pria yang tengah duduk dengan raut datar dan dinginnya di meja paling pojok dekat jendela, mengabaikan para kaum hawa yang sedari tadi berbisik sambil memandang kearahnya dengan tatapan memuja. Mereka memang bisa dikatakan cantik namun sayang tak ada yang bisa menarik perhatian dari pria Uchiha tersebut, hati pria itu beku seperti terbuat dari es.

Pandangan matanya menerawang jauh keluar jendela, menatap interaksi anak dan ibu yang membuatnya tertarik untuk melihat mereka lebih lama.

Pria itu tersenyum samar ketika melihat sang anak yang menjadi objeknya tersenyum lebar pada ibunya setelah keinginannya terkabul.

Pandangan matanya beralih menatap seorang wanita paruh baya cantik yang duduk didepannya kini.

Wanita itu tersenyum kearahnya, sedang dirinya hanya memberi anggukan sebagai respon.

Mereka larut dalam pikiran masing-masing, tak ada yang mau mengalah untuk sekedar membuka percakapan.

"Kau tak bertanya padaku untuk memesan sesuatu?" tanya wanita itu tiba-tiba, membuat Sasuke menoleh kearahnya meskipun hanya beberapa detik.

"Kau pesan saja apa yang kau mau, aku tak berminat menanyakan hal itu padamu" jawab Sasuke datar.

Wanita tersebut tertawa setelah mendengar jawaban dari Sasuke, ia tidak tersinggung dengan hal tersebut, karena ia sudah mengenal baik pribadi Sasuke.

"Bagaimana kabarmu? Kudengar kau baru pulang dari Jerman?" tanyanya lagi.

"Hn, seperti yang kau lihat dan kau dengar" jawab Sasuke tanpa minat, Onixnya berputar jengah.

Sasuke melihat wanita itu tersenyum tipis, senyumnya selalu sama. Tulus.

"Kita akan menjadi besan, kenapa sikapmu masih tak berubah terhadapku?" tanyanya penasaran, Sasuke melihat kedalam mata wanita itu ada harapan besar disana.

"Jangan berharap lebih Karura, sebenarnya aku tak menyetujui perjodohan ini asal kau tahu" jawab Sasuke dengan raut kesal.

"Kenapa kau tak setuju? Aku sangat yakin keponakanku yang tampan itu bisa membahagiakan keponakanmu yang cantik" ucap Karura dengan antusias.

Sasuke menaikan sebelah alisnya heran setelah mendengar kata cantik dari mulut wanita yang ada di depannya ini.

"Kau sudah bertemu dengannya" ucap Sasuke pelan.

Itu bukan pertanyaan bagi Karura, melainkan pernyataan.

Karura tersenyum tipis, lalu mengangguk pelan.

"Aku tak sabar ingin bertemu dengan calon menantuku" ujarnya pelan disertai senyuman tipis menambah kecantikan diwajahnya.

Sasuke mendengus samar melihat hal itu.

'Nii-san" batinya lirih mengingat sosok yang menjadi panutannya selama ini.

Bersambung..


Hai minna?

Ini chap yang paling panjang yang pernah aku tulis😊😄

Bagaimana pendapat kalian? Jelek kah? Atau bagus?

Aku menunggu voment kalian dikolom komentar.

Sayonara😉😊

By Nisadiyanisa

010517sn

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top